42.

687 80 10
                                    

•••••••••

°°°°°

Ashel menyusuri salah satu lorong kerajaan setelah mengalahkan Sayat beberapa saat lalu. Sambil memegang tongkat dan menjernihkan pikirannya, sesekali gadis itu berhenti untuk mengatur napasnya yang masih terengah-engah.

"Aku harus kemana sekarang?"

Ashel terus berjalan di lorong tersebut sampai dia tiba di sebuah ruangan yang dimana terdapat banyak patung yang jatuh berceceran. Gadis itu mendekati salah satu patung yang hancur dan melihat yang lain.

"Ini kan patung anjing yang aku lihat waktu pertama kali masuk, hancur karena apa ya?" gumam Ashel mengambil serpihan patung anjing itu.

Grr

Gadis itu terkejut saat lantai tiba-tiba bergetar, dia berlutut dengan satu kaki sambil menunggu getaran itu selesai. Ashel melihat ke arah atas saat mendengar suara retakan dinding dan atap, dengan tergesa-gesa, dia berlari ke salah satu lorong yang minim cahaya.

BRAKH!!!

Ashel menoleh ke belakang, atap bangunan roboh setelah dirinya masuk ke dalam lorong. Gadis itu membuang napas lega dan bersandar ke tembok sambil memegang dadanya.

Tring

Ashel terkesiap saat tongkat yang dia pegang tiba-tiba memancarkan cahaya. Berkat tongkat itu, lorong yang gelap menjadi terang dan memudahkannya untuk melihat. Gadis itu terdiam ketika melihat banyak sekali kerusakan yang ada di dinding lorong tersebut.

"Ada pertarungan di lorong ini, tapi siapa? Christy, kah?" tanyanya ke diri sendiri.

Ashel mengarahkan tongkatnya ke depan sebagai penerang jalan. Dia mulai berjalan menyusuri lorong tersebut sembari melihat kerusakan-kerusakan dinding lorong yang di dominasi oleh bekas tusukan dan goresan benda tajam.

Beberapa saat kemudian, Ashel kembali melihat reruntuhan patung yang berceceran. Awalnya dia berpikir bahwa dia kembali ke tempat awal, tapi pemikiran itu terbantah ketika dia melihat noda darah yang ada di lantai. Ashel bersimpuh dengan satu lututnya dan mengais noda darah itu menggunakan telunjuk jarinya untuk dia hirup.

"Ini darah orang atau hewan ya, aku nggak yakin karena jenis darahnya hampir sama. Tapi, bau darahnya lebih ke..."

Tring

Ashel terkesiap saat tongkatnya bercahaya lebih terang dari sebelumnya. Dia mengarahkan tongkatnya ke arah lain, dan cahaya yang memancar itu mulai redup. Alisnya terangkat, kemudian dia mengarahkan kembali tongkatnya ke tempat semula, dan pancaran cahayanya kembali terang.

"Ini kenapa, sih?" bingung Ashel mengayunkan tongkatnya ke segala arah dan mengakibatkan efek yang sama.

Gdebom!!!

"Aaa!"

Ashel berteriak saat atap lantai tersebut bergetar dan menjatuhkan beberapa debu bangunan. Dia memperhatikan atap itu dan berinisiatif untuk mengarahkan tongkatnya ke atas.

"Hah?"

Pancaran cahaya tongkatnya hilang, membuat Ashel sedikit panik. Dia mengayunkan tongkatnya berkali-kali dan tidak menghasilkan apa-apa.

Grawr!!!

Ashel tercekat saat mendengar suara raungan, dan dilanjutkan dengan suara gemuruh serta dentingan benda tajam.

"Arahnya darimana?" Ashel tolah-toleh mencari sumber raungan itu, dan matanya tertuju ke sebuah tangga melengkung di sebelah kanannya. Sambil memutar tongkat, dia berlari ke arah tangga untuk naik.

The Last Protector of SnagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang