Pagi itu Laras dan Arya sempat melongo melihat putri bungsunya baru saja keluar dari kamarnya dengan penampilan yang berbeda. Nesha yang biasanya berpenampilan nyentik dengan jaket hitam, sepatu boot, aksesoris gelang, kalung, tindik, dan bibir yang dipoles dengan warna gelap, seketika berubah berbeda. Rambut pendek yang tersisir rapi, sneakers putih, hanya memakai arloji berwarna silver di pergelangan tangannya. Terlihat lebih anggun dan cantik.
Bahkan Desire yang baru saja keluar menuruni tangga untuk mengambil sarapannya pun itu menganga melihat penampilan adiknya lebih kalem.
"Widih...kesambet apa, lo?" seloroh Desire.
"Apasih, kak!" balas Nehsa sinis.
"Gitu dong. Kakak jadi gak malu ngajak kamu kemana-mana. Soalnya mereka pasti ngira kalo kakak lagi jalan sama anak cowo." Desire masih menghardik.
Nesha yang mencoba menjadi anak anggun hanya bisa menggembungkan pipinya kesal, sebenarnya gadis itu sedang menahan emosinya saja. Kedua kakak beradik itu kemudian mendudukan dirinya di meja makan untuk sarapan bersama.
Arya yang duduk di depan putri bungsunya mengukir senyuman ceria, bukan tanpa alasan, ia senang dengan perubahan tampilan sang putri.
"Nah, gini yang papa suka. Bukan tampilan kaya anak punk." seloroh Arya.
"Mama curiga, pasti dia berubah karena seseorang." celetuk Laras.
"Gimana, Mah?" Arya tanya.
"Orang gak akan berubah tanpa alasan. Pasti anak mama lagi suka sama seseorang." sindir Laras.
"Anak papa udah pada gede-gede semua ternyata." ucap Arya, dimana nadanya terdengar mengeluh.
"Kamu suka Arwin, Nes?' bisik Desire, dia duduk di samping adiknya.
Nesha yang sedang meneguk susu hangatnya tersedak seketika saat mendengar fitnah tadi, begitu pun mereka yang ikut terkejut saat Nesha sedikit memuncratkan airnya. Gadis itu cepat-cepat mengambil tisu yang ada di depan mamanya dan langsung membersihkan kumis susu yang masih menempel di bawah hidungnya.
"Ih! Apa-apaan!" ketus Nesha sinis.
"Siapa tau,'kan. Kalian kemarin akrab banget." sarkas Desire.
Nesha dibuat mendengkus kesal. Akrab karena mereka melihat kedua anak itu bertengkar sangat lancar seolah sudah mengenal lama. Mengingat sindirian dan fitnah—yang katanya Nesha suka Arwin—membuat gadis itu merinding seketika.
***
Pagi itu tepat di jam 7 pagi, baru saja Nesha tiba melewati gerbang sekolah. Bertepatan dengan itu bel masuk baru saja berbunyi. Dengan langkah gontai, ia menggerakan kakinya merajut jalanan berbaping menuju kelasnya. Nesha yang biasanya mengambil langkah lebar, tiba-tiba langkahnya berubah menjadi anggun layaknya gadis pada umumnya. Rambut yang jarang disisir pun sudah terlihat rapi dengan penjempit rambut bermotif bunga dengan hiasan mutiara.
Langkahnya terhenti saat mendapati Ranza baru saja keluar dari salah satu lorong. Pria itu bergeming sejenak saat melihat Nesha berjalan seorang diri di koridor. Meski banyak juga siswa-siswi yang berlalu lalang di sana, pandangan Ranza hanya tertuju pada Nesha.
"Ranza!" sapa Nesha. Ia mempercepat langkah kakinya, dan berhenti di depan Ranza. "Hai." sapanya lagi.
Ranza masih diam, matanya memperhatikan penampilan Nesha dari ujung rambut dan ujung kaki layaknya sedang men-scan.
"Nesha? Kamu...kelihatan berbeda?" alibi Ranza.
"Masa sih? Emang apa yang beda?" kilah Nesha, dirinya berseringai seraya menyisir secuil rambutnya ke belakang telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1.] My Brave Girl ✔
Novela JuvenilResiana Neshara, seorang gadis tomboy biang onar terpaksa harus dipindahkan sekolahnya karena kesalahan dan masalah yang selalu ia perbuat. Saat berada di sekolah barunya, ia bertemu Alfian Naranza, seorang lelaki kutu buku yang pendiam dan cupu. Ne...