12.

1.3K 119 8
                                    

•••••••••


°°°°°

"Berapa lama lagi kita harus nunggu?" Christy bertanya ke Adel dan Ashel.

"Sampai mereka datang," Ashel merespon singkat.

Adel menundukan kepalanya, sejak masuk ke kota Angmala, dia hanya mengkhawatirkan keadaan Flora. Kenapa dia sekhawatir itu? Karena Flora adalah teman pertama dan satu-satunya yang gadis itu punya, meski sudah dihibur oleh Christy dan Ashel dengan candaan kecil, respon Adel hanya tersenyum simpul.

"Maaf kita lama," Zee datang sambil menggendong karung goni berisi baju.

"Sempat nyasar tadi," Chika datang menenteng sekantong plastik berisi buah dan sayur.

Gita duduk di sebelah Adel sambil melihat peta Kerajaan Semilir. Gita melihat ada 12 desa dan 3 kota yang ada di Kerajaan Semilir, jarak perdesanya cukup jauh, ada yang 7 km dari kota Angmala, 9 km dari desa Angsepa dan lain-lain yang tidak bisa Gita bayangkan sejauh apa mereka akan berjalan.

"Kata orang dagang tadi," Chika menjeda kalimatnya dan menggigit apel, "Kalau kita mau keluar dari daerah Kerajaan, kita harus ketemu sama raja dulu buat minta perizinan," ucapnya.

"Dan sebelum ketemu raja, kita bakal ketemu sama kepala keamanan Kerajaan, namanya Mangkel. Orang-orang bilang Mangkel nggak suka sama penduduk desa, jadi buat ngatasin itu, kita sengaja beli pakaian bagus biar kayak orang-orang Kerajaan" Zee mengimbuhi.

"Uang dari mana?" Christy bertanya.

"Dari hadiah, Zee ikut lomba makan yang diadain sama walikota Angmala, entah lapar atau rakus, dia bisa ngabisin 18 piring tanpa sisa, sementara yang lain cuma mentok sampai 4 atau 5"  Chika membalas, lalu Zee bersendawa.

"Kenyang banget aku!" Zee berseru senang sambil mengusap-usap perutnya.

"Lebih ke nggak tahu diri sih kak daripada dua hal itu." Ashel berujar, diangguki oleh Christy.

"Gkpapa nggak tahu diri, yang penting perut terisi, hihi." Zee merespon, terkekeh kecil.

Disaat yang lain bersendau gurau, Adel mendekat ke arah Gita dan menanyakan soal Flora, Gita mengelus pundak gadis itu agar sedikit tenang.

"TUAN PELEGE!" teriakan itu sukses mengejutkan mereka semua, Gita menyuruh teman-temannya untuk berpaling dari jalanan dan duduk secara melingkar agar tidak dicurigai sebagai pendatang asing. Semuanya menurut dan membuka tudung jubahnya satu-persatu, lalu Chika mengeluarkan buah dan sayurnya untuk menambah penyamaran mereka.

"Ada apa!?" suara berat itu membuat mereka berenam merinding.

"Anu ... ee itu ... "

"CEPAT KATAKAN!!"

Wush

Gelombang angin tercipta dari bawah kaki Pelege, semua orang yang ada di sekitarnya mulai merasakan takut.

"T-tuan Grusa sudah menangkap pengendali tumbuhan," alis Pelege terangkat, dan mata Adel membulat saat mendengar itu.

"Pakai cara apa dia, ha!?"

The Last Protector of SnagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang