Bab 15

2K 147 9
                                    

Kikan kembali ke kantornya dengan wajah gelap. Pertemuannya dengan Raga di rumah sakit hari ini membuat moodnya hancur. Ini pertama kalinya ia melakukan kontak fisik dengan Raga setelah dua bulan mereka putus. Kali kedua pertemuan mereka yang tidak disengaja terjadi.

Waktu mereka bertemu di pernikahan Arini memang tidak ada yang terjadi, karena Kikan langsung menghindar. Apalagi ia juga melihat Raga datang bersama Farah. Tapi hari ini dipertemuan kedua mereka berani sekali Raga menguntitnya. Dan melakukan kontak fisik dengannya. Kikan masih bisa merasakan cengkraman kuat Raga di lengannya. Dan semua ucapannya hari ini.

Apa maksudnya semua tuduhan yang dilontarkan Raga padanya? Ia tebar pesona dengan banyak pria? Dan bahkan menuduhnya merayu Sakha? Gila!

Apa sebenarnya yang sudah dikatakan Sakha pada Raga? Dan apa dia tahu kalau Sakha pernah mengatakan ingin menjadi pengganti Raga dalam hidup Kikan? Jangankan menerima penawaran itu, mendengarnya saja Kikan sudah merinding.

Apa tidak ada lelaki waras di keluarga itu?

Dengan kesal Kikan menghempaskan tubuhnya di kursi kerjanya. Melemparkan begitu saja salinan gambar desain yang baru saja ia tunjukkan ke Ibu Marianti. Lalu menelungkupkan wajahnya di meja di atas lengannya.

Sebenarnya pekerjaan sebagai seorang desain interior cukup fleksibel waktunya. Asalkan semua pekerjaan desain pesanan klien sudah beres, maka ia bisa pulang jam segini. Tapi karena memiliki rasa tanggung jawab penuh dan ini perusahaan yang ia bangun sendiri. Dengan kerja keras dan keringatnya, Kikan memutuskan untuk tetap di kantor dan pulang di jam pulang kantor sebagaimana mestinya.

Lagi pula jika pulang dan bertemu ibunya, melihat tampangnya yang kusut dan mendung tebal seperti ini pasti bakal jadi pertanyaan ibunya. Kikan sedang tidak ingin diinterogasi macam-macam. Jadi lebih baik tetap di kantor.

Sialan Raga! Apa dia tidak bisa membiarkan Kikan menjalani hidupnya dengan tenang? Kenapa harus mengusiknya lagi? Selama dua bulan ini, ia sudah berusaha melupakan. Berusaha menata hatinya yang hancur berkeping-keping, berusaha berdamai dengan dirinya sendiri.

Ia mungkin terlihat tegar di permukaan, tapi siapa yang mengetahui kehancuran di dalamnya?

Insomnia yang ia alami, kegelisahan dan air mata yang kerap mengalir di saat-saat ia sendiri. Hanya keluarganya yang tahu bila selama seminggu pasca kegagalan rencana pernikahannya, Kikan mengurung diri di kamarnya. Tubuh yang kurus karena berhari-hari tidak makan, mata yang bengkak karena terlalu banyak menangis dan wajah yang pucat seperti mayat karena tidak terkena sinar matahari.

Keadaan Kikan sangat mengkhawatirkan ibunya, hingga Nyonya Linda harus memanggil seorang psikiater untuk memastikan kondisi kejiwaan putrinya. Ibunya takut bila Kikan sampai melakukan perbuatan nekat untuk bunuh diri.

Dan berkat dukungan keluarga, sahabat dan juga psikiater perlahan Kikan kembali bangkit. Kembali memulai hidupnya dari awal lagi. Menjalani hidupnya sebagai gadis single seperti saat pertama ia belum mengenal Raga.

Raga mungkin bukan pria paling tampan di dunia, bukan pria paling menarik yang pernah dikenal Kikan. Tapi Raga adalah satu-satunya lelaki yang berhasil memasuki hatinya. Menjadi bagian terpenting dalam hidupnya.

Raga satu-satunya pria yang berani mengejarnya dengan gila-gilaan. Tidak menyerah meski Kikan bersikap dingin padanya. Entah berapa kali ia ditolak Kikan tapi itu tidak menyurutkan tekad Raga untuk mendapatkan Kikan.

Sebenarnya hampir satu tahun lamanya untuk Raga benar-benar berhasil mendapatkan hati Kikan, mendapatkan cinta dan kepercayaannya. Kikan masih ingat raut bahagia Raga saat Kikan bersedia menjadi pacarnya. Setuju untuk bersama dengannya. Raut wajahnya seakan ia sudah mendapatkan seluruh dunia dan seisinya. Saat itu Kikan benar-benar yakin Raga memang sangat mencintainya. Kalau hanya dia satu-satunya perempuan dalam hidup Raga.

Menyentuh luka ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang