08. Ada rahasia dibalik lukaku

556 66 0
                                    

➶ Sanji merenggangkan tubuhnya perlahan, punggungnya sakit dibuat meringkuk sepanjang malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➶ Sanji merenggangkan tubuhnya perlahan, punggungnya sakit dibuat meringkuk sepanjang malam.

Lehernya juga sakit.

Sanji menajamkan matanya, melihat Ichiji kini sudah membawa nampan sarapan nya.

"Kau tak memakan makananmu dua kali Sanji, kau dengar ucapanku kemarin kan?"

"Kau sekarang punya hobi baru ya, menyuruh orang makan."

"Sanji." Sahut Ichiji tegas. "Aku akan menyuapi mu jika kau masih tak mau makan."

"Yang mulia, maaf saya ingin menyampaikan bahwa anda dipanggil Yang mulia Ratu Sora." Seorang pelayan tiba tiba datang dari belakang Ichiji.

"Baiklah."

"Sanji, setidaknya minum susu nya, aku akan kembali."

Ichiji lantas menaruh nampan itu dibawah sel jeruji, lalu setelahnya ia keluar untuk menemuinya sang Ratu.

Sanji melirik nampan sarapannya, 4 lembar roti gandum panggang tercium harumnya mentega, selai strawberry dan coklat yang belum di oles.

Beberapa potongan buah yang tersusun rapi di atas mangkuk dan sayuran segar di mangkuk lain beserta saus mayones nya.

Susu coklat lagi dan air putih dingin.

Perutnya berbunyi dengan keras sampai terdengar oleh dua penjaga yang berdiri di depan sel jeruji nya Sanji.

Pipi Sanji pun memerah karena malu.

Sanji pun akhirnya menyentuh sarapan nya.

Lima menit setelahnya Ichiji datang kembali, raut wajahnya seperti menarik nafas dengan cepat, ia habis berlari.

Sanji memutus kontak mata dengan kakaknya karena melihat senyuman dari Ichiji.

"Kau tak perlu menemaniku makan." melihat Ichiji yang ikut duduk didepan Sanji, sel jeruji menjadi jarak di antara mereka.

"Aku sedang tidak sibuk, aku akan menemanimu disini."

"Nenek akan marah."

"Jika dia marah, dia akan marah denganku bukan dengan mu."

"Terserah." Sanji memakan semangkanya dengan cepat, melupakan bagaimana sikap makan seorang putra Raja, mengundang kekehan pelan dari Ichiji.

.

Sanji kini menyenderkan tubuhnya pada dinding, tubuhnya lelah, kotor, Sanji ingin mandi di air hangat, sabun yang melimpah.

Semua ini gara gara Ares membuat tato itu di tangan nya, Sanji berjanji jika melihat Ares akan langsung menendang kepalanya.

Beberapa waktu kemudian, Sanji melihat Ichiji lagi didepan jeruji nya, membawa lagi nampan makan siang, kali ini lebih harum karena daging sapi panggang yang diguyur saus mentega.

Sanji memalingkan wajahnya.

Ichiji memberikan instruksi pada penjaga untuk membuka pintu sel.

"Aku akan makan denganmu disini."

Sanji membelalakkan matanya melihat Ichiji mengambil meja kecil dan meletakkan nampan makan siang yang penuh, dilihat memang itu untuk porsi dua orang.

"Nenek tak marah?"

"Tidak."

"Ibunda?"

"Tidak tenang saja, ayo makan."

Ichiji menata susunan piring nya, semuanya tampak menggiurkan, beberapa potongan daging sapi yang dimasak dengan sempurna, nasi yang beraroma daun jeruk, sayuran yang banyak, kentang goreng, sup jagung yang panas dan beberapa pilihan saus.

Ichiji memberikan pisau dan sendoknya pada Sanji dan Sanji pun langsung menerimanya.

"Aku yang menyarankan makanan ini pada juru masak, kita sudah lama tak makan daging sapi saus mentega kan."

"Iya." Sanji mencoba mencari duduk yang nyaman, mereka berdua duduk di lantai saling berhadapan.

Sanji memotong daging nya perlahan, memasukkan nya kedalam mulut.

"Enak kan?"

Lagi lagi Sanji mengangguk.

"Tiga hari lagi kau akan keluar dari sini, dan akan kupastikan kau takkan masuk lagi di tempat seperti ini."

Sanji menunduk tak menjawab.

"Para prajurit juga sudah menanyakan dimana dirimu, karena tak hadir di latihan pedang beberapa hari, aku mengatakan kau sakit jadi tak bisa di ganggu."

"Setelah masalah ini berakhir, semuanya akan berjalan seperti biasanya."

"Em, terimakasih" Ucap Sanji pelan.

Ichiji lantas tersenyum, "katakan sekali lagi."

Mengundang lirikan tajam dari yang lebih muda.

"Hanya bercanda." Ichiji pun tertawa pelan.

Pisau yang tajam mengoyak daging itu dengan mulus, sekali terlintas pikiran gila dari Sanji.

Ia ingin membuktikan sesuatu, sebuah kekuatan diluar nalar yang membuat semuanya tercengang kemarin.

Ia mencuri curi pandang pada Ichiji, "Ada apa? ada yang salah?" tanya Ichiji.

"Tidak, ini enak."

Mereka makan dengan tenang, ini juga pertama kalinya mereka bisa makan leluasa, mereka berbicara sambil makan tanpa ada yang menegur.

Sanji menghabiskan makanan nya lebih dulu dari Ichiji, saat potongan daging terakhir Sanji menghentikan makannya.

Srakk!

"Akh!" Bilah pisau nya menancap di lengan nya, darah pun keluar dengan deras, karena sobekan yang lebar.

Luka ini bukan apa apa ketimbang luka saat ia dapatkan ketika perang.

Sanji menatap tangan nya dengan tajam, tak ada reaksi apapun, lukanya tak lekas sembuh malah darahnya semakin keluar dengan deras.

Sanji memegang tangan nya, membuat darah mulai mengotori kemeja putihnya, membuat noda merah menyala itu tampak mengerikan di warna putih.

Ia pun melirik Ichiji, matanya membulat lebar, ekspresi wajahnya menegang.

"Sanji!" Teriaknya, ichiji langsung merobek jubah nya, melilitkan ke lengan Sanji dengan kuat.

Penjaga yang melihat kejadian itu langsung bergegas memanggil dokter.

"Apa yang kau lakukan." Ichiji panik bukan main, tangan nya juga terkena darah dari Sanji.

Tak selang lama dua dokter langsung masuk, kain yang mengikat tangan nya langsung diganti dengan perban.

Sanji kembali melirik Ichiji, "apa yang kau pikirkan tadi?"

"Tidak, aku hanya ingin melihat pemulihan lukaku seperti kemarin."

Ichiji menghela nafasnya kasar, "kalian semua keluar." Perintah Ichiji, mereka pun meninggalkan Sanji dan Ichiji.

"Lalu kenapa itu tak sembuh?"

"Aku tak tahu."

"Jangan lakukan hal itu lagi, tidak puaskah kau dipenjara gara gara itu."

"Cukup jangan pikirkan tentang hal itu lagi, anggap semuanya tak pernah terjadi, tutup tanda itu, jangan biarkan siapapun melihat, dan lupakan semuanya."

Sanji pun ditarik Ichiji untuk masuk kepelukan nya.

"Aku yakin semuanya akan baik baik saja."

"Berhenti melakukan hal hal bodoh adikku."

DEMIGOD °zosan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang