Bab 28

1.5K 175 9
                                    

***Hai, teman-temanku tercinta. Saya baru bikin Instagram nih sama facebook ( ya ampun, tahun berapa ini baru punya instagram ma facebook? 🤣🤣🤣) Jadi monggo, silakan mampir buat yang berkenan.

*** Instagram : Leoren eykabiy
*** Facebook.  : Leoren eykabiy

Asal banget ya saya bikin nama akunnya, tapi isinya gk asal-asalan kok😃. Ke depannya sih rencananya saya bakal infoin novel- novel baru saya dan juga cuplikan sinopsisnya. Tolong masukkannya buat akun baru saya itu ya man teman.

*** Oh ya, satu lagi. Kalian kebanyakan domisili di mana sih? Boleh tahu gak say? Kalau saya kalian pasti sudah tahu, saya tinggal di Jakarta. Kalau kalian dari kota mana?

*****

Siang itu Deo menjemput Kikan dari kantornya, kebetulan Arini sudah masuk kerja dan melihat Deo yang datang.

"Hallo, Kapten Deo. Jemput Kikan ya?" Arini bertanya basa- basi yang benar- benar basi. Dia cuma penasaran seperti apa sih tampang Deo, yang digadang-gadang bakal jadi kandidat kuat pengganti Raga.

Dan ternyata orangnya ganteng, tinggi lagi. Juga gagah. Yah ... mana ada tentara letoy? Gak lucu dong. Yang ada juga gagah, perut rata dengan otot-otot yang bikin penasaran.

Arini jadi membayangkan, apa Deo punya otot perut. Karena Edo sendiri tidak punya, maklum dokter yang sedang belajar lagi buat jadi dokter spesialis. Mana sempat olahraga? Yang ada sibuk praktikum dan memeloti diktat-diktat kedokteran yang tebalnya bisa buat ganjal pintu! Tidak heran belum usia tiga puluh tapi sudah ubanan!

"Kikan ada, Ar?"

"Ada. Eh Kapten kenal saya?"

"Kan waktu itu datang ke pesta nikahan kamu. Diundang kakakmu."

"Oh, iya."

"Mas Deo udah lama?" Tanya Kikan yang muncul dari dalam, karena Deo memang menunggu di front office. Gadis itu seperti biasa, penampilannya sederhana. Kemeja flanel di gulung sampai siku, celana panjang putih dan sepatu flat. Rambutnya digerai. Make upnya tipis saja.

Deo sendiri juga berpenampilan biasa. Celana jeans dan kemeja hitam lengan pendek.

"Baru datang." Deo menjelaskan. "Nggak apa-apa kan, Ar. Saya culik dulu Kikan sebentar? Gak ganggu kerjaan kalian?"

"Nggak. Tenang aja Kapten. Di sini jam kerjanya fleksibel kok. Asal kerjaan sudah beres, mau pergi ke mana juga gak masalah."

"Wuih, makasih deh kalo begitu. Kita pergi sekarang, Ki?"

Kikan cuma mengangguk lalu mengikuti langkah Deo untuk masuk ke dalam mobil.

"Kamu suka seafood ?" tanya Deo sambil menyalakan mesin mobil.

"Suka. Gak ada alergi kok. Aku gak pilih-pilih makanan."

"Oke. Kita makan seafood ya. Kebetulan ada restoran di daerah Ancol yang kepengin kucoba. Rekomendasi dari teman."

Lalu Deo membawa mobilnya ke arah Ancol. Restoran yang dimaksud Deo letaknya di dalam area Ancol. Sebuah restoran yang menyajikan makanan khas Sunda dan Chinese food. Dengan konsep saung-saung yang terletak di luar restoran.

Karena udara tidak terlalu panas, Deo mengajak Kikan untuk duduk disalah satu saung yang ada di restoran itu. Kalau udaranya panas, mungkin lebih nyaman makan di dalam area restoran, pikir Kikan.

Menyentuh luka ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang