Tangis Maya masih pecah, dunianya terasa hancur seketika. Gadis itu masih tak percaya jika hari ini akan mengalami hal yang tak pernah ia sangka sebelumnya. Bagaimana tidak, ia harus menikah dengan Aby di usianya yang baru 18 tahun, tepat dua Minggu lalu ia bertambah usia. Setelah itu, selang beberapa menit ia sudah sah menjadi istri Aby, tiba-tiba ia harus kehilangan papanya.
Awalnya, Maya tak percaya ketika petugas KUA berkata jika denyut nadi Harun sudah tidak ada setelah memeriksa keadaan papanya yang terkulai lemah tadi. Sehingga ia meminta orang-orang untuk membantunya membawa Harun ke rumah sakit agar diperiksa. Tetapi, saat sampai di rumah sakit, Dokter mengatakan hal yang sama. Menyatakan jika papanya sudah meninggal dunia.
Selama ini ia memang melihat Harun sudah tidak baik-baik saja, papanya itu sudah lama sakit-sakitan. Tetapi, ia tak menyangka jika Harun akan pergi lebih cepat.
"Maafin Maya, Papa. Maaf," ucap Maya sambil mengelus nisan yang bertuliskan nama papanya. Orang-orang yang mengantarkan papanya ke peristirahatan terakhir sudah pulang, kini hanya tersisa Maya, Aby, dan Rio saja di sana. Kedua cowok itu belum pulang karena menemani Maya yang belum mau pulang dari sana.
Maya merasa kepergian Harun yang mendadak itu karena salah dirinya. Papanya itu pasti kepikiran tentang masalah Maya, hingga akhirnya kesehatannya malah semakin drop. Apalagi, selama ini Harun jarang sekali untuk periksa ke dokter karena tidak memiliki uang. "Kenapa Papa tinggalin Maya sekarang? Maya nggak punya siapa-siapa lagi, Pah. Mama udah nggak peduli lagi sama Maya, sekarang Maya harus ke mana?"
Rio menepuk bahu Aby, membuat sahabatnya itu langsung mengalihkan pandangan ke arahnya.
"Gue balik duluan, ya. Lo jagain dia baik-baik, kalau ada apa-apa dan perlu bantuan gue. Lo telepon aja gue," ucap Rio, hari sudah sore sekarang.
"Iya, makasih banyak, ya, Yo," ujar Aby yang dibalas dengan anggukkan. Setelah itu, Rio pergi dari sana untuk segera pulang.
Sedangkan Aby, cowok itu berjongkok di samping Maya yang duduk di atas tanah merah sambil memeluk nisan papanya. Lalu, ia mengelus pelan punggung gadis itu, meski sedikit agak ragu dan canggung. Apalagi, mengingat status mereka sekarang.
"Lo nggak sendirian, kok. Ada gue," kata Aby berusaha menenangkan.
Bukan hanya Maya saja yang tak menyangka dengan kejadian hari ini, tapi Aby pun sama. Dan sekarang, ia sudah menemukan jawaban kenapa Harun selalu menatapnya penuh harap, ditambah lagi dengan permintaan tolong Papa mertuanya itu tadi. Mungkin, Harun sudah mempunyai firasat sebelumnya. Untuk itu, Harun memintanya untuk menikahi Maya, meski Papa Maya itu percaya jika dirinya dan gadis itu tidak melakukan apa pun malam itu.
Kata Harun, hati Maya rapuh. Dan sekarang, ia bisa lihat sendiri bagaimana rapuhnya gadis itu. Di saat Maya merasa kehilangan orang yang disayanginya, tak ada satu kerabat dan keluarga yang berusaha menenangkannya. Bahkan, Mama Maya sendiri pun tadi ikut pulang bersama keluarga barunya. Mungkin, karena ini juga, yang membuat Harun meminta Aby untuk menjaga Maya. Gadis itu sendiri.
"Ini salah gue, mungkin Papa akan baik-baik aja kalau nggak dengar apa yang terjadi sama kita dari Mama. Papa kecewa sama gue, dan sekarang Papa ninggalin gue," ucap Maya menyesal.
"Lo nggak boleh ngomong gitu, apa yang terjadi itu udah takdir. Jadi nggak boleh nyalahin diri sendiri, lagian Papa lo nggak pernah kecewa. Bahkan, tadi beliau bilang sendiri sama gue. Jadi lo jangan nangis lagi, bukannya itu juga keinginan Papa lo tadi. Beliau nggak mau lihat lo nangis lagi," balas Aby, membuat Maya menatapnya dan terdiam, lalu ia mengingat apa saja yang dikatakan Harun tadi.
Namun, gadis itu tak bisa berhenti menangis. Ketika sadar jika tadi adalah pelukan terakhir yang papanya berikan untuknya. Setelah ini, siapa yang akan memeluknya nanti?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Sepasang Luka
Ficção GeralPrekuel 'Still The One' "Terlalu banyak hal yang aku takuti, merasa lelah dan tak bisa meraih mimpi. Dunia terlalu kejam untuk aku yang takut sendiri." - Mayang Eira Calista *** Ini tentang Aby dan Maya, yang terpaksa harus menikah di penghujung mas...