67.

346 54 10
                                    

•••••••••

°°°°°°°


"Di sini kalian rupanya,"

Suara berat mengejutkan mereka, ketiganya mendongak dan mendapati seorang pria gemuk dengan cerutu jenis cigar di mulut.

Pria itu melihat mereka dengan senyum aneh, lalu memegang tangan Adel dan menariknya ke atas sampai gadis itu melayang.

"Jangan berani kabur dariku, Niveus rendahan!" pria itu menatap tajam Adel yang meringis kesakitan.

"Lepas!" Chika memukul lengan pria itu.

Adel terlepas dari cengkraman, jatuh dipelukan Chika. Gita yang memperhatikan sedari tadi, tersadar saat melihat gerak-gerik pria itu.

Dengan cepat gadis es itu berlari dan menghalau ayunan tangan kekar sebelum terkena kepala Chika yang tengah mendekap Adel.


Blam!


Akibat hal itu, salju-salju yang ada di atap bangunan, jatuh berguguran terkena gelombang angin yang dihasilkan hantaman tadi.

Di dalam topeng, Gita meringis karena tidak menyangka bahwa tenaga pria itu sangatlah besar. Jika saja dia tidak melapisi lengannya dengan es, mungkin tangannya sudah patah lebih dulu.

"Penguin sialan!" pria itu kembali mengayunkan tangannya yang bebas.


Pow!


Dengan sangat telak, gadis es itu terbang akibat tinju dari pria tersebut. Tubuh Gita menubruk pohon cemara cukup keras, salju-salju yang bertengger mulai berjatuhan menguburnya.

"Bawa mereka!"

Tak lama, empat orang terjun dari atap bangunan lalu menangkap Gita, Chika, dan Adel. Dua dari ketiga gadis itu sempat memberontak, namun, karena kalah tenaga, mereka akhirnya pasrah saat dibawa pergi. Sementara Gita, dia masih setengah sadar dan hanya mendengar suara samar-samar Chika dan Adel yang berteriak, sebelum benar-benar pingsan.

Setelah kepergian mereka, muncul dua orang berjubah, melihat sekitar dan saling tatap satu sama lain.

"Apa kita terlambat?"

"Iya, tapi aku tahu mereka akan dibawa kemana."

Angin dingin berhembus, dua orang itu belum ada niatan untuk pergi dari situ. Salah satu dari mereka, duduk bersila, seolah-olah memikirkan rencana.

"Kak Kunge!"

Orang pemilik nama Kunge, tersadar. Dia mendongak, kembali berdiri dan membuka tudung jubahnya.

Dari situasi yang dilihat, dia bisa menyimpulkan bahwa telah terjadi sedikit perkelahian di tempat tersebut, terlihat dari sebuah sobekan kain abu-abu semu hitam di dekat pohon cemara.

"Ini punya Dita," Kunge alias Kunpikun, meraih sobekan kain itu dan menggenggamnya erat.

"Greesel,"

"Iya Kak?" Greesel mengaitkan sebuah tali ke pinggangnya.

"Cari tempat tinggi, dan tunggu perintah dariku, kamu paham?" Kunge menatap ke arah Istana.

The Last Protector of SnagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang