02|Akar yang menghilang

8.3K 546 217
                                    

_______________

“Menurutmu apa yang akan terjadi jika tumbuhan kehilangan akarnya? Nona kecil.”
~Ester R Pattinson~

“Dan apa yang akan terjadi jika manusia kehilangan hati nuraninya?!”
~Mollyara Lovara Bratadikara~
_______________

|02|

   Molly tampak meringis ketika Gevi mengambil serpihan kaca yang menancap di kaki cantiknya. Menyadari raut wajah sang nona muda pun membuat Gevi lebih berhati-hati. Dengan telaten Gevi mengobati kaki sang nona muda.

   “Anda yakin akan tetap memakai heels untuk acara nanti malam nona?” tanya Gevi khawatir. Dia menata dan menaruh kotak P3Knya di tempat semula.

   “Aku tidak mau pria jahat itu mengejekku. Tenang saja, ini hanya goresan kecil.” Balas Molly sambil menapakkan kakinya pada lantai dengan perlahan.

   “Nona,” Molly menatap Gevi. “Jujur saja anda tadi takut pada tuan muda kan? Beliau yang biasanya acuh, tenang, dan tidak sampai menyentuh anda saat pertengkaran sekarang terlihat marah hingga menyentuh tangan anda dengan kasar. Sebenarnya apa yang anda lakukan nona?”

   Molly terdiam. Iya, tentu saja dia sangat takut pada Ester tadi. Molly yang hidup di lingkungan penuh perhatian dan kasih sayang dari kakak laki-lakinya sangat terkejut mendapatkan perlakuan kasar tadi. Satu tangan besar Ester yang dengan mudah mencengkram kedua pergelangan tangan mungilnya serta netra biru yang mengkilap menatapnya seperti kilatan halilintar digelapnya malam.

   Selama 2 tahun, ini kali pertama Molly melihat kemarahan Ester yang berbeda dari biasanya. Memang apa masalahnya jika Molly membawa marga keluarganya?? Kenapa Ester selalu melarangnya pergi ke acara rekan-rekan almarhum ayahnya?? Apa sebenarnya jalan pemikiran pria itu?? Molly benar-benar tidak mengerti.

   “Aku hanya mendatangi pesta topeng ke kediaman Holland. Dan saat salah satu dari mereka menanyai margaku, aku menjawab Bratadikara. Hanya itu Give... Tidak ada hal lain yang terjadi setelah aku memberitaukan hal itu. Kenapa pria jahat itu marah?? Dan darimana dia tau aku mendatangi pesta topeng mewakilinya? Menyebalkan!” gerutu Molly sambil duduk di kursi riasnya.

   Aku mengerti kenapa nona muda begitu kesal. Ada benarnya juga, nona hanya mempertahankan marganya sesuai janjinya pada mendiang tuan besar. Lalu apa masalahnya? Aku benar-benar tidak paham apa yang ada didalam pikiran tuan muda. Batin Give. Give hanya menghela napas berat mendengar sang nona muda mencaci Ester.

   “Lebih baik anda bersiap nona, dress yang anda minta sudah saya siapkan. Saya pamit keluar. Kepala pelayan Meth bilang memerlukan bantuanku,” pamit Give. Molly hanya membalasnya dengan anggukan dan Give pun pergi.

   Gadis itu terdiam sejenak sambil memegangi pergelangan tangannya yang masih memerah. Ingatan saat Ester mencengkram kedua pergelangan tangannya muncul. Kedua tangannya tak berkutik hanya dengan satu tangan pria itu. Mengingat itu membuat Molly merinding. Beruntung tangan lentiknya tidak diremukkan oleh pria jahat itu. Molly menyadari sesuatu. Iya, Give benar. Ini kali pertama setelah 2 tahun pernikahannya Ester menyentuhnya.

   Sepertinya aku benar-benar membuatnya marah besar. Tapi kenapa? Batin Molly.

   Molly menggelengkan kepalanya pelan. Dia enggan disalahkan. Dengan langkah tertatih, Molly menuju walk in closet. Membalut tubuh mungilnya dengan dress berwarna putih yang menampilkan kesan anggun dan cantik disaat yang bersamaan. Memoles make up tipis diwajah cantiknya dan mengambil beberapa aksesoris. Saat hendak mengambil gelang bermotif mawar putih, Molly mengurungkan niatnya. Dia menjadi benci pada hal yang berkaitan dengan bunga mawar. Tentu, karena Ester yang selalu mengibaratkan dia sebagai bunga mawar.

MOLLY[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang