Aby dan Maya tiba di kontrakan dengan kondisi basah kuyup, tiba-tiba di tengah jalan tadi hujan turun dengan deras. Membuat keduanya mau tak mau menerobos hujan, karena jika harus berteduh dulu malah akan semakin malam tiba di kontrakan.
Maya turun dari motor, dan membuka pintu lebar agar Aby bisa langsung memasukkan motor ke dalam. Mereka akan mengembalikan motor Bu Hartati besok pagi saja, karena tidak enak jika ke rumahnya sekarang. Pasti Bu Hartati dan keluarganya sudah tidur.
"Langsung ganti baju, May. Kamu udah menggigil," kata Aby, setelah memarkirkan motor di ruang tengah kontrakan.
Maya mengangguk, lalu pergi ke kamar untuk mengambil baju ganti. Sedangkan Aby membersihkan lantai yang kotor karena ban motor menggunakan lap. Namun, tak lama kemudian tiba-tiba lampu mati begitu saja bersamaan dengan suara guntur yang menggelegar.
"Aaaa! Aby, aku takut!" teriak Maya dari arah kamar.
"Tunggu sebentar, May," sahutnya, lalu mengambil ponsel di dalam saku celananya. Untungnya masih menyala, ia pun menyalakan senter ponsel. Sebelum akhirnya Aby berjalan menuju kamar, menggunakan penerangan yang minim itu.
"Ini kenapa bisa mati lampu, By?" tanya Maya, setelah melihat sinar senter dari ponsel Aby.
"Aku juga nggak tau," jawabnya, ia melihat gadis itu masih menggigil. Kenapa juga mati lampu di waktu yang tidak tepat, jika begini bagaimana mereka bisa ganti baju?
"Bakalan lama nggak, ya? Aku takut gelap, sama suara geluduk juga."
"Semoga nggak, deh."
Aby melihat Maya mengangguk, lalu gadis itu mengalihkan pandangan ke sekeliling kamar. Sangat gelap, penerangan di ponsel Aby tidak terlalu cukup untuk membuat gadis itu tenang, karena terlalu takut gelap.
Duarrr ...
Maya tersentak mendengar suara guntur yang kembali menggelegar itu, dan terlonjak kaget saat merasa ada yang merayap di kakinya. Membuatnya tiba-tiba terjengkang ke belakang, setelah tak sengaja menginjak sepatu heels-nya yang ada di lantai. Tangannya yang tak sengaja menarik Aby untuk pegangan, malah membuat cowok itu seketika ikut tertarik ke depan karena tak siap untuk menahan. Hingga keduanya terjatuh di atas kasur dengan Aby yang menimpa tubuh Maya.
Tak lama kemudian, lampu kembali menyala, dan keduanya terdiam masih dalam posisi Aby berada di atas tubuh Maya. Mata mereka beradu, dengan dentuman detak jantung yang kencang saling bersahutan.
Seketika Maya memejamkan kedua matanya, ketika merasakan elusan lembut tangan Aby di pipinya. Tangan cowok itu sudah terasa hangat, membuat Maya menikmati elusan itu di pipinya yang masih dingin karena kehujanan itu.
Gadis itu kembali membuka matanya, ketika merasakan tangan Aby berhenti mengelus pipinya. Saat itu juga ia melihat wajah Aby yang begitu dekat dengannya, sangat dekat. Hingga beberapa detik kemudian, tubuh Maya dibuat mematung dan kedua mata terbelalak shock dengan apa yang dilakukan Aby padanya tanpa ia sangka sebelumnya.
Aby memagut bibirnya yang bergetar karena kedinginan, lalu melumatnya pelan, membuat gadis itu terkejut. Namun, tak bisa apa-apa selain mematung. Bahkan, otaknya dibuat tak bisa berpikir apa-apa. Maya nge-blank, dengan debaran jantung yang semakin kencang. Cowok itu mengambil ciuman pertamanya.
"A-Aby," sebutnya, ketika Aby berhenti melumat bibirnya dan kini menatap Maya dengan tatapan yang berbeda.
"Hm?"
Maya menelan ludahnya dengan susah payah, ia ingin berbicara, tapi bingung ingin berkata apa.
"Masih dingin, hm?"
Dengan gerakan pelan, Maya menganggukkan kepalanya. Kedua matanya tak bisa lepas dari bibir Aby yang kini terlihat tersenyum, begitu manis.
"Apa yang kamu suka?" tanya Aby tiba-tiba, tangannya kembali mengelus pipi Maya dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Sepasang Luka
General FictionPrekuel 'Still The One' "Terlalu banyak hal yang aku takuti, merasa lelah dan tak bisa meraih mimpi. Dunia terlalu kejam untuk aku yang takut sendiri." - Mayang Eira Calista *** Ini tentang Aby dan Maya, yang terpaksa harus menikah di penghujung mas...