8. Pengalaman pertama

1.6K 61 0
                                    

Aby mengusap keringat yang ada di pelipisnya dengan punggung tangan, lalu ia menghela napasnya. Baru beberapa jam ia bekerja, tapi tenaganya hampir habis. Sepanjang hidupnya, baru kali ini ia merasakan yang namanya bekerja. Apalagi, pekerjaan yang dijalaninya sekarang berada di bawah terik matahari langsung.

Namun, Aby tak bisa berbuat apa-apa. Ia tak boleh mengeluh, ini baru pertama kalinya. Jadi Aby belum terbiasa. Sedangkan yang lainnya terlihat biasa saja karena mungkin sudah terbiasa dengan pekerjaan itu. Tidak seperti dirinya yang benar-benar pengalaman pertaman.

"By, bikin adukan lagi!" teriak Pak Gunawan, pria berkumis yang mengizinkan Aby untuk ikut bekerja.

"Siap, Pak," balas Aby, lalu berjalan menuju penyimpanan semen. Kemudian, ia memanggul 1 sak semen baru dan membawanya ke tempat ia membuat adukan pasir.

Setelah itu, Aby mencampur pasir yang sudah diayak dengan semen. Kemudian, menambahkan air sedikit demi sedikit. Sebelum akhirnya ia mengaduknya menggunakan cangkul agar menjadi satu.

Dan inilah pekerjaan Aby, menjadi kenek / laden yang membantu pekerjaan tukang bangunan. Total orang yang bekerja di sana ada 6 orang, termasuk dirinya. 3 jadi tukang, dan 3 lagi menjadi kenek. Jadi, mereka mengerjakannya berpasang-pasangan. Satu tukang, dibantu dengan 1 kenek. Dan Aby kebagian jadi kenek Pak Gunawan, apa yang dibutuhkan pria paruh baya itu. Maka ia harus segera cepat membantunya.

Awalnya Aby sempat terkejut tadi, tak mengerti juga kenapa 3 pria yang ia temui di jalan tadi itu membawanya ke sebuah proyek pembangunan rumah. Setelah diberitahu apa pekerjaan mereka, cowok itu cukup shock. Tadinya saja ia hendak membatalkan kerja di sana, tapi ia berpikir ulang lagi. Jika ia tidak ikut kerja. Belum tentu akan mendapatkan pekerjaan baru dengan cepat. Apalagi, uangnya sudah sangat menipis. Untuk itu, Aby tetap mencobanya. Meskipun pekerjaannya cukup berat.

Setidaknya cowok itu mudah untuk mempelajari sesuatu, hanya diajarkan 1 sampai 2 kali, ia bisa langsung mengikuti.

Selain membuat adukan pasir, tadi juga ia memindahkan semen. Ia harus bolak-balik memanggul setiap sak semen yang beratnya rata-rata 40 kg, dari truk ke tempat penyimpanan. Sampai rasanya bahu Aby sangat sakit. Tak hanya itu, ia juga harus membawa batu bata, dan juga memberikan adukan pada tukang.

Seperti sekarang, setelah adukan pasirnya jadi. Cowok itu memasukkannya pada ember-ember kosong, sebelum akhirnya ia membawa ember berisi adukan itu untuk diberikan pada Pak Gunawan yang tengah membuat pondasi rumah.

"Besok kamu kerja jangan pakai seragam lagi, By. Nanti dikiranya kamu lagi tugas praktek membuat rumah," kata Pak Gunawan, membuat Aby terkekeh.

"Iya, Pak. Besok saya pakai kaos kalau kerja," ujar cowok itu. Seragam putihnya sekarang sudah sangat kotor, bisa bingung nanti Maya ketika melihatnya. Namun, ia bisa apa? Pekerjaan ini sangat mendadak, Aby tak membawa baju ganti. Ia juga tidak memakai kaos dalaman. Jadi, mau tak mau ia memakai seragam sekolahnya.

"Iya, By."

"Oh ya, Pak. Saya mau tanya, biasanya kerja sampai jam berapa?" tanya Aby penasaran. Sekarang sudah pukul 3, tapi mereka masih terus bekerja. Padahal, sudah dari pagi.

"Sampai jam 5, habis itu kamu bisa pulang," jawab Pak Gunawan, yang dibalas dengan anggukan cowok itu.

"Terus kalau Bapak sama yang lainnya pulang ke mana nanti? Kan, rumah kalian di kampung."

"Kami nginep di sini, sampai rumahnya jadi. Pokoknya, sampai pekerjaan selesai." Aby kembali mengangguk lagi, ia baru tahu itu. Ternyata di sana disediakan mes untuk para pekerja. Karena tidak mungkin juga mereka bolak-balik kampung Jakarta setiap hari, bisa tekor.

---

Tepat pukul 17.30 wib, Aby akhirnya sampai di kontrakan dengan penampilan yang sudah tidak sesegar pagi tadi ketika ia pergi. Tubuhnya sudah dipenuhi keringat, bajunya lusuh, wajahnya sudah lengket bahkan mungkin berubah warna karena seharian ia bekerja sambil panas-panasan.

Rumah Sepasang LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang