Bab 17

1.9K 165 8
                                    

Saat Kikan datang ke restoran yang diberitahu Deo tempat acara ulang tahun adiknya diadakan, ternyata pria itu sudah menunggu di depan pintu restoran. Jadi begitu Kikan turun dari mobil, Deo segera melambaikan tangannya sambil tersenyum.

"Maaf, Mas Deo. Aku telat ya?" tanya Kikan yang malam itu mengenakan gaun warna nude dengan rambut digerai dan dicatok ikal-ikal besar di ujungnya. Make upnya tipis saja. Tapi Kikan terlihat sangat cantik. Memang sejak kapan Kikan tidak cantik? Pikir Deo yang menyadari detak jantungnya tidak aman setiap melihat gadis itu. Hal yang baru ia rasakan saat bersama seorang gadis.

Meski di Kopassus tempatnya bernaung di Angkatan Darat isinya kebanyakan para jantan berotot yang tidak takut mati. Bukan berarti Deo tidak pernah bertemu perempuan atau tidak pernah menjalin hubungan.

Ia pernah punya kekasih, tapi putus di tengah jalan karena pacarnya lebih memilih menikah dengan pejabat BUMN yang gajinya lebih besar dan jam kerjanya tidak sepanjang Deo. Karena sebagai anggota pasukan khusus berpangkat kapten, Deo sering harus bertugas di luar kota selama berbulan-bulan atau melakukan misi-misi negara yang berbahaya. Memimpin anak buahnya melaksanakan misi yang sangat rahasia dan menantang maut.

Lalu setelah putus dari kekasihnya, ibundanya kerap memperkenalkan Deo pada anak-anak gadis temannya di luar istri perwira. Atau teman sesama istri perwira. Tapi tidak ada satupun yang cocok.

Bukannya perempuan-perempuan itu yang tidak cocok dengan Deo. Justru Deo yang tidak merasa cocok dengan perempuan yang dikenalkan ibunya. Siapa sih perempuan yang tidak tertarik pada Deo? Naksir Deo? Dia ganteng, tinggi dan gagah. Punya masa depan cerah yang menjanjikan. Kulit kecoklatannya karena sering terkena matahari justru menambah aura kejantanannya. Tubuhnya berotot. Gagah sekali.

Cuma ibundanya suka pusing karena anak sulungnya ini agak pilah pilih soal perempuan. Kalau tidak sreg di hati, jangan harap Deo mau meski sudah dikenalkan. Karena itu mendengar malam ini Deo mengundang teman wanitanya di acara ulang tahun si bungsu Amel. Keluarganya sudah heboh. Terutama ibundanya. Kalau Jenderal Rahmanto si tenang saja. Beliau cukup yakin dengan kemampuan putranya menggaet wanita. Tidak mungkin Deo bakal terus sendirian, melajang seumur hidup.

Hanya istrinya saja yang cemas, takut Deo jadi bujang lapuk. Apalagi kedua adiknya, Reynal dan Amel sudah dewasa. Sudah punya pacar yang kelihatannya serius dengan hubungan mereka. Apa Deo mau dilangkahi? Meski Deo tidak keberatan. Tapi ibundanya yang keberatan. Karena itu diusia Deo yang sudah kepala tiga lebih, belum punya gandengan membuat ibundanya ketar-ketir.

Karena itu mendengar Deo meminta izin untuk mengundang teman wanitanya, ibundanya girang bukan main.

"Tentu saja kamu boleh mengundangnya, Deo. Bunda senang sekali. Siapa namanya?" tanya Nyonya Siti Rahayu dengan mata berbinar-binar. Seakan baru mendengar putranya mau mengundang seorang wanita, berasa ia sudah mendapatkan calon menantu.

"Kikan, Bun." Deo melirik kedua adiknya yang meski sedang asyik dengan ponsel masing-masing, jelas sekali telinga mereka dipasang lebar-lebar mendengarkan percakapan Deo dan ibunya. "Seorang desain interior yang punya perusahaan sendiri bareng temannya. Ia putri bungsu keluarga Nugraha. Mamanya kenal sama Bunda dan Ayah loh."

"Nugraha? Putri bungsunya ... " Nyonya Rahayu mencoba mengingat-ingat. "Oh ... putrinya Linda Nugraha? Adik kelas Bunda waktu SMA dulu, yang suaminya pengusaha Radit Nugraha? Teman arisan Bunda juga? Jadi dia punya anak perempuan? Soalnya Bunda tahunya anaknya cowok semua. Jadi ada putri bungsu ya ..." Bunda manggut-manggut mengerti.

"Kalau Linda Nugraha sih Bunda kenal, tapi putrinya belum pernah lihat. Bukannya waktu itu sudah mau nikah ya? Sama pacarnya yang pengacara."

"Nggak jadi, Bun. Kikan single sekarang." Entah kenapa mendengar ucapan ibunya yang mengatakan Kikan mau menikah, Deo sedikit tidak senang. Kikan batal kok gak jadi nikah. Kenapa masih diingat-ingat?

"Ah, iya. Dengar-dengar pacarnya selingkuh ya. Kasihan anaknya Linda itu. Mau nikah malah diselingkuhi pacarnya."

"Nggak apa-apa, Bun. Untung Mas Deo kan pacarnya Kikan selingkuh jadi Kikan gak jadi kawin?" Tiba-tiba saja Reynal ikut nimbrung pembicaraan. Tidak tahan cuma jadi pendengar saja.

"Selingkuh kok untung? Kasihan Kikan kan?" Nyonya Rahayu memandang putra nomor duanya dengan tidak puas.

"Loh untung dong, Bun. Kalau pacarnya Kikan gak selingkuh. Dan Kikan jadi kawin sama pacarnya, kan Mas Deo gak bakal ketemu Kikan. Gak bakal ngundang Kikan ke ulang tahun Amel. Dan aku bakal jadi bujang lapuk nungguin Mas Deo menggaet cewek lain," ucap Reynal tanpa tedeng aling-aling.

"Bener, Bun. Dan Amel bakal jadi perawan tua. Padahal Andy udah kepengin banget ngelamar Amel." Amel si bungsu ikut-ikutan.

"Hush, kamu itu sama Andy baru lulus kuliah. Baru sama-sama kerja, udah mikirin kawin. Kumpulin dulu uang buat biaya nikah sama beli rumah. Baru mikirin berumah tangga. Kalau Mas mu Reynal dan Mbak Tamara, pantaslah udah mikir ke sana. Mereka sudah mapan. Mas mu Deo apalagi."

"Bunda curang." Amel pura-pura cemberut. Tapi ia memang tidak ada niat untuk melangkahi kedua kakaknya. Tabungan saja belum punya, bagaimana dia mikir soal kawin? Dia hanya ingin menggoda kakaknya, Deo. Tapi yang digoda tenang-tenang saja.

"Deo gak keberatan kalau Reynal sama Amel mau nikah duluan kok, Bun. Kalau memang Deo belum ketemu jodohnya mau gimana coba?" Ucap Deo kalem.

"Bunda yang keberatan! Lagian masa cowok seganteng kamu gak ada cewek yang nyantol. Gak percaya Bunda. Pokoknya kamu dulu yang nikah, baru Reynal dan Amel!" Kalau Bunda sudah menjatuhkan vonis begitu siapa yang berani membantah? Bunda ratu di rumah ini. Ayah mereka saja yang notabene seorang Brigadir Jenderal masih nurut sama Bunda. Tipikal suami bucin sang Jenderal.

Karena itu kedatangan Kikan malam ini di ulang tahun Amel sudah sangat dinantikan oleh keluarga besar Jenderal Bambang Rahmanto. Mereka penasaran ingin melihat seperti apa rupa wanita yang sudah menaklukan hati si sulung keluarga Rahmanto ini.

Kikan yang menjadi bintang utamanya malam ini tentu saja tidak tahu. Dengan sikap anggun dan tenang ia memasuki restoran bersama Deo. Bahkan tidak menyadari tatapan Deo yang sedari tadi tidak lepas mengaguminya. Kapten kita yang satu ini sepertinya sudah jatuh begitu dalam dengan bidadari di sampingnya.

●Kepengin publish cerita baru lagi, kalian mau baca gak? Atau selesaiin cerita ini dulu aja kali ya.

Menyentuh luka ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang