Bab 3

2.9K 227 16
                                    

Setelah memberi selamat pada pasangan pengantin yang sedang bersanding di pelaminan, Kikan menuju gubuk tempat hidangan soto dihidangkan. Ia ingin mencicipi soto lamongan, meski sebenarnya ia tidak terlalu lapar. Dan untungnya, area tempat soto lamongan dihidangkan tidak terlalu ramai dengan para tamu yang mengantri.

Setelah mendapatkan hidangan yang ia inginkan dari pelayan yang menjaga stand soto, Kikan berbalik mau kembali ke tempat duduk di mana Nora dan Vika masih menunggunya.

Begitu berbalik, ia nyaris menabrak seorang pria yang ikut mengantri di belakangnya.

"Ups, sorry." Kikan berhasil menghindari tabrakan tepat waktu. Tetapi sesaat kemudian matanya menjadi dingin menyadari siapa lelaki yang nyaris bertabrakkan dengannya itu. Ternyata pria itu adalah Raga!

Raga juga terlihat membeku melihat Kikan. Tidak menyangka akan bertemu mantan kekasihnya di sini. Ia mengantri di stand soto karena Farah ingin makan soto cuma malas mengantri. Jadi Raga berinisiatif pergi mengambilkan soto untuk Farah. Siapa yang mengira bakal papasan dengan Kikan di sini? Di antara seribu tamu undangan, harusnya mudah untuk tidak saling bertemu kan? Apalagi dalam suasana ramai seperti ini.

Kikan juga tidak berharap untuk bertemu dengan Raga lagi, tapi apa lacur. Yang harusnya terjadi, terjadi juga. Mereka bertemu secara tidak sengaja di sini. Lalu tanpa berkata apa-apa lagi, Kikan melangkah pergi dari situ.

Mau tidak mau Raga mengikuti langkah Kikan dengan ekor matanya. Entah penasaran, entah karena sudah dua bulan tidak bertemu. Tetapi Kikan terlihat berubah di matanya.

Semenjak hari pembatalan pernikahan mereka dua bulan lalu, ia memang tidak pernah lagi bertemu dengan Kikan. Ia juga tidak mengetahui bagaimana keadaan Kikan setelah gagal menikah dengannya. Karena semua akses komunikasi untuknya sudah ditutup rapat-rapat oleh keluarga Kikan dan Kikan sendiri.

Raga pikir ia akan melihat perempuan dengan tampang depresi dan menyedihkan di diri Kikan. Karena bagaimanapun, gagal menikah bagi seorang perempuan itu merupakan aib terbesar dalam hidupnya.

Tetapi siapa sangka, dua bulan tidak bertemu Kikan terlihat baik-baik saja? Ia tidak terlihat seperti perempuan depresi yang patah hati setelah dikhianati calon suaminya. Ia malah terlihat sangat tenang, terlalu tenang untuk seorang perempuan yang gagal menikah.

Ia juga terlihat begitu percaya diri dan semakin ... cantik? Raga kaget sendiri dengan jalan pikirannya yang mendadak kacau. Nyaris terkena kuah soto panas dari mangkok di tangannya.

Apa dia baru saja berpikir kalau Kikan terlihat semakin cantik? Matanya pasti rusak dan otaknya sudah membeku. Bagaimana ia bisa berpikir Kikan jauh lebih cantik dari Farah? Farah tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan Kikan.

Farah perempuan lembut, cantik dan penurut yang sudah sangat langka di zaman ini. Karena kelembutan perempuan itulah, Raga lebih memilih bersama Farah daripada menikah dengan Kikan.

Karena kelembutan Farah lah yang membuat hatinya kembali meleleh setelah bertemu kembali dengannya meski telah berpisah bertahun-tahun. Karena kelembutan Farah juga yang membuat Raga rela di maki-maki ayahnya karena lebih memilih Farah dan mencampakkan Kikan.

Lalu kenapa sekarang ia merasa Kikan terlihat semakin cantik, padahal cuma dua bulan mereka tidak bertemu? Pasti ada yang aneh dengan dirinya.

Sementara itu, Kikan sendiri tidak peduli dengan apa yang dipikirkan Raga. Ia kembali bergabung dengan kedua temannya. Di sana juga masih ada Angga, Satrio dan tentu saja Deo!

"Ki, are you okay?" tanya Nora tiba-tiba setelah Kikan datang dengan semangkok soto di tangannya.

"Emm ... emang kenapa?"

"Tadi gue liat lu ketemu sama Raga. Lu nggak apa-apa kan?"

"Oh, itu. Nggak apa-apa." Kikan menunduk untuk menyantap soto di depannya. Rambut panjangnya agak menghalangi hingga Nora tidak bisa melihat bagaimana raut wajah Kikan saat ini. Tapi melihat sikap tenang Kikan, diam-diam Nora merasa lega.

Kikan mendongak ketika segelas jus jeruk dingin diletakkan di depannya. Dilihatnya Deo tersenyum manis.

"Kata Vika kamu suka jus jeruk. Jadi aku ambilkan buatmu."

"Terima kasih. Suatu kehormatan menerima minuman yang diberikan seorang Kapten seperti anda, Kapten Deo." Kikan membalas senyuman ramah Deo dengan tidak kalah manisnya, membuat sang Kapten ganteng itu sedikit gelagapan.

"Tolong jangan panggil Kapten, ini kan bukan di ketentaraan. Panggil Deo saja."

"Apa tidak apa-apa?" Kikan sedikit mengernyit. "Rasanya kurang sopan ... "

"Aku memaksa. Panggil Deo, oke?"

Kikan merasa Deo ini pria yang tegas dan tidak bisa dibantah. Mungkin karena sifat dasar seorang tentara memang seperti itu. Jadi tanpa ambil pusing lagi, Kikan cuma mengangguk.

Nora yang melihat percakapan diantara keduanya, melihat Kikan dan Deo bolak-balik. Lalu diam-diam tersenyum simpul. Tampaknya Kapten muda yang ganteng ini tertarik pada Kikan. Kalau temannya itu juga memiliki ketertarikkan yang sama maka syukurlah. Dengan begitu, Kikan bisa cepat move on dari si bajingan Raga!

Tidak jauh dari situ, Raga juga sedang duduk bersama Farah. Tetapi diam-diam matanya melirik ke tempat Kikan duduk bersama teman-temannya. Yang membuat Raga panas, selain Nora dan Vika ada dua orang lelaki bersama mereka belum termasuk Angga, kakak sulung Arini.

Ia juga melihat, salah satu pria gagah itu memberikan Kikan segelas jus jeruk, yang disambut Kikan dengan senyuman manis.

Baru dua bulan ia gagal menikah, secepat itu Kikan sudah move on darinya? Lihat, ia bahkan tersenyum begitu manis dan sumringah pada lelaki lain. Seakan perempuan yang gagal menikah dan dengan mata penuh kekecewaan saat memergoki perselingkuhannya dengan Farah bukanlah Kikan.

Tanpa sadar cengkeraman Raga di gelas minumnya semakin erat. Ada perasaan aneh yang melanda hatinya melihat Kikan terlihat begitu bahagia bersama lelaki lain. Seakan tidak ada jejak kesedihan di wajah nan cantik itu.

Menyentuh luka ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang