Sepi amat perasaan, nggak ada niat yang komen apa gitu? Atau nggak ada yang baca?
Ya udahlah, tetap lanjut aja, ya. Buat yang baca cerita ini, semoga aja suka.
---
"Masya Allah, kamu cantik banget, May," kata Bu Eva, setelah selesai mendandani wajah Maya. Meskipun hanya ditambahkan make up tipis-tipis, tapi dasarnya gadis itu sudah cantik. Jadi terlihat lebih cantik berkali-kali lipat sekarang setelah pakai make up.
"Ini juga karena Ibu pakaikan saya make up. Kalau nggak, ya, bakalan terlihat biasa aja saya," balas Maya, awalnya bahkan ia tak mau make up sama sekali. Tetapi, Bu Eva memaksa ketika sebelum pergi ke acara prom night, gadis itu harus datang ke sana. Wanita itu sampai menahan dress yang akan dipakainya, agar Maya datang ke sana. Jadi mau tak mau ia berganti baju di sana, dan langsung di make over oleh Bu Eva.
"Kamu udah cantik dari sananya, May. Ibu cuma bantu pakaikan make up tipis-tipis aja."
Maya menatap cermin di hadapannya, merasa sedikit asing dengan tampilan wajahnya di pantulan cermin itu. Apa benar yang di cermin itu adalah dirinya? Terakhir kali ia dandan adalah saat acara pernikahan mamanya dengan Galih, itupun karena terpaksa. Saat itu juga Maya enggan untuk melihat wajah dirinya di cermin setelah dandan, karena sangking kesalnya. Tetapi, sekarang ... untuk pertama kalinya ia melihat wajahnya setelah memakai make up. Terlihat ada yang berbeda, wajah itu seperti bukan dirinya.
Tak hanya wajah, tapi Bu Eva juga membantu menata rambutnya. Bu Eva menyanggul rambut panjangnya jadi sanggul modern, dengan model low side bun. Dan yang semakin membuat Maya takjub adalah dengan dress yang dipakainya sekarang.
Kain yang sebulan lalu ia berikan pada wanita itu, sekarang berubah menjadi black simple Sabrina dress yang terasa pas dipakai oleh tubuhnya. Simpel, tapi elegant. Itulah penampilan gadis itu malam ini.
"Suami kamu udah jemput kayaknya, May," ujar Bu Eva, yang malah membuat jantung Maya berdebar kencang mendengar kata 'suami'. Kira-kira akan seperti apa reaksi Aby saat melihatnya nanti?
"Ya udah, aku pergi sekarang, ya, Bu. Makasih udah dandanin aku segala, dress-nya juga makasih banyak. Cantik banget, aku suka," kata Maya sambil memakai flat shoes yang biasa ia pakai sehari-hari ketika pergi. Jika saja saat itu ia tidak kena tipu, mungkin sekarang ia memakai sepatu baru juga. Tetapi, karena penipuan itu, Maya harus rela mengikhlaskannya.
Lagi pula tidak terlalu buruk dengan flat shoes yang dipakainya itu kali ini, masih cocok dipakai bersama dress-nya. Ia benar-benar dibuat kagum oleh hasil jahitnya Bu Eva, Maya sangat berterima kasih sekali pada wanita itu. Apalagi, Bu Eva tidak mau dibayar untuk jasa jahit dress yang dipakainya itu. Katanya ia sudah membantu usaha wanita itu jadi maju lagi, untuk itu sebagai tanda terima kasih. Menggratiskan biaya jahit dress itu untuk Maya.
"Iya, hati-hati, May."
Maya mengangguk, lalu mencium punggung tangan Bu Eva. Wanita itu sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri sekarang. Setelah itu, ia berjalan menuju pintu dengan debaran jantung yang malah semakin mengencang.
"Ekhem." Maya berdeham ketika kini sudah berdiri di depan pintu rumah Bu Eva yang baru ia tutup, membuat sosok cowok yang memakai kemeja hitam, dan berdiri memunggungi itu. Sontak berbalik badan dan menatap ke arahnya.
Tak ada kata yang terucap dari mulut Aby, cowok itu sekarang malah fokus meneliti penampilannya dari bawah sampai atas. Hingga saat Aby meneliti wajahnya dan mata mereka bertemu, senyum Maya mengembang. Namun, cowok itu malah diam saja, bahkan tidak tersenyum sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Sepasang Luka
Ficção GeralPrekuel 'Still The One' "Terlalu banyak hal yang aku takuti, merasa lelah dan tak bisa meraih mimpi. Dunia terlalu kejam untuk aku yang takut sendiri." - Mayang Eira Calista *** Ini tentang Aby dan Maya, yang terpaksa harus menikah di penghujung mas...