"Dia bekas pacarmu?" Madha bukan orang yang usil. Atau jenis orang yang ingin tahu tentang urusan orang lain.
Tapi dua kali berhadapan dengan situasi seperti ini, saat Kikan lagi-lagi diganggu pria yang ternyata mantan pacarnya. Membuat hati Madha tergelitik.
Betapa luar biasa pengendalian gadis itu menghadapi pria menyebalkan seperti itu. Betapa besar kesabaran yang ia miliki, dan terutama betapa hebat ia menanggung semua itu sendiri.
Kikan tidak mencaci maki Raga dengan bahasa kasar yang biasanya dilontarkan perempuan manapun yang mendapat gangguan seperti itu. Tidak melakukan tindakan fisik yang bisa menjadi konfrontasi memalukan, yang bisa menjadi tontonan orang.
Meski Madha bisa melihat perubahan di wajah Kikan. Ekspresi penuh kemarahan, mata yang bersorot dingin dan tangan yang terkepal erat. Tapi semua itu tidak membuatnya langsung mengeluarkan cacian nama binatang langsung keluar.
Kikan justru menahannya, dengan pengendalian diri yang luar biasa. Menjaga harga dirinya tetap terjaga di muka umum. Tidak membuat dirinya dipermalukan dan mempermalukan diri sendiri. Diam-diam timbul kekaguman di hati Madha. Betapa istimewanya gadis cantik berhati lembut di sampingnya ini.
Kikan mengangguk lemah. Mereka sudah keluar dari restoran dan sedang berdiri di halaman restoran. Meski jam di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul sepuluh malam, tapi wilayah SCBD ini masih ramai dan terang benderang oleh lampu-lampu di gedung- gedung pencakar langit sekitarnya. Sebuah wilayah bisnis prestisius yang konon mencerminkan wajah Jakarta dan Indonesia.
Kikan tahu kantor hukum milik keluarga Raga juga terletak di kawasan elit ini. Menempati salah satu lantai dari gedung pencakar langit di wilayah ini. Mungkin benar Raga cuma kebetulan berada di sini, meski Kikan masih curiga bila sepertinya itu cuma isapan jempol belaka.
Apapun yang dikatakan Raga, tapi yang pasti kedatangannya membuat mood Kikan memburuk. Turun ke titik terendah.
"Maaf. Saya tidak bermaksud usil. Saya cuma heran, kenapa bekas pacarmu itu masih mengganggumu seperti itu? Bukankah ... maaf lagi Kikan, dia sudah punya kekasih baru?"
"Apa Mas Madha pikir saya tahu jawabannya? Saya juga tidak tahu kenapa Raga bersikap aneh seperti itu."
"Dia ingin kembali padamu. Karena itu tidak berhenti mengejarmu."
"Saya tidak peduli. Saya tidak bisa mentoleransi sebuah perselingkuhan dalam sebuah hubungan. Saya bisa memaafkan apapun kesalahan yang ia buat, kecuali perselingkuhan. Ia yang memilih pergi, mencampakan cinta saya. Apa Mas Madha pikir pria seperti itu masih bisa menerima maaf saya?"
Madha menatap Kikan dengan pandangan yang rumit. Ucapan Kikan mau tidak mau membuatnya kembali teringat akan perselingkuhan yang dilakukan Helena.
Teringat ketika ia memergoki perempuan yang sangat ia cintai itu, mendesah penuh gairah di bawah tubuh pria asing di apartemen mereka. Padahal mereka akan menikah dan persiapannya pun sudah rampung.
Madha ingat, itu adalah hari terburuk dalam hidupnya. Ketika Helena menghancurkan hatinya menjadi berkeping-keping. Menusuk jantungnya dengan pisau berkarat bernama perselingkuhan. Mengkhianati cintanya, kepercayaannya dan harapan yang ia sematkan pada perempuan itu.
Bahkan hingga kini, Madha sering kali bertanya-tanya dalam hatinya. Kesalahan apa yang sudah ia buat hingga Helena tega mengkhianatinya? Kesalahan apa yang ia buat hingga Helena tega menghancurkan mimpi-mimpi yang mereka bangun berdua?
Meski peristiwa itu telah lama berlalu, tapi sepertinya baru kemarin. Tanpa sadar Madha menyentuh jantungnya dan menyadari bila sampai sekarang, luka itu masih membekas di sana.
"Saya juga tidak akan pernah mentolerir sebuah perselingkuhan," ucap Madha getir. Tidak menyangka bila akan bertemu perempuan yang bernasib sama sepertinya. Adakah hal yang lebih menyakitkan yang dilakukan pasanganmu selain mengkhianati cinta mereka? Pernahkah orang yang berselingkuh darimu berpikir dan membayangkan seandainya mereka yang berada di posisinya?
Dikhianati, diselingkuhi. Rasanya sangat menyakitkan.
"Waktu Helena mengkhianati saya, saya tidak bisa memaafkannya. Sebesar apapun cinta yang saya miliki untuknya, itu tidak cukup untuk membuat saya menjadi orang suci. Yang bisa memaafkan dan berpura-pura semua itu tidak terjadi. Apa itu juga yang dilakukannya padamu?"
Kikan mengangguk. Matanya memancarkan rasa perih dan kepedihan di hatinya. "Selama kami menjalin hubungan, ternyata Raga masih menyimpan cinta lain di hatinya. Cinta pertamanya. Dan ketika cinta pertamanya itu kembali, ia tanpa ragu memutuskan hubungan kami. Membatalkan rencana pernikahan kami."
Madha semakin terkejut. Kenapa nasib gadis ini begitu mirip dengannya? Dikhianati sang kekasih di saat mereka akan menikah.
"Dan sekarang dia bilang ingin kembali pada saya. Ingin mengakhiri hubungan dengan kekasihnya itu yang sekaligus cinta pertamanya. Bagi saya itu cuma sebuah lelucon konyol yang tidak lucu.
"Kenapa ia senang sekali mempermainkan perasaan? Mengapa ia pikir semua perbuatannya itu bisa termaafkan begitu saja? Kenapa ia tidak membiarkan saya untuk melupakan dan menjalani hidup saya sendiri? Kenapa?
"Kenapa ia tidak pernah berpikir bila semua yang dilakukannya sangat menyakitkan. Sakit sekali. Di sini. Masih terasa sakit." Kikan mencengkram dadanya erat. Melihat gadis itu yang begitu rapuh di depannya, nyaris hancur kapan saja. Tanpa sadar, di dorong oleh nalurinya. Madha meraih gadis itu ke dalam pelukannya. Membiarkan tangis Kikan pecah di dadanya.
"It's oke, Kikan. Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja. Semuanya akan baik-baik saja."
*****
Ketika Raga tiba di rumah sakit setelah menerima telpon dari Ryan. Ia langsung disambut tangisan dan pelukan anak itu yang menangis kencang di pelukannya. Butuh waktu lama bagi Raga untuk membujuk dan menenangkan anak itu.
"Sudah. Tidak apa-apa. Tidak apa-apa."
"Om, kenapa Mama nekat berbuat itu? Kenapa Mama tega mau ninggalin Ryan? Kenapa Om? Apa salah Ryan?"
Lidah Raga terasa kelu mendengar isakan dan pertanyaan anak itu. Ia juga tidak menyangka Farah bakal berbuat nekat seperti itu.
Sepeninggal Raga, Farah mencoba melakukan percobaan bunuh diri dengan menyayat pergelangan tangannya sendiri. Untung saja ia ditemukan pembantunya dengan cepat. Dan segera dilarikan ke rumah sakit.
Yang menelponnya tadi Ryan. Bocah itu bingung dan takut dengan keadaan ibunya. Dan satu-satunya yang terlintas di pikirannya adalah Raga. Raga yang sering datang ke rumah mereka, Raga yang diperkenalkan ibunya sebagai calon ayah barunya dan Raga yang begitu baik padanya dan juga ibunya.
Terbukti, Raga langsung datang begitu ia telpon. Memeluk dan menghiburnya dengan lembut. Meski tentu saja Ryan tidak tahu, apa yang sebenarnya saat ini berkecamuk di pikiran Raga.
Raga tahu kenapa Farah bisa berbuat nekat seperti itu. Semua itu karena dia. Semua itu dipicu oleh tindakannya yang nekat pergi dari rumah Farah untuk menemui Kikan.
Raga pikir Farah tidak mungkin berbuat sebodoh itu. Tapi siapa sangka bila perempuan itu berpikiran pendek hingga bisa berbuat senekat itu. Apa sebenarnya yang ada di pikiran Farah? Apa ia tidak sadar ia masih memiliki seorang putra yang masih butuh perhatiannya?
Apa kehilangan dirinya harus membuatnya mengambil tindakan seekstrim itu?Setakut itukah Farah kehilangan dirinya? Seobsesif itukah dirinya bila menyangkut Raga dan cintanya? Untuk pertama kali dalam hidupnya, Raga merasakan hawa dingin di punggungnya. Sepertinya ia tidak lagi mengenal Farah dan kepribadiannya. Seakan Farah yang sekarang, bukan lagi seperti Farah yang dikenalnya dulu. Seakan Farah yang sekarang, adalah orang asing yang tidak dikenalnya.
**Bab 36 dan seterusnya di karyakarsa ya.
![](https://img.wattpad.com/cover/352934996-288-k174249.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyentuh luka ( Tamat )
General FictionDi saat Kikan sedang berbahagia menyiapkan pesta pernikahannya dengan Raga, ia menerima kenyataan pahit. Mendapati kekasihnya selingkuh dengan mantan pacarnya saat di SMA dulu. Dengan hati hancur berkeping-keping, Kikan membatalkan pernikahan terseb...