Tiga belas hari selama ulangan akhir semester berjalan dengan baik tanpa adanya kendala, dan hari ini adalah hari terakhir penilaian di SMA Adiwidia. Jam baru saja menunjuk pukul 07:00, sedangkan waktu ujian dimulai sekitar 30 menit lagi. Di sepanjang koridor terlihat lautan manusia yang didominasi pelajar sedang mempersiapkan diri sebelum mengerjakan soal nanti.
Di sisi lain tepatnya di ruang guru, seorang guru muda sedang sibuk membuka-buka seluruh laci mejanya, mengobrak-abrik apa yang ada di atas meja, sampai mengacak-acaknya. Raut wajahnya terlihat begitu frustasi.
"Pak Tama? Ada apa?" Leali, wali kelas dari 11-A4 sendari tadi memperhatikan Tama seperti orang kebingungan.
"Gawat, bu!"
"Gawat kenapa?"
"Flashdisk! Flashdisk isi kunci jawaban kimia hilang!!" balas Tama.
Tama lantas kembali mencari perangkat keras tersebut di mejanya berharap bisa menemukannya.
"Mungkin anda lupa meletakannya." balas Leali.
"Gak mungkin. Saya selalu letakin di laci ini." tunjuk Tama pada laci kecil berwarna merah.
Leali terus memperhatikan bagaimana Tama tidak henti-hentinya mencari barang yang hilang itu. Wajar ia khawatir dan gegabah lantaran benda itu merupakan hal penting di masa ujian ini. Apalagi dia adalah guru honor, jika ada kelalaian sedikit saja bisa memperngaruhi menetap tidaknya ia berada di sekolahannya sebagai pengajar.
"Oh, ya!" sentak Tama mengacungkan telunjuknya. Ia seakan mengingat sesuatu. "...saya pernah lihat ada anak masuk ke ruang guru sepulang sekolah. Saya ingat wajah Arwin."
"Jadi...anda menuduh anak didik saya?" sarkas Leali.
"Maaf, bu. Tapi...bukannya lebih baik memastikan saja? Anda tau,'kan betapa pentingnya flashdisk itu bagi saya?"
"Sebaiknya tenang dulu. Ujian sebentar lagi dimulai. Anda mengawasi kelas apa?"
"Kelasnya ibu."
"Yaudah, kalo emang gak ketemu. Lapor saja sama kepala sekolah. Minta izin untuk melakukan pemeriksaan." usul Leali.
"Baik, bu." tandas Tama.
Lantaran Tama sudah menyebutkan kelas yang Leali bimbing sekaligus menyebut nama anak didiknya, Leali bersedia membantu Tama. Ia menghantarkan rekan sejawatnya untuk menemui Usman, atau kepala sekolah untuk melaporkan kasus hilangnya flashdisk. Mendengar kehilangan benda (yang dianggap) keramat tersebut, kepala sekolah menanggapinya serius. Beliau tentu marah akan kelalaian guru sementara itu.
"Baiklah, sebelum test dimulai, saya membenarkan semua guru menggeledah loker atau tas murid. Terutama kelas 11-A4, siswa yang anda lihat memasuki ruang guru." amanat Usman.
"Baik, pak." tanggap Tama.
Beberapa guru yang mendengarkan intruksinya mengangguk setuju dengan perintah pria yang sudah beruban tersebut. Para guru dipersilahkan menghambur keluar dari ruangan dengan membawa masing-masing seperangkat kertas berisi soal dan jawaban.
Tama dan Leali berjalan di koridor saat bel masuk berbunyi, terlihat di depannya anak-anak baru saja memasuki kelas. Kedua guru itu lantas memasuki kelas 11-A4, dimana siswa-siswinya sudah duduk rapi di bangkunya masing-masing.
"Selamat pagi anak-anak." sapa Leali.
"Pagi, bu." balas murid serempak.
"Sebelum saya membagikan soal, ada yang ingin kami sampaikan. Silahkan Pak Tama." tandas Leali.
Tama mengambil satu langkah ke depan kelas saat Leani mempersilahkannya.
"Mohon maaf anak-anak, kedatangan bapak bermaksud untuk melakukan pemeriksaan. Di sini yang ikut OSIS, mohon maju ke depan." titah Tama.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1.] My Brave Girl ✔
Ficção AdolescenteResiana Neshara, seorang gadis tomboy biang onar terpaksa harus dipindahkan sekolahnya karena kesalahan dan masalah yang selalu ia perbuat. Saat berada di sekolah barunya, ia bertemu Alfian Naranza, seorang lelaki kutu buku yang pendiam dan cupu. Ne...