Deo mengantar Kikan sampai rumahnya, untuk sopan santun Kikan menawari mampir. Tidak diduga Deo setuju untuk mampir.
Saat ini keadaan rumah Kikan lumayan sepi, cuma ada ART dan ibunya di rumah. Nyonya Linda Nugraha yang super kepo keluar dari kamar dan melihat pembantunya sedang membuat minuman.
"Minuman buat siapa, Bi?" tanya sang nyonya yang melihat pembantunya membuat dua gelas sirop dingin. Pasti ada tamu.
"Buat temannya Non Kikan, Bu."
"Cewek?"
"Cowok. Orangnya ganteng, gagah lagi." Bik Sum yang sama keponya dengan sang majikan memberikan jempolnya.
"Beneran?"
"Bener, Bu. Lebih gagah dari Tuan Raga."
"Cih, jangan sebut-sebut nama bajingan itu lagi, Bik! Di rumah ini haram hukumnya!" Nyonya Linda Nugraha mencibir. Bagi keluarga Nugraha, nama Raga Safaraz Bomantara itu tabu untuk diucapkan. Pria bajingan yang sudah mempermalukan keluarga dan putrinya, sampai kapanpun hukumnya tabu disebut!
"Maaf, Bu. Tapi yang ini bener-bener top deh."
"Aku jadi kepengin liat. Bik Sum, sediakan kue juga. Cepat bawa ke depan ya."
"Nggih, Bu."
Kikan sama sekali tidak kaget ketika melihat ibunya yang muncul dari dalam bersama Bik Sum. Berita soal Deo yang mampir ke rumah pastilah sudah didengar ibunya. Mata-matanya siapa lagi? Sudah pasti Bik Sum. Heran majikan sama pembantu kok persis keponya. Terutama kalau menyangkut soal Kikan!
"Oh, Nak Deo ternyata yang datang. Tante kira siapa." Begitu melihat siapa tamunya yang kini sedang duduk bersama Kikan, Nyonya Linda Nugraha langsung sumringah.
"Apa kabar, tante?" Dengan sopan Deo berdiri dan menyalami wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu.
"Baik. Papa sama Mama gimana? Sehat?"
"Sehat, tante."
"Mama kenal Mas Deo?" tanya Kikan bingung. Tidak disangka, ibunya mengenal Deo!
"Tentu kenal dong, ini kan Deo anaknya Mas Bambang Rahmanto dan Mbak yu Siti Rahayu. Ayahnya Deo ini mantan ajudan kakek mu dulu. Sekarang malah sudah jadi Jenderal!"
"Baru bintang satu, tante."
"Ya, nggak lama lagi tahu-tahu sudah bintang dua, tiga ... "
Kikan melihat ibunya begitu antusias mengobrol dengan Deo. Bahkan tidak memberi kesempatan pada Kikan untuk berbincang dengan Deo. Sepertinya Deo dimonopoli ibunya sendiri.
"Ketemu Kikan di mana?" tanya Nyonya Linda lagi. "Eh, ayo diminum. Dicicipi kuenya. Ini kue bikinan Kikan loh, anak tante ini pintar masak dan bikin kue."
Kikan tercengang mendengar ucapan ibunya. Sejak kapan ia bisa masak dan bikin kue? Masuk dapur saja gak pernah! Pintar sekali ibunya kalau mempromosikan putrinya. Tidak kalah dengan sales yang menawarkan alat kesehatan di mal!
"Oh, iya tante." Deo tersenyum, sepertinya percaya-percaya saja dengan bualan Nyonya Linda ini. Buktinya diambilnya juga sepotong kue di atas piring yang diletakkan di atas meja bersama gelas minuman. Lalu digigitnya sopan. "Enak."
"Oh, sudah pasti. Kue buatan Kikan selalu enak."
Kikan nyaris memutar kedua bola matanya mendengar bualan ibunya lagi. Ya, ampun Mam. Kalau mau mempromosikan anakmu jangan berlebihan gitu dong. Sudah tahu itu kue buatan dari toko bakery terkenal, buatan Kikan dari mananya?
"Oh, iya. Pertanyaan tante belum dijawab. Ketemu Kikan di mana nak Deo?"
"Di pesta pernikahan adiknya teman, Bu. Ini baru pulang kondangan."
"Wah, kalau jodoh memang ya ... di pesta pernikahan saja bisa ketemu. Nak Deo selalu sibuk sih, jadi baru kenal Kikan sekarang kan, coba ... "
Ampun, mam. Sepertinya ibunya sudah ketularan ibu-ibu bawel yang kebelet kepengin punya menantu. Kikan sampai risih sendiri. Untung saja Deo terlihat sabar meladeni ocehan ibunya dan saat Deo pamit pulang, ibunya mendesak agar Deo sering-sering main ke rumah. Yang di iyakan oleh pria itu.
"Maaf, ya. Mama emang rada bawel, Mas Deo pasti merasa terganggu," kata Kikan saat mengantar Deo pulang menuju mobilnya yang di parkir di halaman.
"Nggak apa-apa. Tante ramah ya orangnya."
"Oh, iya. Satu lagi, itu bukan kue buatanku. Itu dibeli mama di toko bakery langganannya. Dan aku juga gak pintar masak dan bikin kue."
"Tahu kok. Kue itu yang biasa dibeli mamaku juga di rumah." Deo tertawa kecil. "Lagi pula yang aku cari itu calon istri, bukan koki."
Kikan ternganga mendengarnya sampai melongo begitu, membuat Deo tambah tertawa geli.
"Hei, mulutmu. Nanti ada lalat masuk loh." Lagi-lagi Deo menggodanya membuat Kikan sadar dari tadi mulutnya terbuka lebar. Astaga, Kapten Deo. Apa dia tadi sedang menggoda Kikan? Sialan, ternyata tidak seserius penampilan luarnya!
"Senang kamu sudah memanggilku mas, Ki. Bukan Kapten lagi. Lain kali kita makan malam bareng, mau ya?" Kata Deo setelah masuk ke dalam mobilnya. "Salam buat tante. Kuenya enak."
Kikan tidak berkata apa-apa sampai mobil Deo menghilang dari pandangan. Ia segera berbalik masuk ke dalam rumah. Tidak menyadari mobil BMW hitam yang terparkir tidak jauh dari pintu gerbang rumahnya. Pengemudinya sedari tadi mengamati interaksi antara Kikan dan Deo.
Setelah mengantar Farah pulang, Raga tidak langsung pulang ke rumahnya melainkan mengemudikan mobilnya ke arah rumah Kikan. Siapa nyana ia melihat mobil pria itu masih terparkir di depan rumah Kikan.
Jadi rupanya pria itu tidak cuma mengantar Kikan pulang, tapi juga mampir ke rumahnya. Sudah tentu pastinya bertemu anggota keluarga Nugraha yang lain. Apa yang dibicarakan pria itu pada anggota keluarga Kikan yang lain?
Memperkenalkan diri sebagai teman Kikan? Atau ... tanpa sadar pegangan Raga di kemudi mengencang. Rumah yang dulu sangat akrab dengannya, yang penghuninya selalu menyambutnya dengan ramah, kini terasa asing dan dingin di mata Raga.
Jika saat ini Raga turun dari mobil dan nekat masuk ke dalam rumah, sudah pasti penghuninya tanpa ragu akan mengusir Raga seperti anjing kudis. Bagi keluarga Nugraha, Raga adalah musuh publik nomor satu!
Raga masih memandangi mobil Deo yang telah menghilang dari pandangan, dilihatnya Kikan juga berbalik masuk ke dalam rumah. Di depan pintu Nyonya Linda Nugraha nampak berbicara dengan putrinya. Entah apa yang mereka bicarakan karena dari jarak sejauh ini, tentu saja Raga tidak bisa mendengar pembicaraan ibu dan anak itu. Namun melihat senyuman Nyonya Linda dan tawa Kikan, Raga bisa menebak sepertinya Nyonya Linda puas dengan pria yang baru saja dikenalkan putrinya.
Dengan kesal dipukulnya kemudi keras, seakan ingin menyalurkan amarahnya. Lalu tanpa berkata apa-apa lagi dikemudikannya mobilnya pulang. Meninggalkan debu yang mengepul di belakang.
![](https://img.wattpad.com/cover/352934996-288-k174249.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyentuh luka ( Tamat )
Ficción GeneralDi saat Kikan sedang berbahagia menyiapkan pesta pernikahannya dengan Raga, ia menerima kenyataan pahit. Mendapati kekasihnya selingkuh dengan mantan pacarnya saat di SMA dulu. Dengan hati hancur berkeping-keping, Kikan membatalkan pernikahan terseb...