9. Sahabat sejati

1.3K 60 3
                                    

Flashback On

Maya menundukkan kepalanya, kedua kakinya bergetar tak bisa diam, begitu juga dengan tangannya yang sudah terasa dingin. Sekarang ia tengah duduk di ruang kepala sekolah, dan sejak masuk ia tak berani memandang wanita paruh baya berbadan gempal itu. Seumur-umur ia sekolah, baru kali ini ia masuk ruang kepala sekolah. Dan rasanya sangat mencekam, ia seperti terkurung di dalam penjara yang ada binatang buas di dalamnya.

Ia benar-benar takut dan tak tahu harus berkata apa nanti jika ditanya tentang pernikahannya dengan Aby.

"Maya," panggil Bu Sukma entah yang ke berapa kali, yang jelas wanita itu terus memanggilnya. Tetapi, Maya tak menyahut karena takut. Bahkan, 15 menit waktu yang sudah terlewati. Bu Sukma hanya memanggil namanya saja.

"Ya Allah, tolong aku. Tolong aku. Tolong aku," batinnya sambil memejamkan kedua matanya.

"Maya," panggil lagi Bu Sukma.

"I-iya, Bu," sahut Maya, memberanikan diri. Tetapi, tanpa mendongakkan kepalanya.

"Kamu tau, kan, kenapa Ibu panggil kamu ke sini?" Maya mengangguk pelan sebagai jawaban. "Jadi, apa berita yang beredar itu benar, Maya?" Kali ini Maya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Tolong kamu bicara, Maya. Ibu tidak akan tau yang sebenarnya gimana, kalau kamu hanya diam saja," kata Bu Sukma.

"Sa-saya, ng-nggak hamil, Bu. Saya difitnah," jujur Maya.

"Lalu, masalah foto akad nikah yang tersebar itu. Apakah itu benar kamu dan Aby?"

Maya menggigit bibir bawahnya, apa yang harus ia katakan sekarang? Haruskah ia jujur juga tentang pernikahannya dengan Aby? Jika ia dikeluarkan bagaimana?

"Kenapa diam, Maya? Tolong jawab, apa benar kamu dan Aby sudah menikah?" tanya lagi Bu Sukma. Membuat Maya ingin menangis rasanya. Ini semua gara-gara Reina, jika saja gadis itu tak menyebarkan foto pernikahannya. Mungkin, ia tak akan berada di ruangan itu sekarang.

"Maya ...."

"I-itu, fo-foto yang it—"

Tok ... Tok ... Tok ...

Suara ketukan itu entah kenapa membuat Maya bernapas lega, setidaknya ia punya waktu untuk berpikir sepanjang ada tamu yang datang untuk bertemu Bu Sukma pastinya.

"Masuk," ucap Bu Sukma, hingga saat itu juga terdengar suara pintu terbuka.

"Bu, anak-anak kelas 12 IPS 2 berulah lagi." Itu suara Pak Dani, guru BK yang membawanya ke ruangan itu tadi.

"Mereka berulah apa lagi, Pak?"

"Mereka memanggil semua murid untuk kumpul di aula, Bu. Sekarang semuanya sudah kumpul, dan meninggalkan ruang kelas. Karena belum ada guru yang masuk untuk mengajar. Bahkan, mereka juga ada yang minta guru-guru buat ikut kumpul," jelas Pak Dani, membuat kedua mata Maya membulat. Untuk apa juga teman-teman sekelasnya melakukan itu?

"Keterlaluan, apa yang mau mereka lakukan? Ayo, Pak. Kita ke aula sekarang," ujar Bu Sukma sambil bangkit dari duduknya, dan melengos begitu saja tanpa mengatakan apa pun pada Maya.

"Mereka ngapain?" gumamnya, lalu ikut bangkit dan pergi dari sana. Ia harus memastikan apa yang terjadi di aula.

---

Setibanya di aula, Maya dibuat terkejut karena penuh dengan murid. Ada guru-guru juga, dan yang paling utama, teman satu kelasnya kompak berbaris rapi paling depan.

"Maya, sini!" panggil Fia yang melihat keberadaannya. Mau tak mau, ia pun menghampiri gadis itu.

Hingga ketika berada di depan aula bersama teman sekelasnya, ia jadi ikutan menjadi pusat perhatian semua orang.

Rumah Sepasang LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang