4. janji

1.9K 42 0
                                    

Chika terbangun dari pingsannya menatap sekeliling yang sepi dan hanya dirinya saja yang terbaring lemah di atas kasur kamarnya. Mengingat kejadian tadi malam membuat ia kembali takut.

Chika menatap kakinya yang diperban, dan sangat sakit jika digerakkan membuat ia takut. Air matanya menetes ia takut tidak bisa berjalan seperti dulu.

Cklek.

Chika menoleh menatap satria yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan handuk yang melingkar di perutnya. Mata mereka saling bertatapan reflek chika memutuskan pandangannya lebih dulu, ia membenci satria.

Satria berjalan dengan senyum miringnya menghampiri chika. "Bagaimana rasanya apakah enak mencoba pistol kesayangan saya?" Tanya Satria mengelus pipi chika yang langsung chika tepis.

Chika menoleh memberanikan diri menatap satria. "K-kamu k-kenapa jahat sama aku, kak?" Tanya chika terisak.

Satria tersenyum miring. "Karena kamu berusaha kabur dari saya asal kamu tau kemanapun kamu pergi sekalipun keujung dunia saya pasti akan menemukan kamu" tegas satria.

"T-tolong lepaskan aku kak, aku janji setelah kakak lepasin aku nanti, aku bakal bayar kerugian waktu di cafe itu, aku tidak akan lapor polisi soal kakak tembak aku" kata chika.

Satria mencengkeram kaki chika sampai sang empu menjerit keras. "KAU PIKIR SAYA BUTUH UANG DARI KAMU?, TIDAK! SAYA TIDAK MEMBUTUHKAN UANG YANG HARGANYA KECIL MENURUT SAYA. BERANI KAMU KAMU SAYA AKAN BUNUH KELUARGA KAMU DIDEPAN WAJAH KAMU SENDIRI" bentak satria.

Chika berusaha melepaskan cengkraman satria. "S-sakit k-kak hiks" isak Chika

Satria malah semakin mencengkram kuat. "Berjanji tidak akan kabur?" Suruh satria.

Chika mengangguk lemah. "I-iya" jawab chika menangis kesakitan.

"Janji?" Ulang satria.

"J-janji" kata chika.

Satria melepaskan cengkeramannya menatap chika menarik chika ke pelukanya. Mengelus punggung chika yang malah semakin menangis dan memberontak. "Sikap saya tergantung sikap kamu pada saya, kalau kamu bandel saya marah dan kalau kamu nurut maka saya baik" ungkap satria.

Chika merasakan ada kenyamanan saat seperti ini, diusap lembut satria. Tanpa sadar chika tertidur dalam pelukan suami jahatnya. Satria merasakan tidak ada pergerakan dari istrinya menunduk melihat chika yang tidur. Sudut bibir satria terangkat membentuk senyum tipis.

"Cantik" gumam satria. Merebahkan tubuh chika ke kasur, Chika yang merasakan satria hendak pergi menarik satria sampai jatuh ke samping. "Jangan menggoda saya chika" bisik satria.

"Aku tidak menggoda saja kamu tergoda" lirih chika masih belum sepenuhnya tidur.

Satria mendengus kesal. "Lepas saya mau pakai baju" ucap satria.

Chika menurut ia melepaskan pelukannya menarik guling memeluknya erat. Satria yang melihat guling itu dipeluk istrinya erat tidak terima, menarik guling melemparnya sampai terpental jauh. "Kak---"

"Jangan peluk benda apapun" marah satria ia kembali merebahkan tubuhnya di samping chika Menarik chika kedekapanya. "Saya tidak ikhlas kamu meluk benda hidup ataupun mati kecuali saya" lirih satria memeluk erat chika.

Chika mengerjapkan matanya polos. "Mending pakai baj----"

"Tidak. Saya mau tidur aja" tolak satria.

"Kakak enggak kerja?" Tanya chika melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi.

Satria mengangkat kepala chika ke lengannya menjadikan bantalan. Mengambil ponselnya memainkannya di belakang kepala chika. "Enggak. Biar karyawan gue aja yang kerja" jawab satria.

Chika menatap satria dari bawah. "Kenapa berubah-ubah. Kadang aku kamu, kadang saya aku, kadang gue lo. Itu kenapa?" Tanya chika masih penasaran.

Satria melirik chika sinis. "Nanya itu Mulu terserah gue lah mau pakai kata apa, ribet banget" sinis satria.

"Marah mulu" sinis Chika.

Hening.

Satria asyik dengan ponselnya, sedangkan chika asyik menyusun rencana untuk kabur dari satria tanpa ketahuan Satria. "Lo pernah pacaran?" Tanya satria tiba-tiba.

Chika menggeleng pelan. "Tidak. Aku takut pacaran karena takut cowok kasar.....eh dapet suami penjahat" cicit chika diakhir kalimat.

Satria terneyum tipis. "Berarti lo belum pernah bibir lo disentuh sama cowok lain?" Tanya satria.

Chika menggeleng. "Belum, tapi sekarang udah" jawab Chika polos.

Satria menahan tawa mendengar jawaban istrinya yang kelewat polos. "Gimana rasanya?" Tanya satria.

Chika menatap satria masih dengan tatapan polos dan lugunya, yang semakin membuat satria gemes dan ingin menerkam chika.

"Biasa saja" jawab chika setelah diam beberapa detik.

Satria mendengus kesal jawaban istrinya tidak sesuai ekspetasi. "Ck! Mending lo tidur" suruh satria tidak mau marah-marah terus.

Chika mengangguk memejamkan matanya menghirup aroma tubuh satria yang menurutnya sangat harum. Satria menatap chika yang sudah tidur pulas dipeluknya terdengar deru napas chika yang teratur.

Satria beranjak dari kasur secara perlahan supaya istrinya tidak terbangun, ia langsung memakai pakaian santainya turun kelantai bawah menemui teman-temannya yang rusuh.

"Ganggu, pagi-pagi udah ke rumah orang" ucap satria kesal.

"Gitu amat kita kesini mau jenguk bu bos kita, chika" ucap jaka.

Satria melirik sinis merek berdua yang memang hanya berdua. Melahap apel. "Lagi tidur, kalian mending pulang gue mau berduaan sama istri gue" usir satria.

"Mau numpang makan" ucap jaka tersenyum manis membuat satria memutar bola matanya malas.

Karyo menatap satria yang asyik makan buah. "Lo kenapa tega banget sih tembak istri lo sendiri, sampai pingsan gitu" tanya karyo.

Satria melirik karyo, lalu menatap buah anggur yang ia pegang. "Gue tau mana yang baik dan mana yang buruk, gue enggak bakal celakain chika kalau dia nurutin kemauan gue" jawab satria.

"Gimana orang mau betah sama lo, sat. Lo aja aniaya dia" ucap jaka.

Satria melipat kedua tangannya di dada. "Gue enggak aniaya chika, gue cuma kasih dia pelajaran supaya dia tau kalau gue enggak main-main sama ancaman gue. Lagian salah sendiri kenapa coba dia berusaha kabur dari dia" kata satria tidak mau disalahkan.

Jaka memainkan kunci mobilnya. "Lo beneran cinta sama chika atau hanya menjadikan chika sebagai pelampiasan lo, doang?" Tanya jaka pemasaran.

Satria langsung menatap jaka tajam. "Gue cinta sama dia, kalian udah lama banget temenan sama gue bahkan dari SMA kenapa kalian enggak tau sikap asli gue, sih?" Kesal satria.

Karyo mengangguk pelan. "Kita cuma nanya doang, sat. Kalau emang cuman main-main mending lepasin chika sebelum lo jatuh cinta sama dia"

Satria melempar pas bunga kecil yang ada di meja, dengan sigap Karyo menangkapnya sebelum kepalanya pecah. "Gue tegaskan sama kalian, gue cinta sama chika cuma cara gue nunjukin cinta gue ke dia beda dari yang lain. Gue enggak mau chika semena-mena sama gue karena dia tau kalau gue cinta sama dia. Gue enggak mau itu"

***

protective Devil [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang