45. Go Home

36 4 0
                                    


Tangan Nesha nyaris saja tersayat pisau saat sedang memotong buah pisang—untuk dijadikan isian kue nagasari. Mendengar Resti menyebutkan nama Arwin tentu tercengang sekaligus bingung. Bukan hanya Nesha yang menghentikan kegiatannya, kegiatan menguleni adonan yang Resti lakukan pun sama terhentinya dengan bergeming seraya menundukan sedikit kepalanya.

"A-arwin?" beo Nesha.

"Ingat dengan rumor yang bilang aku hamil?" tanya Resti, yang ditanya hanya bisa mengangguk sambil menelan ludahnya. Sepertinya ada pembicaraan menarik mengenai Mas Raden. "dulu, aku tau kalo Arwin suka sama aku. Dia mencoba deketin, melindungi, bahkan kasih perhatian kaya nyapa, kasih makan, atau bahkan ngobrol santai denganku. Bukannya percaya diri, tapi Arwin gak kaya gitu ke orang lain." sanggah Resti.

Orang seperti Arwin memang terlalu dingin dan galak untuk bisa bersosialisasi dengan teman kelasnya. Apalagi teman kelasnya juga memiliki sifat julid, legend of gosip, dan bermain geng atau zaman sekarang disebut circle.

Entah mengapa pembicaraan mengenai sifat Arwin ke Resti terasa familiar. Akui saja jika Nesha pun sama seperti Arwin, mendekati orang yang disukainya dengan sifat yang berbeda dari orang lain. Maksudnya, dari awal Nesha juga mencoba mendekati Ranza, melindunginya dari para penggretak, sering mengajaknya makan, hingga obrolan yang terdengar formal. Nesha tidak seperti itu ke orang lain.

"Dulu, semakin Arwin coba lindungi aku...aku malah semakin terganggu sama dia. Kaya, dia posesif?" kata Resti.

"Dimata gue dia kaya panci sisa rendang, nyebelin, susah ngilanginnya." sahut Nesha.

"Iya,'kah? Wah, kamu kayanya lebih deket deh sama dia. Biasanya yang dikata nyebelin itu, ujung-ujungnya jadi ngangenin."

"Idih. Dia pernah bikin kaki gue patah, bikin tangan terkilir, dan babak belur. Hah, orang gila emang." gerundel Nesha.

Resti menanggapimya dengan tersenyum dan tertawa pelan. Mengenai cerita itu, ia sebenarnya sudah menahu perihal kejadiannya. Tempo hari saat Nesha dan teman-temannya datang, mereka bercerita tentang perkelahian Nesha dengan Arwin. Jika diingat, kedua orang yang terlibat perkelahian malu sendiri.

"Terus habis itu gimana? Yang keganggu sama Arwin?" timpal Nesha.

"Arwin itu orangnya cuek. Meski dia pernah bilang dia suka aku, tapi dia diem aja waktu aku dibully Gira dan temennya. Arwin beranggapan kalo aku sedang bercanda sama Gira. Zaman sekarang emang sulit bedain mana yang serius mana bercanda. Bahkan kemarin aku lihat di televisi, ada sekelompok remaja ngerjain temannya yang lagi ulang tahun, mereka ikat tuh anak di tiang listrik. Mereka lemparin tepung, telur, sama air ke dia yang lagi ulang tahun. Tapi siapa sangka kalo tiang listriknya kena arus pendek. Kasihan, ya, dihari ulang tahunnya malah meninggal gara-gara kesetrum. Temen-temennya gak berani nolongin karena takut. Waktu diperiksa sama polisi, temen-temennya bilang 'cuma bercanda'. Ngeri anak-anak zaman sekarang." ujar Resti panjang lebar.

"Terus yang lo bilang keluarnya gara-gara Arwin lo keluar? Gimana tuh?" tanya Nesha.

"Hmm, Arwin yang nyebarin rumor itu ke sosial media. Dia ngelakuin itu karena peduli sama aku. Tapi nyatanya, aku sama Ranza malah kehujat. Bahkan Arwin pun bungkam waktu itu, seakan-akan memang mau hancurin kita. Dia itu orang aneh, aku gak tau pikirannya. Rasanya pengin menghilang aja."

Melihat Resti yang menunduk sendu membuat Nesha mengusap lembut bahu Resti guna menenangkannya. Ternyata memang banyak orang yang membenci Arwin, bahkan orang yang dia sukapun sama membencinya. Jika diperhatikan, Arwin adalah sosok yang terlihat sempurna, dia pintar, berprestasi, tampan, dan anak orang kaya. Tapi sifatnya yang angkara membuatnya mudah dibenci siapapun, untungnya ia memiliki Dani temannya sejak belia yang bisa tahan menghadapi orang seperti Mas Raden.

[1.] My Brave Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang