Jari jemari Nesha terus saja meremas lembaran kertas yang ada di bukunya hingga menjadi sebuah gumpalan. Melihat Arwin yang hanya diam membuat Nesha semakin ingin melahap pria itu.
Lantaran kacamatanya rusak sebagian, Ranza jadi sulit melihat tulisan yang ada di papan tulis. Seringkali ia harus menutup sebelah matanya dengan tangan agar tulisan yang ada dipapan terlihat. Itu membuat Nesha—yang sebelumnya jarang menulis—jadi ingin cepat-cepat menyelesaikan tulisannya, guna diberikan pada Ranza agar ia tidak kesulitan melihat papan tulis yang buram setengah.
Jam pada dinding kelas sudah menunjukan hampir pulang sekolah. Kelas sudah terlihat lumayan sepi karena jam kosong yang membuat mayoritas orang pergi ke kantin untuk makan, dan kebanyakan adalah laki-laki, mungkin hampir semua. Di kelas 11–A4, anak laki-laki memang keras kepala, sudah tau tidak ada guru, bukannya tetap di kelas sembari mengerjakan tugas, malah keluyuran tidak jelas.
Baru saja Nesha bangkit dari duduknya, ia hendak pergi menemui Arwin untuk balas dendam. Gadis itu sudah geram karena hanya diam, sedangkan Arwin masih saja terlihat bahagia dengan tawaannya setelah tadi kembali mengintimidasi Ranza. Persetanan dengan misinya untuk menjadi gadis anggun, Arwin memang sudah tidak bisa dibiarkan bergitu saja. Sudah muka dua, menyebalkan juga. pikir Nesha.
Setelah berkelana di seluruh sekolah, ia akhirnya mendapati Arwin sedang bermain game bersama Dani di salah satu bangku kantin.
Melihat di atas meja ada pop mie bekas yang sudah dingin di dekatnya, membuatnya menyambar makanan tersebut. Sembari membawa pop mie tersebut, ia berjalan cepat. Begitu berada tepat di belakang Arwin, gadis itu langsung melempar wadah pop mie itu tepat di kepalanya hingga meluluh lantahkan isinya. Seragam Arwin sudah blepotan terkena kuah dan untaian mie, bau dari MSGnya tercium jelas.
Bukan hanya Arwin, Dani dan empat kawan yang lainnya juga terkejut dengan apa yang baru saja Nesha lakukan.
"BANGSAT!!!" pekik Arwin.
"Apa? Marah? Lo gak ada hak buat marah!" serang Nesha.
"Lo dateng-dateng nyiram gue!"
"Emang tadi lo ada alesan hajar Ranza sampe kacamatanya pecah?" tanya Nesha, seraya melipat kedua tangannya di depan dada.
Napas Arwin terjeda sesaat, ia mencoba menyingkirkan untaian mie yang ada di kepalanya. Jujur dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia sangat marah dengan perbuatan Nesha.
"Gak usah sok hebat, ngerasa keren lo kaya gini?" sindir Arwin.
"Gue rasa pertanyaan itu cocok buat lo." bidas Nesha.
Arwin dibuat memiringkan senyumannya, kekehan kecil pun terdengar setelahnya. "Lo emang beneran suka sama cowo itu. Asal lo tau aja, lo gak kenal dia. Dan gue pastiin, lo bakal nyesel suka sama orang bejat itu, tch!"
Nesha dibuat menyerengit heran dengan perkataan Arwin barusan.
"Gue gak terima diginiin!" gerundel Arwin, lantas mengambil botol air mineral dari atas meja.
Arwin yang tidak terima disiram pop mie bekas ingin membalasnya dengan menyiram air putih. Namun belum tirta bening itu mengenai tubuh Nesha, seseorang sudah lebih dulu berada di hadapan yang membuat punggungnya basah. Arwin kaget karena orang itu adalah Agha yang baru saja melindungi Nesha.
"Agha?! Lo apa-apan?!" pekik Nesha.
"Lindungin lo." balasnya.
Agha kemudian membalikan badannya. Ia menatap Arwin yang sedang menatapnya nyalang. Sedangkan Arwin sendiri mendadak menelan ludahnya gugup.
Perang dunia ketiga akan dimulai. batin Dani.
"Gak bosen kelahi sama Nesha?" tanya Agha.
"Lo lihat baju gue?! Gara-gara cewek itu!!" berang Arwin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1.] My Brave Girl ✔
Novela JuvenilResiana Neshara, seorang gadis tomboy biang onar terpaksa harus dipindahkan sekolahnya karena kesalahan dan masalah yang selalu ia perbuat. Saat berada di sekolah barunya, ia bertemu Alfian Naranza, seorang lelaki kutu buku yang pendiam dan cupu. Ne...