Extra Chapter 08|Tangisan Ester

11.5K 811 6.7K
                                    

_______________

“Aku juga mencintaimu.”
~Mollyara Lovara Pattinson~

“Terima kasih, Sweetie. Aku mencintaimu.”
~Ester R Pattinson~
_______________

Ramein paragrafnya biar Aceng semangat up. Untuk kalian jaga kesehatan selalu dan jangan lupa bahagia🤸‍♂️

[EC.08]

   Tengah malam, Molly terbangun karena merasakan haus. Wanita itu terdiam beberapa saat guna mengumpulkan niat untuk bangun dari posisinya. Molly menatap sekeliling, saat ini dia sudah berada di kamarnya. Tentu sang suami yang membawanya saat dia masih terlelap. Setelah niatnya terkumpul, Molly bergerak perlahan agar tidak mengusik Ester yang masih tertidur juga karena tubuhnya sakit. Namun pergerakan Molly membuat Ester terbangun. Pria itu mengeratkan pelukannya lalu membenamkan wajahnya pada dada sang istri.

   “Eh kebangun? Maaf ya pasti gerakan aku ganggu kamu. Tidur lagi aja, masih jam 1 soalnya.” Ucap Molly halus sembari menghusap kepala sang suami.

   Ester menggeleng lalu mendongakkan kepalanya, “kamu kenapa bangun?” tanya Ester dengan suara beratnya.

   “Mau ambil minum.”

   Ester lalu bangun dari posisinya.
Pria bertelanjang dada itu mengambil air mineral dari dalam kulkas lalu menuangkannya di gelas. Ini salah satu hal yang membuat Molly beruntung menjadi istri dari seorang Ester R Pattinson. Pria itu lebih banyak bertindak daripada berucap. Jujur saja, tadinya Molly tak mengira Ester akan langsung bangun dan mengambilkan minum untuknya.

   Molly menatap punggung serta leher Ester dengan pipi memerah. Punggung pria itu terdapat bekas cakaran dan beberapa kissmark dileher yang sudah dipastikan ulahnya. Molly menunduk malu ketika Ester duduk disebelahnya.

   “Kenapa?” tanya Ester sambil menyodorkan segelas air itu. Molly menerimanya lalu meminumnya hingga tersisa setengah dan kembali memberikannya pada Ester. Ester pun menaruhnya diatas nakas.

   “Be-besok kan kamu kerja, terus gimana nutupin itunya?” jawab Molly dan kembali bertanya sambil menujuk leher Ester.

   “Buat apa ditutupin?”

   Molly mencubit lengan Ester, “lih aku yang malu tau! Orang yang liat pasti ngira aku ganas—” ucapan Molly terjeda ketika Ester menariknya untuk duduk dipangkuannya.

   Molly hendak memberontak namun saat merasakan sesuatu yang keras mengenai miliknya membuatnya langsung diam. Tubuhnya masih sangat sakit dan Molly rasa belum bisa melayani Ester lagi.

   Ester mencubit ujung hidung sang istri lalu berucap, “nona kecilku kan memang ganas.”

   “Ih enggak! Ganasan kamulah, sampe bikin ranjang ambruk.”

   “Kapan?”

   “Gak usah pura-pura lupa! Besok pagi sebelum berangkat aku tutupin pake plaster atau nggak foundation,” ucap Molly dan Ester tak berani protes saat sang istri menatapnya galak. Yang pria itu lakukan tentu mengangguk patuh. Molly berdehem ketika tonjolan yang dia duduki terasa semakin keras dan membesar.

   “It-itunya berdiri ya?”

   Ester mengangguk.

   “Tapi badan aku masih sakit,” cicit Molly sambil menunduk.

   “Aku bisa nahan, kamu tidur lagi. Jangan memaksakan diri, aku nggak apa-apa.” Ucap Ester sambil mengecup kening sang istri.

   “Maaf.”

MOLLY[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang