38. Pertemuan tak terduga

1K 50 2
                                    

"Selamat menempuh hidup baru, ya, Mbak Tia," ucap Maya yang menghampiri Tia ke atas pelaminan untuk mengucapkan selamat bersama Aby.

"Akhirnya Mbak Tia nikah juga," kata Aby, membuat gadis itu tersenyum bangga.

"Iya, dong. Mulai sekarang gue udah bisa ciuman, kayak gini, nih." Tia dengan sengaja mengecup bibir suaminya tepat di hadapan Aby dan Maya, menuntaskan rasa dendamnya pada Aby yang 2 minggu lalu mencium Maya tepat di hadapannya.

Suami Tia terlihat kaget setelah mendapatkan ciuman dari gadis itu secara tiba-tiba, apalagi di hadapan orang lain. Sebenarnya, ia sudah tak aneh dengan sikap Tia yang suka di luar dugaan, tapi tak menyangka juga jika sang istri akan seberani itu.

"Mas David keliatan tertekan banget, yang sabar, ya, Mas," ujar Aby, membuat Tia melotot tak terima.

"Sudah biasa," balas David, membuat Aby terkekeh.

"Ih, Mas. Bisa-bisanya jawab gitu," protes Tia.

"Aby, udah, ih." Maya memperingati, jangan sampai keusilan suaminya itu malah membuat Tia kesal sepanjang hari pernikahan. Bagaimana jika orang-orang yang melihatnya, menyangka jika Tia terpaksa menikah. Ia juga tak ingin jika Aby mengacaukan hari bahagia Tia.

Lelaki itu tersenyum, lalu mengangguk. Sebelum akhirnya berkata, "Saya bercanda, Mbak. Selamat ya, atas pernikahan kalian. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah."

"Makasih, By," ucap David yang dibalas dengan anggukan.

"Kalau gitu, saya dan Maya ke sana dulu, ya. Antriannya juga makin panjang kayaknya."

"Iya, silakan. Nikmati hidangannya, jangan sungkan." Aby mengangguk sebagai jawaban, lalu menggenggam tangan Maya dan membawa sang istri pergi dari sana.

"Kamu duduk aja, Yang. Biar aku yang ngambil makan buat kamu, nggak tega kalau kamu harus ikut antri. Bisa pegel kamu," ujar Aby yang diangguki oleh perempuan itu.

Maya duduk di salah satu meja, sedangkan Aby pergi untuk mengantre mengambil makanan. Sambil menunggu, perempuan itu mengalihkan pandangannya ke sekeliling tempat acara, tamu undangan mulai berdatangan. Entah berapa banyak yang diundang kedua mempelai, Maya meringis sendiri ketika harus membayangkan sepasang pengantin harus berdiri di pelaminan untuk mengalami tamu yang datang untuk memberikan selamat. Mungkin, jika ia yang ada di posisi Tia saat ini, sudah mati kebosanan.

"Maya?" Panggilan itu, membuat si empunya nama mengalihkan pandangan ke sumber suara, saat itu juga tubuh Maya mematung ketika melihat 3 orang gadis yang tak asing lagi baginya. "Lo ada di sini juga?" Maya menghela napasnya, gadis yang bertanya itu adalah Reina, saudara tirinya.

Maya bangkit dari duduknya, berdiri saling berhadapan dengan Reina dan 2 teman yang ia kenali.

"Lo hamil, May?" tanya Chika—salah satu teman Reina— terkejut, begitu juga dengan Reina dan Fanny—satu teman Reina yang lain—yang baru menyadarinya.

"Setau gue, waktu itu temen-temen sekelas lo bilang kalau pernikahan lo dan Aby cuma settingan buat bikin video klip. Terus, kenapa sekarang hamilnya beneran? Lo terlalu mendalami peran atau, gimana?" tanya Fanny tak mengerti.

"Dia dan temen sekelasnya itu bohong kali, pernikahan mereka bukan settingan. Anehnya, malah pada percaya, udah jelas informasi dari gue yang bener," jelas Reina.

"Gila, lo sama temen sekelas lo bohongi satu sekolah, dan fitnah Reina. Wah, bener-bener." Chika menggeleng tak percaya, membuat Maya yang sedari diam, semakin terdiam.

"Tapi, gue jadi penasaran. Kenapa bisa lo dan Aby nikah waktu masih sekolah?" tanya Fanny.

"Ya, karena dia hamil. Makanya dinikahin," jawab Reina.

Rumah Sepasang LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang