8. Kemarahan satria

1.7K 40 0
                                    

Chika masuk kedalam rumah melirik suaminya yang sedang duduk mengobrol dengan sahabatnya yang bar-bar. Chika tersenyum tipis melihat mereka, sedangkan satria hanya meliriknya sekilas.

"Chika, kepal lo kenapa?" Tanya karyo berpura-pura tidak tahu.

"Lah lo kecelakaan?" Tanya ragel

"Suami lo kdrt lagi?" Tanya jaka.

Chika menggeleng pelan. "E-enggak. Ini aku jatuh dari kamar mandi......Aku masuk kamar dulu" pamit Chika tidak mau berlama-lama mengobrol dengan teman suaminya bisa-bisa satria kembali marah.

Jaka menatap satria yang hanya terlihat biasa saja. "Lo tega banget kdrt Chika padahal dia baik banget. Kalau gue jadi chika gue bakal bongkar aib lo di depan semua orang kalau lo jahat" ucap jaka iba dengan chika.

Satria melirik teman-temannya. "Kalian enggak tau apa-apa" sinis satria. "Mending kalian pulang gue udah enggak mood ngobroi" usir satria langsung meninggalkan mereka.

"Tadi kita lagi tidur lo telpon-telpon suruh ke sini giliran bininya udah pulang aja kita di usir" teriak jaka kesal.

Satria masuk kedalam kamar melirik istrinya yang sedang duduk di balkon kamar memeluk kedua lututnya. Berjalan menghampiri istrinya menatap chika yang masih belum menyadari keberadaannya. "Kenapa lo enggak telpon gue kalau lo pulang?" Tanya satria.

Chika masih dengan posisinya. "Udah telpon tapi kakak enggak jawab telpon aku" jawab chika lirih.

Satria langsung mengecek ponselnya dan benar aja banyak miskol dari chika. "Harusnya lo telpon rumah atau telpon bodyguard buat jemput lo jangan main pulang gitu aja" kata satria.

Chika mengangkat kepalanya tatapan langsung tertuju pada satria yang menatapnya datar. "Maaf. Aku capek aku mau istirahat dulu nanti aja nanya-nanyanya" lirih chika.

"Enggak enak kan tidur di rumah lo sendiri?, Kasur jelek di tanah lagi mending di sini nyaman" ucap satria terkekeh mengejek.

Chika memberhtikan langkahnya menatap dingin satria. "Kamu boleh hina gue asalkan jangan hina rumah gue, mau bagaimanapun dia tempat tinggal gue dari kecil" marah chika tidak terima.

Satria melotot sempurna 'gue' kata yang diucapkan chika tidak disukai dirinya. "Gue? Sejak kapan lo gunain panggilan itu?" Bentak satria.

Chika terkekeh. "sejak kenal anda, tuan satria Kalandra yang terhormat" jawab chika.

Satria mengambil pas bunga di sampingnya mengarahkannya ke wajah chika. "SEJAK KAPAN GUE AJARIN LO KASAR? GUE CUMA AJARIN LO NURUT SAMA GUE, CHIKA KAYARA" bentak satria emosinya meluap.

Chika menepis pas bunga itu menatap tajam satria. "Lo mungkin tidak merasa mengajari gue kasar tapi secara tidak langsung sikap lo yang seperti ini membuat gue belajar kasar" kata chika.

Satria melempar pas bunga itu didepan wajah chika membuat sang empu kaget. "GUE TEGASKAN SAMA LO JANGAN PERNAH MENURUT HAL YANG BURUK DARI GUE, CHIKA KAYARA. LO ITU ISTRI GUE LO HARUS PATUH SAMA GUE KALAU LO MAU SELAMAT"

Chika menyekat air mata kasar. "Gue bukan istri lo, tapi gue hanya pelampiasan nafsu lo." Teriak chika. "Gue capek harus nurutin apa kamaua lo" teriaknya.

Mendengar jawaban itu satria mencari chika membenturkan kepala chika ke tembok. Membuat sang empu menjerit kesakitan. "JAGA UCAPAN LO, SIALAN!. GUE NIKAHIN LO KARENA GUE SUKA BUKAN HANYA UNTUK MELAMPIASKAN NAFSU GUE. CAMKAN ITU!"

Chika terkekeh hambar. "Cinta?, Tidak ada cinta yang memperlakukan istrinya seperti musuh."

Satria terkekeh kecil. "Jadi kamu mau saya memperlakukan kamu lembut?, Penuh kasih sayang?, tidak kasar?. Gitu?" Tanya satria mengelus pelan rambut chika yang semakin membuat chika ketakutan. "JAWAB SIALAN?" bentak satria menarik rambut chika.

"Ahk.." ringis chika semakin menangis kesakitan rasanya rambutnya copot dari kepalanya.

Satria mendorong pelan chika menatap tajam chika. "Kau seharusnya beruntung menikah dengan pria yang kaya raya seperti saya. Seandainya kau tidak menikah dengan saya mungkin kamu tidak pernah merasakan hidup nyaman seperti ini" kata satria sambil mengelus kater miliknya.

Chika mundur ketakutan. "L-lebih baik tidak menikah dengan pria kaya raya, daripada menikah dengan pria yang kaya raya tapi sikapnya seperti setan. Lebih baik menikah dengan pria yang sederhana daripada menikah dengan pria sombong dan kasar seperti a-anda" ucap chika.

Satria langsung menoleh menatap chika dengan tatapan membunuh. "Jadi kamu menyesal menikah dengan saya, gitu?" Tanya satria membentak chika. Berjalan menghampiri chika yang terus mundur menjauh darinya.

Chika terbentur tembok tubuhnya bergetar hebat melihat satria semakin dekat. "D-dari dulu aku tidak mau menikah sama kamu. Aku kau c-cerai----"

PRANG

satria melempar televisi di dekatnya sampai pecah berserakan dimana-mana. "KAU JANGAN PERNAH BERKATA CERAI. SAYA BENCI KATA ITU ATAU SAYA BUNUH SEKARANG JUGA"

"B-bunuh silahkan. Lebih baik aku meninggal daripada harus bersama pria yang jahat seperti anda" kata chika menantang satria.

Satria mencekik leher chika, dan membenturkan ke tembok sampai luka yang memang belum kering kembali mengeluarkan darah. "Saya sudah berusaha mengontrol emosi saya sedari tadi tapi kamu terus memancing emosi saya" bentak satria.

Wajah chika merah ia berusaha melepaskan cengkraman satria yang malah semakin erat. "L-lepas" lirih chika kesulitan bernapas.

BRAK.

Satria menoleh ke arah pintu yang di buka paksa. Yang memang tidak di kunci matanya membulat sempurna melihat sepasang suami istri menatapnya dengan tatapan syok. "M-mamah, p-papah" cicit satria.

Bruk.

Chika jatuh pingsan kepalanya terbentur ujung meja, darah mengalir deras dari kepala chika wajah chika dipenuhi darah segar dan hidungnya mengeluarkan darah membuat satria dan kedua orangtuanya kaget.

"CHIKA" teriak kaget satria mengangkat kepala chika ke pahanya mengusap wajah chika yang dipenuhi darah. "Chika bangun kamu jangan bercanda, bangun atau saya bunuh kamu" ancam satria panik.

"Bodoh! Kamu apakan gadis ini?" Tanya ria berjalan menghampiri satria.

Satria tidak menjawab ia membopong chika keluar kamar membawanya ke rumah sakit. "Chika kamu harus bertahan jangan tinggalkan saya" lirih satria. Setelah beberapa menit sampai rumah sakit satria langsung membopong chika masuk. "DOKTER TOLONG ISTRI SAYA" teriak satria.

Dokter langsung mengarahkan satria masuk ke ruangan UGD. Satria meraup wajahnya kasar sungguh ia khawatir dengan chika. "Chika kamu harus bertahan demi saya" lirih satria.

Ria dan Indra menatap anaknya yang cemas. Ini pertama kalinya mereka melihat satria cemas seperti ini. "Kamu tega aniaya istri kamu sendiri sampai seperti ini" ucap ria.

"Papah tidak pernah mengajari kamu kasar sama istri kamu sendiri" kata Indar menatap dingin satria.

Satria menunduk. "Satria emosi, pah, mah, satria benci kata-kata cerai" lirih satria.

Cklek.

"Bagaimana keadaan istri saya?" Tanya satria menatap dokter.

Dokter menatap satria. "Pasien membutuhkan banyak darah, dan stok darah golongan A di rumah sakit ini kosong" ucap dokter.

***

protective Devil [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang