15. Italia

1.2K 34 0
                                    

Chika menonton film kesukaannya di kamar ditemani suaminya yang sedari tadi mengelus perut ratanya, sesekali chika terkekeh kecil saat dua kepala botak itu diomelin kakak mereka.

Satria mengangkat kepala chika menaruhnya di lengannya menjadikan lengannya batal. Chika tidak keberatan ia malah semakin nyaman. "Lo kaya anak kecil suka nonton kartun gitu" ledek satria.

Chika tidak menyahut ia fokus menonton tangannya sambil memegang tangan satria yang sesekali nakal naik ke atas. Lama kelamaan chika merasa bosan ia mendongak menatap satria yang menatapnya dengan alis yang terangkat.

"Nanti sore kita jalan-jalan, yuk" ajak chika penuh harap.

"Kemana?" Tanya satria sambil mengusap dahi chika lembut.

"Pasar malam" jawab chika dengan wajah yang berbinar-binar.

Satria langsung menggeleng cepat. "Enggak! Gue enggak mau ke pasar udah kaya ibu-ibu aja" tolak satria cepat.

Chika cemberut. "Yaudah kalau enggak mau" lirih chika sedih.

"Tumben enggak maksa" heran satria.

"Tidak Semua keinginan bisa terkabulkan" jawab chika sedikit kecewa.

Satria mengangguk membenarkan perkataan istrinya. "Pintar banget sih kamu" puji satria gemes mencubit pipi chika.

Chika menatap satria mengelus bibir satria. "Kenapa bibir kakak pink alami padahal kakak suka rokok dan minum alkohol?" Tanya chika penasaran.

Satria tersenyum tipis. "Karena gue selalu cium lo" jawab satria asal.

Chika diam sebentar ia menatap satria. "Kalau gitu aku mau cium kakak supaya bibir aku pink alami seperti kakak" ucap chika polos.

Satria tersenyum miring ia mengangguk. "Boleh, sambil digigit pelan biar bibir lo merah" kata satria.

Chika mengangguk polos. "Nanti kakak jangan nangis, ya" ucap Chika sedikit takut.

Satria melotot kaget tidak lama ia tersenyum tipis. "Enggak dong" jawab satria. "Nih anak polos banget" batin satria gemes.

Chika langsung mengikuti arahan suaminya, satria mengeram tertahan, ciuman chika mampu membuat dirinya kehilangan kendali. Satria menggelung rambut chika yang menghalangi wajah indah chika.

"Udah" ucap chika ngos-ngosan.

Satria mendengus kesal. "Kenapa sebentar doang, enggak seru ah" kesal satria.

Chika mengeruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku mau bobo dulu" ucal Chika memeluk satria dari samping. "Kak Satria aku suka kakak yang seperti ini, jarang marah, baik enggak gampang emosi" lirih chika.

Satria mengelus pipi chika. "Gue gini karena lo enggak bikin gue kesal, kalau lo bikin kesal gue bakal marah lagi sama lo" sahut satria.

Chika mengelus hidung mancung satria. "Mancung banget, aku mau seperti ini" rengek chika.

Satria terkekeh kecil. "Yaudah ambil" ucap satria tersenyum tipis.

Chika memeluk erat satria. "Aku mau tiduran aja hari ini, kakak jangan kemana-kemana, ya" pinta Chika y langsung satria angguki. "aku suka aroma parfum kakak" cicit chika mengendus-endus leher satria.

Satria mengelus rambut chika. "lo mau enggak ikut gue ke Italia" tanya satria penuh harap. "Di sana pemandangannya bagus, kamu pasti suka" ucap satria berusaha membujuk istrinya.

Chika menatap satria. "Kalau aku mau kita tinggal di sana, gitu?" Tanya chika.

Satria mengangguk. "Ya. Tapi gue janji kalau kita tinggal di sana gue bakal berubah jadi baik, kita juga sering-sering ke sini jenguk kedua orang tua kamu. Gue bakal jamin hidup kedua orang tua kamu bahagia, enggak bakal kekurangan lagi" ucap satria panjang lebar.

Chika menggeleng. "Aku tidak mau, aku kau tinggal di sini aja" tolak chika.

Satria menatap tajam chika, yang awalnya ia mengusap rambut chika berubah menjadi cengkraman Membuat chika meringis. "Gue enggak suka lo nolak kemauan gue, padahal gue udah baik sama lo." Marah satria.

"S-sakit k-kak" ringis chika berusaha melepaskan cengkraman satria.

Satria ganti mencengkeram pipi chika. "Setuju atau lo bakal menyesal?" Ancam satria.

Chika menggeleng. "A-aku enggak mau tinggal di sana, kak. Di sana aku tidak kenal siapa-siapa" ringis chika.

Satria semakin menatap tajam chika. "Disana ada kala, lo harus nurut sama gue" marah satria.

"I-iya" jawab chika dengan air mata yang mengalir deras.

"Bagus" gumam satria melepaskan cengkeramannya.

***

Mereka sampai di Italia Satria merangkul pinggang chika masuk kedalam rumah mamah, papahnya. Tatapannya jatuh pada kedua orangtuanya yang menatap mereka kaget.

"Satria, chika" kaget Mereka menghampiri chika dan satria.

"Mah, pah" sapa chika dan satria memeluk mereka. "Satria sengaja enggak kaish tau kalian kalau satria mau ke sini" ucap satria menarik istrinya duduk di sofa.

Chika terkagum-kagum melihat rumah besar milik mertuanya, rasanya ini pertama kalinya ia melihat rumah semewah ini. Mansion. "Kita mau tinggal di sini?" Tanya chika menatap suaminya.

"Eh kalian mau tinggal di sini?, Ah mamah sama papah senang banget akhirnya kalian tinggal di sini juga rumah jadi ramai" ucap rio tersenyum lebar.

Satria mengangguk. "Ya. Tapi kita tidak tinggal di rumah ini, aku sudah memiliki rumah sendiri di sini jadi aku mau tinggal di rumah aku sendiri" jelas satria.

"Ih mending di sini, bang. Ramai" sahut kila.

"Males, enggak bisa berduaan sama chika nanti diganggu terus" ucap satria santai.

Chika melirik sinis satria. "Aku mau pipis" bisik chika.

Satria tersenyum tipis. "Dari sini lurus, belok kiri, ada lorong masuk, belok kanan, lurus lagi sampai" jelas satria.

Chika melongo mendengar penjelasan satria. "Ish, aku enggak tau, antar aja" rengek chika bingung.

"Kila antar" suruh indra yang langsung diangguki kila.

Satria menatap chika yang sudah menghilang dari pandangannya menatap kedua orang tuanya. "Papah tau alasan aku pindah ke sini?" Ucap satria.

Indra mengangguk. "Jaga dia baik-baik jangan sakiti dia kalau sampai kamu sakiti dia papah sendiri yang memisahkan kamu sama chika" ucap Indra tegas.

Satria terkekeh kecil. "Satria tidak janji tapi satria akan berusaha jadi baik" katanya.

Chika kembali ia duduk di samping suaminya. "Perkerjaan kakak di Indonesia bagaimana?" Tanya chika.

"Enggak gimana-gimana, udah di urus sama anak buah gue. Mending lo tidur bawel kalau lo bangun gini" suruh satria.

Chika menatap kesal satria. "Ada juga kakak yang bawel, cerewet, mesum, tukang marah, tukang ngancem, tuk---"

Cup.

"Bawel, kita istirahat" ajak satria mencium singkat bibir chika di depan keluarganya.

"KAK SATRIA" pekik chika kesal sekaligus malu

"Apa sayang?" Tanya satria dengan tampang polosnya seakan tidak terjadi apa-apa. Satria merebahkan tubuhnya di kasur miliknya, rasanya ia merindukan kamar yang ada di rumah kedua orangtuanya. "Dulu gue tidur di sini sendiri, sekarang tidur sama lo" ucap satria memeluk erat chika.

"Kenapa kakak suka banget sama warna hitam?" Tanya chika menatap sekeliling kamar suaminya yang bercat hitam putih.

"Sesuai hati gue" bisik satria.

"Dasar piskopat" cicit chika.

"Chika" panggil satria lirih.

"Hm?" Gumam chika.

"Gue cinta lo" bisik satria lirih.

Deg

***

protective Devil [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang