3. ditembak

2.3K 54 0
                                    

Satria menghela napas berat kenapa kerjaannya belum juga selesai, padahal ia ingin segera pulang melihat wajah istrinya. Melepas kecematanya memijat pangkal hidungnya rasanya ia bisa gila tidak melihat chika di sampingnya.

Satria mengambil ponselnya menatap poto yang ia ambil secara diam-diam tanpa sepengetahuan sang istri. Disana terlihat jelas kalau chika sedang tidur pulas tanpa mengenakan sehelai benang pun dan tentunya sedang memeluk dirinya. Sudut bibir chika terangkat membentuk senyum tipis.

Cklek.

Satria menoleh menatap teman-temannya yang masuk tanpa mengetuk pintu. "Apa?" Tanya satria menatap kesal Mereka bertiga.

Mereka tidak menyahut mereka duduk di sofa yang ada di sana memakan buah-buahan yang sudah disediakan. "Kami disini numpang makan" jawab karyo.

"Kantor gue bukan tempat penampungan" ucap satria sinis.

"Gitu banget sama teman sendiri" kata regil.

Satria tidak menyahut ia kembali bekerja lebih fokus supaya cepat selesai dan ia bisa pulang lebih cepat. Begitupun ketiga temannya Mereka tidak mau menganggu satria yang sedang fokus bisa-bisa mereka dibunuh di tempat ini juga.

"Lo abis makanan itu, gue mau pulang" kata satria langsung keluar ruangan meninggalkan ketiga temannya yang mengangguk polos.

Mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi ia tidak sabar melihat chika. Rasanya ia ingin berduaan setiap harinya. Memarkirkannya mobilnya asal ia langsung keluar berjalan cepat menghampiri chika yang sedang tidur di sofa.

"Bangun, kenapa tidur di sofa?" Tanya Satria menepuk-nepuk pipi chika.

Chika terbangun ia menatap satria tepat diwajahnya. "Kak, cepat amat pulangnya?" Tanya chika.

"Karena gue mau terkam lo" jawab satria.

Chika menatap suaminya yang tersenyum miring menatapnya. "Selama ini aku enggak tau kedua orang tua kakak, yang sekarang jadi mertua aku" tanya chika selama ia menikah dengan satria belum pernah melihat kedua orang tua satria.

Satria mengelus perut rata chika. "Kalau kamu mau lihat mamah sama papah aku, kamu harus ke Italia baru kamu bisa lihat mereka" jawab Satria.

Chika menggeleng cepat. "Enggak. Aku enggak mau ke Italia disana seram" tolak chika.

Satria terkekeh kecil. "Yasudah kalau kamu tidak mau" pasrah satria.

***

Satria terus mencium chika tanpa ampun membuat chika kesal. Kekesalan chika kebahagiaan satria itulah pria Satria Kalandra.

"Sebentar dulu, kak. Aku mau....ahk" ringjs chika saat bibirnya digigit satria.

"Diam! Kalau kamu tidak mau bibir kamu rusak" ucap Satria dingin.

Chika meringis ia menatap satria. "K-kak aku mau minum dulu" lirih chika mendorong wajah satria menjauh darinya.

Satria mencengkeram pipi chika. "Sudah saya peringatkan kalau saya tidak mau di tolak" marah satria.

Chika menatap mata tajam satria. "A-aku mau m-minum dulu kak" cicit chika.

Satria dari kasur mengambil air putih yang memegang ada di kamarnya. "Nih, minum yang banyak" suruh Satria menyodorkan air putih yang langsung chika terima. Padahal niatnya ingin kabur bukan haus beneran.

"M-makasih" ucap chika.

Satria mengangguk ia mengambil paper bag menyodorkan kehadapan chika. "Ambil, saya belikan ponsel untuk kamu supaya kamu tidak kesepian saat saya kerja, dan ingat ponsel ini tidak boleh digunakan untuk komunikasi dengan orang lain hanya saya seorang" tegas satria.

protective Devil [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang