22. Penjelasan

1.4K 69 12
                                    

Aby memakan bubur ayam sedikit demi sedikit, ia sengaja agar makannya lebih lama dan buburnya tidak cepat habis. Karena ketika ia telah selesai makan, Aby akan ditagih penjelasan dari Maya yang kini ikut makan sambil terus menatapnya intens. Sedari tadi, gadis itu ... ralat! Maya sudah tidak gadis lagi. Perempuan itu terus meminta penjelasan padanya, alasan kenapa Aby mencintainya sejak kelas 10.

Dan, Aby bukannya tidak mau memberi tahu. Hanya saja bingung mau menjelaskannya seperti apa.

"Kamu sengaja banget makannya di lama-lamain, buat apa coba sedikit-sedikit gitu makannya?" gerutu Maya yang mulai kesal.

"Aku udah mulai kenyang, jadi makannya sedikit-sedikit. Kalau banyak, nanti muntah lagi gimana?" alasannya.

"Kalau udah kenyang, ya, udah. Jangan dimakan lagi!"

"Buburnya masih lumayan banyak, mubazir kalau nggak dihabisin."

"Biar aku yang makan nanti, kalau nggak kamu habisin."

Aby diam, tak tahu harus memberikan alasan apa lagi pada istrinya itu. Dan memilih untuk menghabiskan buburnya, karena ia belum kenyang. Semenjak bekerja, porsi makan Aby bertambah. Jadi, mana bisa ia kenyang hanya memakan setengah mangkuk bubur. Sedangkan ia harus punya tenaga ekstra untuk bekerja dari pagi sampai sore nanti.

Maya mendengus setelah melihat Aby menghabiskan buburnya, bahkan dalam waktu yang sangat cepat. Mana yang katanya sudah mulai kenyang? Takut muntah jika makan buburnya banyak. "Dusta banget kamu!" cibirnya.

"Bukan dusta, aku baru ingat masih harus kerja, tenaga harus ektra, kalau aku loyo, terus pingsan. Bisa-bisa ikut dicor aku sama Pak Gunawan," jelas Aby sedikit bercanda.

"Ya, udah. Sekarang jelasin!"

"Aku harus berangkat kerja sekarang."

"Masih setengah 6, biasanya kamu pergi jam 6."

"Aku harus jadi pegawai yang disiplin, May. Sebelum jam kerja, harus sudah berada di tempat kerja. Pak Gunawan sama yang lainnya aja disiplin banget, sampai nggak pulang."

"Ya, karena mereka rumahnya jauh. Jadi, tinggal di mes. Kamu jangan cari-cari alasan, deh. Kelihatan banget tau nggak, kamu nggak mau jelasin!" Maya semakin kesal, ia sudah teramat penasaran. Tetapi, Aby malah semakin sengaja mengalihkan pembicaraan.

"Emang," ujar cowok itu, membuat Maya langsung memukul lengannya.

"Aku beneran marah, nih. Kalau kamu nggak mau jelasin sekarang!" ancamnya.

"Jangan marah lah."

"Tau, ah!"

Maya menundukkan kepalanya, tak ingin melihat Aby. Membuat cowok itu bingung sekarang, menjawab atau tidak menjawab ia sama-sama bingungnya.

"May."

Tak dijawab.

"Jangan marah, May."

Tidak dihiraukan.

"Mayang Eira Calista."

Tetap didiamkan.

Aby menghela napasnya, baru kali ini ia melihat Maya mendiamkannya. "Oke, aku akan jelasin sekarang," ucapnya pasrah, tapi perempuan itu masih tetap tidak mengacuhkannya.

"May, aku mau jelasin ini."

"Ya, tinggal jelasin."

"Kamu lihat aku dulu, jangan nunduk terus."

Pasrah, Maya pun mendongakkan kepalanya dan menatap Aby.

"Aku nggak punya alasan, May," jujurnya, tapi itu bukan jawaban yang diinginkan oleh Maya.

Rumah Sepasang LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang