"Maaf, sayang. Mama gak bisa jemput kamu. Mau nganter kakak kamu dulu.""Loh! Gak bisa gitu!"
"Udahan, ya. Ada rekan papa dateng."
Laras menutup panggilan telepon saat anaknya hendak mencerocos lagi. Nesha yang panggilannya tak diacuhkan begitu saja hanya bisa mendengkus kesal. Laras menyuruhnya untuk pulang dengan kendaraan umum, tapi uangnya sudah habis membeli perlengkapan tulis sekaligus untuk jajan.
"Oke, fiks. Gue anak tiri." simpul Nesha.
Gadis itu lantas beranjak dari duduknya, niatnya ingin jalan kaki saja karena rumahnya hanya berjarak 3 kilometer dari sekolah. Merasa panas matahari menyengat melalui kulitnya membuat Nesha putus asa. Tidak mungkin ia berjalan tiga kilo di bawah teriknya matahari.
Langkah Nesha terhenti saat melihat wanita paruh baya dengan memakai kebaya merah muda serta sanggul kecil di belakang kepalanya melambaikan tangan ke arahnya. Kiranya itu bukan untuk dirinya, tapi wanita itu berjalan mendekat dan berdiri di depan Nesha.
"Nesha. Wah, udah pulang, ya."
"Tante Mia?" gumam Nesha, mengetahui beliau adalah ibunda dari Mas Raden dan Mas Adipati.
"Kok Tante sih, kaku amat. Panggil mami aja." titah Mia.
"He-he, i-iya...mami."
"Kamu udah pulang, ya? Sendiri?" tanya Mia.
"Iya. Mami mau jemput Arwin, ya?"
"Tadinya. Tapi dia udah pulang bareng Dani. Hmm, gimana kalo kamu ikut mami aja? Saya udah bilang ke Mama kamu, 'kok."
"Eh?"
Mulanya Nesha bingung, namun karena tidak ada pilihan lain untuk pulang, ia akhirnya mau menerima ajakan mertua kakaknya itu. Lagipula Mia itu bukan orang asing, beliau sudah sangat dekat dengan keluarganya.
Mia dan Nesha duduk terdiam di dalam mobil, hening lantaran bingung dengan obrolan apa yang akan diutarakan keduanya. Sejujurnya Nesha canggung karena berada di satu ruangan ibu dari rivalnya, tau'kan? Seberapa bencinya Nesha terhadap Arwin? Begitupun sebaliknya.
"Nesha sudah makan?" tanya Mia.
"Belum." balas Nesha ramah.
"Bagus. Ayo makan bareng. Sudah bilang mama kamu."
"Makasih."
Nesha yang mengiyakan ajakan barusan membuat Mia mengarahkan mobil menuju rumahnya. Sebenarnya beliau belum meminta izin dari Laras, ia ingin bertemu Nesha perihal masalah yang menimpa anaknya pagi tadi. Menurutnya Nesha adalah orang yang pantas untuk ditanyai, karena hanya dialah teman sekelas Arwin yang Mia kenal. Mia mengenal Dani dan Agha, hanya saja mereka tidak satu kelas.
Sekitar tiga puluh menit perjalanan, mobil memasuki perkarangan rumah. Usai mobil terparkir sempurna di depan, Nesha dibuat membeku di tempat setelah turun dari mobil melihat rumah besar nan luas di depannya. Ia tercengang karena itu adalah pertama kalinya ia mendatangi rumah Arwin, apalagi Desire dan orang tuanya tidak pernah bercerita jika Arlan merupakan anak dari orang berada.
"Wah...kak Desire...parah! Bisa-bisanya dapet gapura kabupaten!" monolog Nesha.
"Nes, ayo masuk." ajak Mia.
"I-iya."
Nesha lantas mengikuti Mia dari belakang seperti itik yang mengikuti induknya.
Di dalam rumah itu juga tidak kalah menarik. Rumah dengan nuansa kental adat jawa membuat Nesha seakan dibawa ke masa lalu periode keraton jawanya. Bisa dilihat koleksi wayang kulit yang dipanjang pada lemari kaca, kursi, jendela, pintu terbuat dari kayu jati yang diukir, lantai dari marmer hingga platfoam cokelat, dan beberapa alat musik asal jawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1.] My Brave Girl ✔
Fiksi RemajaResiana Neshara, seorang gadis tomboy biang onar terpaksa harus dipindahkan sekolahnya karena kesalahan dan masalah yang selalu ia perbuat. Saat berada di sekolah barunya, ia bertemu Alfian Naranza, seorang lelaki kutu buku yang pendiam dan cupu. Ne...