19. pulang

1.2K 28 0
                                    

Chika cemberut melihat nama tato yang ada di leher suaminya, ia sangat membenci pria bertato, apapun itu alasannya. Ditambah lagi tatonya bernama permepuan lain Membuat dirinya kesal, bukan karena ia cemburu tapi ah sudahlah susah untuk dijelaskan.

Satria memeluk Chika yang baru selesai mandi. "Gue bisa jelasin, ini bulan nama selingkuhan gue tapi ini nama----"

"Udahlah, aku enggak papa ko" potong chika melepaskan pelukan satria ia langsung memakai baju di dalam kamar mandi, air matanya menetes buru-buru ia hapus ia tidak mau lemah hanya karena hal sepele.

Keluar dengan pakaian biasanya, melirik satria yang terus menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Chika menyisir rambutnya menatap satria lewat pantulan cermin.

"Lo bisa enggak dengerin penjelasan gue dulu, kalau gue udah selesai jelasin silahkan lo marah sama gue yang penting gue jel----"

"Secantik dan seberharga apa sih yang namanya ika itu?, Sampai-sampai kakak pasang tato nama dia padahal udah punya istri" sewot chika melempar sisir kelantai.

Satria menahan senyum. "Lo mau tau?, Dia sangat berharga bagi gue, dia cantik, manis, galak, gemesin, masih banyak lagi pokonya" ucap satria.

Deg.

Chika menatap datar satria. "Yaudah kalau berharga kenapa kakak nikah sama aku?, Kenapa enggak sama ika aja aku enggak berharga buat kakak, hiks" isak chika.

Satria melotot melihat istrinya menangis, ia menghampiri chika memeluk paksa chika yang terus memberontak. "Lo kenapa nangis sih?---"

"Siapa yang enggak nangis kalau suaminya sendiri puji wanita lain didepan istrinya sendiri, hiks. Aku enggak terima kalau kakak selingkuh, aku udah bilang berkali-kali kalau kakak udah enggak mau sama aku lagi kita mending cer----"

"Stop! Gue enggak suka kata terakhir lo" ucap satria dengan nada tegasnya melepaskan pelukannya menatap wajah chika. "Dengerin gue dulu makannya jangan berburuk sangka sama suami sendiri, nama ika itu nama lo, gue sengaja ambil nama ikat karena gue enggak mau terlihat bucin sama lo." Jelas satria.

Chika menatap satria lekat. "Nama aku chika bulan ika, dasar alasan" kesal chika mendorong satria.

Satria terkekeh. "Udah dibilang gue cuma ambil kata terakhir. Kalau enggak percaya tanya teman gue tuh, lagian ini bukan tato cuma hena doang dua Minggu langsung ilang" jawab satria gemes.

"Bohong" sinis chika masih belum percaya.

Satria menunjukkan chat dirinya dengan temannya. "Baca sama kamu" suruh satria. Chika menurut ia langsung membacanya dengan teliti, mendongak menatap wajah satria yang tersenyum. "Percaya?, kalau belum percaya gue telp---"

"Enggak usah. Hehe" kekeh chika malu.

Satria menarik chika memeluk chika. "Gue enggak bakal selingkuh dari lo, karena gue.......cinta sama lo" bisik satria.

Deg

Chika Menatap satria. "Cinta ko galak" sinis chika.

"Karena lo selalu bikin gue kesal. Dan ingat lo enggak boleh bikin gue kesal turuti kemauan gue maka lo enggak akan lihat gue marah, paham?" Tanya satria.

Chika mengangguk. "Aku akan berusaha untuk mencintai kakak" ucap chika memeluk satria.

***

Chika duduk di ruang tengah bersama kila, Mereka asyik mengobrol begitupun yang lain sibuk membahas bisnis.

Satria melirik istrinya yang tersenyum lebar menatap televisi yang menyiarkan langsung laki-laki Korea. Mendengus kesal satria mematikan televisi Menatap datar istrinya yang menatapnya bingung.

"Lo enggak boleh lihat cowok lain selain gue" ucap satria tegas.

"Tapi itu jar---"

"Gue banting nih televisi kalau lo masih komentar" ancam satria.

"Eh jangan, ini televisi mahal" ucap ria sewot.

Satria hanya melirik mamahnya, kembali menatap chika yang mengangguk pasrah. Menarik chika ke sampingnya, mengelus pipi chika. "Kalau nurut gini gue enggak buang-buang tenaga buat marah-marah sama lo" ucap satria.

"Idih jijik gue" gumam kila.

Satria membopong istrinya masuk kamar, Merebahkan tubuh chika di kasur. "Badan gue gatel-gatel kayanya gue enggak cocok sama air Italia" ucap satria melepaskan bajunya, Memperlihatkan tubuhnya yang merah-merah.

Chika melotot sempurna ia bergidik takut. "Mungkin kakak udah cocok sama air Indonesia, mending kita pulang aja ke ind----"

"Enggak! Gue mau kita di sini,. apapun itu" potong satria.

Chika menarik napas panjang. "Terserah, aku mau tidur aja" ucap chika kesal.

"Ko tidur sih?" Tanya satria manja.

"Lah terus?" Tanya chika males.

"I-iya, garukin, gatel" rengek satria.

Chika menurut ia menggaruk tubuh satria pelan sambil mengoleskan salep yang sudah di resepkan dokter pribadi. Sesekali chika bergumam tidak jelas sampai satria tidur pulas.

***

Malam harinya satria semakin gatal-gatal setelah mandi tadi, tubuhnya semakin banyak merah-merah Membuat ia kesal dan tidak tahan menahan gatal yang semakin menjadi-jadi. Ia mengambil salep mengolesnya banyak.

"Arghhhh! Sial! Ini kenapa pada gatel-gatel sih" teriak satria membanting ponselnya hingga pecah.

Chika yang sedang dikamar mandi ia langsung menghampiri satria menatap satria yang marah. "K-kak ada a-apa?" Tanya chika takut.

Satria mendongak menatap chika, ia langsung memeluk chika erat Membuat sang empu kaget dan kebingungan. "Badan gue gatel chika, gue enggak tahan lagi gue mau kita pulang aja" jawab satria lirih.

Chika yang mendengar itu ia langsung mengangguk cepat. "I-iya kita pulang aja, udah aku bilang kalau kita cocok di Indonesia----"

"Lo siap-siap gue mau urus keberangkatan kita, sekarang" potong satria langsung keluar kamar sambil garuk-garuk tubuhnya.

Chika loncat-loncat kegirangan akhirnya setelah sekian lama ia bisa menghirup udara segar Indonesia. Ia langsung membereskan barang-barangnya dan barang-barang suaminya, bibirnya terus tersenyum lebar.

Satria langsung membicarakan soal penyakitnya ke kedua orangtuanya dan mereka langsung setuju, tapi. sebentar ada ucapan satria yang tidak mereka setuju. "Pokonya aku mau itu, setuju tidak setuju itu hak aku karena chika istri aku" ucap satria tegas.

"Dia pasti takut----"

"Enggak!" Potong satria langsung naik kelantai dua menjemput istrinya. Selesai itu mereka langsung berpamitan pulang, menggunakan pesawat pribadi supaya lebih cepat dan tidak harus menunggu terlalu lama lagi.

Satria memeluk chika gatalnya sudah lunayan baik. "Lo pasti seneng bisa pulang ke Indonesia, kan?" Tanya satria lirih.

Chika mengangguk. "senang banget, akhirnya aku bisa pulang juga aku rindu sama kedua orang tua aku, rindu kota kelahiran aku dan rindu semuanya" jawab chika cepet.

"Hm. Kalau gitu lo tidur dulu nanti kalau udah sampai gue bangunin" suruh satria yang langsung chika angguki. "Lo pikir lo bisa bertemu mamah kedua orang tua lo?, Enggak! Gue bakal pisahkan lo sama orang yang kenal lo, karena gue enggak suka orang lain kenal lo lebih dari gue mengenal lo" batin satria.

***

protective Devil [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang