13.

1.2K 113 3
                                    

•••••••••


°°°°°


Adel, Zee, Chika, Christy, Ashel, dan Gita, baru saja sampai di gapura kota Angpeta. Mereka menghabiskan waktu selama satu jam untuk sampai di kota tersebut.

Adel berkacak pinggang, Ashel duduk tersimpuh, Chika dan Christy duduk saling bersandar, Zee bersandar di pilar gapura, dan Gita berada di samping Adel dengan peta kerajaan ditangannya. Penampilan mereka berubah, pakaian yang mereka pakai bernuansa ala-ala Timur Tengah, ini mereka lakukan karena kota Angpeta adalah kota yang paling dekat dengan Kerajaan Semilir, jadi mereka merubah penampilan nya agar tidak dianggap sebagai penduduk desa maupun orang asing.

Mereka masuk ke kawasan pusat kota Angpeta, di depan mereka ada sebuah patung seseorang menunggangi kuda, dan dari informasi yang mereka lihat, patung itu adalah simbol kota tersebut, yang punya arti 'Angpeta adalah tanah pejuang'.

Mereka kembali berjalan lebih jauh ke dalam kota, di sekitar mereka ada banyak orang berlalu lalang membawa beberapa senjata, ada juga seekor keledai yang mengangkut belasan senjata rakitan, lalu ada juga gajah yang mengangkut bola meriam, serta burung-burung elang yang beterbangan membawa rantai dan beberapa busur panah.

"Beda banget sama di Angmala," ucap Christy ketika memperhatikan suasana kota tersebut.

"Hm, disini nggak cuma orang, macam-macam hewan juga ada," tambah Ashel ketika melihat burung elang, keledai, gajah, kuda, anjing, babi, dan burung hering, yang bertengger di sudut bangunan.

BRAKH

Mereka terkesiap, saat seorang pria terhempas keluar dari dalam rumah di depan mereka. Semua atensi penduduk tertuju ke dalam rumah, menunggu siapa yang keluar dari rumah tersebut.

Srek

Tirai terbuka, mereka semua yang ada disitu pun diam tercekat tak bergeming. Pelege keluar dari rumah itu dan menghampiri orang yang dia pukul tadi. Ia berdiri di depan orang itu dan menghunuskan pedang, lalu diarahkan tepat di leher orang itu.

"Di mana mereka berdua?!" tanya Pelege dengan nada arogan.

"Aku tidak tahu," jawab orang itu, jujur.

"Mereka berdua kan pelanggan setia kamu, bagaimana ceritanya kamu tidak tahu mereka di mana, ha!?" orang itu meneguk ludahnya dengan sangat berat.

"Ayah!"

Seorang gadis kecil keluar dari rumah dan berlari memeluk orang yang dipanggilnya ayah tadi, dia menangis di pelukan sang ayah.

Pelege yang melihat itu menurunkan pedang, lalu dia mengambil sesuatu di saku jubahnya.

Set

Semua orang membulatkan mata ketika Pelege mengeluarkan sebuah pistol, dia mendecih dan mulai menarik pelatuknya.

"Hei nak, bisa minggir dari situ?"

Gadis itu berhenti menangis dan menoleh ke Pelege, lalu dia berdiri di depan ayahnya sambil merentangkan kedua tangan. Lewat mata sembabnya dia tidak gentar, meskipun ujung pistol tepat di depan dahinya.

"Kamu mau menyusul ibu kamu?" tanya Pelege semu menyeringai.

Chika yang melihat itu, suhu tubuhnya tiba-tiba naik, seluruh badannya merasa panas, tanpa sadar dia berjalan ke arah anak kecil itu, Gita yang sebelumnya ingin menghadang, tangannya langsung mengeluarkan uap setelah memegang lengan gadis itu. Sementara yang lain, tidak bisa melakukan apapun karena pikiran mereka yang kacau.

The Last Protector of SnagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang