Chika demam tinggi dia terkena penyakit demam berdarah, entah nyamuk dari mana yang mengigit chika sampai jadi seperti ini. Sedangkan chika ia tidak mau di rawat di rumah sakit alhasil satria memutuskan untuk di rawat di rumah dengan alat rumah sakit. Mencukupi kebutuhan dokter.
Chika sangat rewel jika sedang sakit seperti ini untungnya satria masih memiliki stok kesabaran untuk menghadapi sikap chika yang terus menangis enggan di suntik.
Seperti sekarang ini chika memeluk erat satria ala kuala, mengalungkan tangannya di leher satria menangis kencang. "Hiks, aku enggak mau di suntik kak, hiks. Aku takut" isak chika.
Satria menatap chika. "Lo kalau enggak mau di suntik jangan sakit" kesal satria.
"Siapa juga yang mau sakit, hiks. Kalau enggak mau rawat aku bawa aku pulang ke rumah orang tua aku, hiks" Isak chika.
Satria menatap kesal chika. "Untung lagi sakit kalau enggak, udah saya---"
"Saya apa hah?. Kakak mau pukul aku gitu? Sini pukul, HWAAAAA asalkan jangan keras-keras nanti aku bonyok" tangis chika mengigit dada satria.
Satria terkekeh kecil mendengar ucapan chika, ia menatap dokter memberi kode supaya segera menyuntikan cairan ke tangan chika. Dokter yang paham ia mengangguk perlahan ia menyuntikan sedangkan satria terus mengajak bicara chika sampai tidak sadar kalau cairan infus sudah mengalir ke lengannya.
"Sudah selesai, nanti kalau ada apa-apa langsung telpon saya." Kata dokter langsung pergi dari kamar satria.
Chika menatap lengannya matanya membulat sempurna, air matanya mengalir deras. "Hwaaa ini kapan di suntik nya tiba-tiba ada di sini aja" tangis chika ketakutan.
Satria menatap chika lekat. "Jangan di sentuh-sentuh nanti tangan kamu berdarah emangnya mau kamu di suntik lagi, hm?" Tanya satria lembut.
"T-tidak" jawab chika cepat.
Satria tersenyum tipis ia menarik pelan tiang infus agar mengikutinya, tangan kanannya menahan tubuh chika agar tidak jatuh. Tangan kirinya memegang tiang infus. "Lebih baik kamu tidur" kata satria.
Chika menatap satria. "Kakak capek gendong aku?, Kalau capek turunin aja" kata chika tidak enak.
Satria menggeleng cepat. "Enggak!. Gue nyuruh lo istirahat bukan bilang gue capek lo itu enteng" kata satria.
Chika mendengus pelan menyenderkan kepalanya di dada satria. "Kak Satria jangan marah-marah, ya, kalau aku manja gini soalnya aku kalau lagi sakit emang gini manja, cengeng, nyebelin, enggak mau di suntik, enggak mau minum obat dan masih banyak lagi." Lirih chika sambil memutar-mutar kancing baju satria.
Satria mengangguk pelan. "Ya. Gue enggak bakal marah kalau lo nurut, mending lo tidur biar cepat sembuh" sahut satria.
Chika mengangguk ia langsung memejamkan matanya, menikmati usapan lembut di punggungnya. Satria menatap istrinya yang tidur pulas menidurkannya di kasur ia memastikan tangan istrinya yang di infus tidak akan tersentuh benda lain. Karena chika kalau tidur tidak bisa diam.
Satria keluar kamar menghampiri semua pelayan. "Kenapa istri saya bisa kena DBD?" tanya satria.
"Kami tidak tahu tuan" jawab mereka.
"Kalian tidak membersihkan seluruh rumah, saya gaji kalian buat bersih-bersih bukan untuk berleha-leham bersihkan seluruh rumah ini saya tidak mau istri saya sakit gara-gara kalian" marah satria.
***
Setelah dua minggu chika sudah sembuh ia bisa beraktivitas seperti biasa, seperti sekarang ini ia menemani suaminya kerja di kantor rumahnya. Karena satria tidak mau kerja di kantor dan harus Meninggalkan istrinya di rumah.
"Balonku ada Lima rupa-rupa warnanya" nyanyi chika kebosanan.
Satria menatap chika yang sedang menggambar random. "Istirahat sana, nanti saya nyusul kalau kerjaan saya sudah selesai" suruh satria.
Chika menggeleng. "Tidak mau. Aku mau di sini saja, memangnya aku ganggu kakak kerja, ya?" Tanya chika.
Satria menggeleng. "Tidak. Tapi kamu harus istirahat supaya sembuh total" jawab satria.
Chika menggeleng cepat. "Aku tidak mau sembuh total karena aku bakal kena marah terus seperti sebelum aku sakit. Tapi kalau aku sakit gini kakak tidak marah-marah" ungkap chika.
Deg
Ucapan chika seakan menampar keras satria, apakah selama ini dirinya terlalu keras pada Chika sampai membuat chika berpikiran seperti itu.
"Memangnya saya jahat?" Pertanyaan bodoh yang ditanyakan pria jahat seperti dirinya.
Chika mengangguk. "Ya. Kakak jahat kalau aku sembuh tapi kalau aku sakit kakak baik banget, aku suka kakak baik, tidak marah-marah nurutin kemauan aku, manjain aku dan masih banyak lagi" jawab Chika polos.
Satria menutup laptopnya. "Memangnya kalau saya baik terus sama kamu apa jaminannya kamu tidak meninggalkan saya, dan semena-mena?" Tanya satria serius.
Chika menekan-nekan ujung hidung satria yang mancung, sungguh semenjak sakit ia memiliki banyak keberanian. "Aku tidak akan meninggalkan kakak karena aku takut ancaman kakak, aku juga tidak akan semena-mena sama kakak. Aku jadi wanita baik sekaligus istri baik, hehe" kekeh chika.
Satria menepis pelan tangan chika. "Saya tidak bisa melakukan itu, tapi saya akan belajar menjadi baik" setelah mengatakan itu ia membopong chika masuk kamar merebahkan tubuh chika. "Sekarang kanu tidur, saya lanjut kerja dulu" kata satria mengunci pintu dari luar.
***
Satria mengelus bibir pink alami chika menatap chika yang asyik main games di ponselnya. Sesekali satria mencuri ciuman sang istri membuat chika kesal.
"Lo enggak mau kuliah?" Tanya satria tiba-tiba.
Chika menggeleng. "Tidak. Aku tidak mau kuliah" jawab chika terus main ponsel suaminya.
"Yasudah kalau tidak mau" ucap satria tidak ada niatan untuk membujuk istrinya kuliah.
Chika menguap lebar langsung satria tutup menggunakan tangannya. "Lain kali di tutup chika" tegur satria.
Chika menatap satria. "Aku mau tidur" ucap chika langsung merebahkan tubuhnya di kasur.
Satria menatap chika dingin. "Enak banget abis main ponsel langsung tidur" kata satria.
Chika menatap malas satria. "Terus apa? Ak.....ehh mau apa?" Panik chika melihat suaminya menarik baju bawahnya memperlihatkan perut ratanya.
Satria mengelus perut rata chika. "Ko gue pengen lihat perut lo buncit gara-gara anak gue, sih" gumam satria.
Chika melotot ia menurunkan bajunya. "Efek enggak tidur jadi ngaur mending tidur deh" kesal chika.
Satria merebahkan tubuhnya mengangkat tubuh mungil chika ke atas tubuhnya. "Chika lo itu cantik kalau enggak pakai baju saat berdua sama gue gini" bisik satria.
Chika melotot sempurna ia menatap kesal sekaligus malu. "Ngaco! Awal ah aku mau tidur" kesal chika berusaha turun dari atas tubuh satria.
Satria menatap leher chika yang tidak ada tanda merah hasilnya, biasanya ada walaupun hanya satu. "Besok gue mau keluar kota, lo harus aktif 24 jam walaupun lo lagi tidur" kata satria sambil mencium leher chika. "Lo harus nurutin kemauan gue karena gue udah nurutin kemauan lo selama lo sakit" lanjutnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
protective Devil [TAMAT]
Teen FictionSatria Kalandra biasa dipanggil satria pria berprofesi sebagai CEO muda di perusahaan miliknya, Satria official. Sekaligus mafia terkejut. Terobsesi dengan gadis cantik yang tidak sengaja ia temui. Chika kayara gadis berusia 21 tahun harus menerima...