58.

448 62 13
                                    

•••••••••


°°°°°°°
 

Brak!
 
 
"Kak Gita! Mereka hilang!" Zee membuka pintu secara kasar, dan memberi tahu lewat wajah gelisahnya bahwa Digo, si cungkring, dan si bulat, tidak ada di tempatnya.

Gita beranjak keluar, memastikan. Dan benar, ketiga laki-laki itu sudah tidak ada di tempat tersebut. Tak lama, yang lain ikut keluar, termasuk Chika yang dipapah oleh Christy, pelan-pelan.

"Gimana nih, kak? Cuma si cungkring sama si bulet yang tahu rutenya, masa kita harus cari jalan sendiri?" Adel bertanya, agak resah.

"Bakal lebih lambat pasti, sama Digo aja lama apalagi kita sendiri, kan?" sebagian dari mereka mengangguki ucapan Flora.

"Tapi kita harus secepatnya bawa kak Chika ke ras itu, Tarantika." Ashel berucap, menoleh ke Chika yang melihat dirinya lewat tatapan sayu.

"Jangan khawatir, aku yakin kita pasti bisa sampai ke ras Tarantika. Kalau kita saling percaya, kemungkinan bakal ada jalan keluarnya,"  Zee bersuara di hadapan mereka berenam, dengan yakin.

Gita melihat Zee, menyeringai kecil. "Kita cari jalannya sama-sama. Selagi aku masih bisa netralin suhu tubuhnya Chika, harusnya aman." ujarnya, sedikit ragu, mengingat tenaganya yang terus terkuras setiap kali menetralkan suhu dingin.

"Semoga diberi jalan oleh sang Pencipta," Christy bergumam, mengeratkan pegangan tangannya dengan Chika.

Ashel yang ada di belakang kedua gadis itu, hendak menyusul Gita. Akan tetapi, atensinya tertarik ke benda yang terikat di pinggang Christy. Dia tersenyum sekilas dan menghampiri teman-temannya yang lain.

"Kalau capek, bilang ya kak. Aku bakal bantu kak Chika," Christy berucap, sedangkan Chika hanya menganggukkan kepalanya.

"Kita berangkat?!" Zee melihat Chika dan Christy, lewat wajah riangnya.

Christy terkekeh dan mengangguk sebagai persetujuan. Zee mengacungkan jempolnya dan menunggu instruksi dari Gita. Setelah mendapat arahan, gadis air itu memimpin teman-temannya sembari bersenandung kecil. Flora dan Adel ikut-ikutan, disusul oleh Ashel, diikuti oleh Christy dan Chika, serta di perhatikan oleh Gita dari barisan belakang.

Ketujuh remaja itu, perlahan meninggalkan rumah usang yang telah menjadi tempat istirahat mereka malam tadi. Kemudian, setelah semuanya sudah tidak terlihat oleh jarak mata, muncul sepasang cakar raksasa yang menangkup rumah usang tersebut.

Menggeru ganas, sebelum hilang ditelan oleh kabut salju.

Gita yang ada di barisan paling belakang, merasakan sesuatu. Kepalanya menoleh dan samar-samar melihat bangunan rumah usang itu yang perlahan menghilang akibat kabut salju.
 
 
°°°°°
 
 
Chika mendesah lemah, Christy agak terhuyung ke depan ketika tubuh gadis itu akan ambruk. Semuanya berhenti, mereka sudah berjalan kurang lebih 3 jam dari rumah usang tadi. Gita yang ada di belakang, menghampiri Chika sambil menyuruh Christy untuk mendudukkan gadis api itu di gundukan salju.

"Tahan ya," Gita berucap sebelum menyentuh tangan Chika.
 
 
Sesh
 
 
"Akh!" Chika meringis ketika merasakan suhu dingin masuk ke tubuhnya.

The Last Protector of SnagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang