"Yaz, tunggu!"
"Yaz, dengerin gue dulu."
"Jangan pergi, Yaz."
"Gue minta maaf, Yaz."
Aby terlihat gelisah dalam tidurnya, dengan keringat dingin membasahi pelipisnya. Dahinya kadang mengernyit, dan kadang seperti menahan sakit.
Tintin ... Tintin ...
"Yaz berhenti!"
Tintin ... Tintin ...
"Yaz—"
Brak!
Aby terbangun begitu saja dari tidurnya, dengan napas yang tidak teratur. Ia mengubah posisi tidurnya menjadi duduk dan memegangi kepalanya yang terasa sakit.
Teriakan, deru motor, dan suara klakson yang memekakkan telinga. Entah kenapa itu semua kini terus berputar dari pikirannya, meskipun ia sudah keluar dari alam mimpinya. Mimpi yang dialaminya itu bukan sekali atau dua kali dialami olehnya. Dalam 3 tahun terakhir, ia seringkali mimpi yang sama. Seseorang yang mengendarai motor sambil berteriak, lalu suara klakson. Namun, ia tak bisa melihat dengan jelas kejadian seperti apa yang ada di mimpinya itu, yang sangat jelas tertangkap olehnya hanya suara teriakan, deru motor, dan suara klakson saja.
"Aaggrhh ...." Aby meringis sedikit keras saat merasakan kepalanya semakin sakit, membuat Maya yang tidur di sampingnya sontak membuka kedua mata saat mendengar suara Aby.
"Aby," panggil Maya sambil mengubah posisi tidurnya menjadi duduk.
"Hm." Aby menyahut, sambil mengalihkan pandangannya pada Maya dan tersenyum menahan sakit. "Kok, bangun? Kenapa?" tanyanya.
"Kamu kenapa, Aby? Mimpi buruk lagi?" tanya balik Maya, perempuan itu sudah beberapa kali melihat Aby terbangun tengah malam, lalu meringis menahan sakit sambil memegang kepalanya.
"Aku bikin kamu kebangun, ya? Maaf," kata Aby, jelas bukan itu jawaban yang Maya inginkan.
Maya menghela napasnya, lalu mengangguk. Kedua tangannya terulur memegang kepala Aby, membuat cowok itu menatapnya. "Kepala kamu sakit lagi?"
"Sedikit."
"Mimpi buruk seperti apa yang kamu lihat, Aby? Kenapa setiap mimpi itu kamu selalu kesakitan?" Maya ikut penasaran dengan mimpi Aby, dan tak mengerti kenapa lelaki itu selalu mimpi hal yang sama secara berulang?
"Aku nggak tau, mimpinya nggak jelas. Semuanya samar, yang jelas aku tangkap cuma suara teriakan, suara motor, dan klakson. Aku nggak tau siapa neriakin siapa. Dan nggak tau juga ada kejadian apa di mimpi itu, mimpinya cuma sepenggal aja. Padahal, awalnya aku bukan mimpi itu, dan aku nggak tau kenapa bisa nyambung ke mimpi buruk itu lagi." Meskipun Aby tak tahu awal dan akhir dari mimpinya yang berulang itu, ia tetap menganggapnya mimpi buruk. Karena setiap kali mimpi itu, selalu saja membuatnya kesakitan dan akan berujung ia tak bisa tidur lagi.
"Kira-kira gimana, ya, biar kamu nggak mimpi buruk itu lagi? Padahal, sebelum tidur kamu selalu doa dulu."
Aby mengangkat kedua bahunya, lalu menggeleng. Ia tak tahu caranya agar tidak mimpi itu lagi, karena ia tak bisa memilih mimpi apa yang ia inginkan ketika sedang tidur.
"Gimana kalau sebelum tidur, kamu terus mikirin aku dulu, Aby," ujar Maya, membuat Aby menautkan sebelah alisnya.
"Kenapa gitu?" tanyanya.
"Biasanya, kalau kita mikirin sesuatu terus-menerus bisa ke bawa mimpi. Nah, kamu coba aja mikirin aku terus, siapa tau kamu cuma mimpi aku dan nggak mimpi buruk itu lagi," jawab Maya, seketika membuat Aby terkekeh. Lalu, tangannya jahil mencubit hidung Maya dengan gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Sepasang Luka
Fiksi UmumPrekuel 'Still The One' "Terlalu banyak hal yang aku takuti, merasa lelah dan tak bisa meraih mimpi. Dunia terlalu kejam untuk aku yang takut sendiri." - Mayang Eira Calista *** Ini tentang Aby dan Maya, yang terpaksa harus menikah di penghujung mas...