38|Sebuah Petunjuk

6.3K 644 3.2K
                                    

_______________

“Papa, maaf. Putramu ini sudah mengotori tangannya.”
~Ester R Pattinson~
_______________

|38|

   Molly memijit pelipisnya ketika melihat Chris masih berdiri didepan gerbang rumahnya. Padahal hari sudah gelap ditambah hujan namun tidak membuat Chris menyerah. Pria itu tetap berdiri ditempatnya. Molly menghentakkan kakinya kesal membuat Mosi yang duduk tepat disebelah kakinya terpenjat kaget. Kucing mungil itu bahkan sampai meloncat.

   “Emang mau jelasin apa sih?! Kenapa nggak dia aja yang dateng buat ngejelasin?! Nyebelin!!” kesal Molly. Dia yang dimaksud adalah Ester.

   “Nona muda, makan malam sudah siap.” Panggil Gevi. Molly menoleh lalu menganggukkan kepalanya pelan. Dia pun menutup kordennya lalu pergi bersama Gevi dan dibuntuti oleh kucingnya yang manis, si Mosi.

   Beralih pada Alka. Pria itu tampak dalam perasaan yang tidak bisa dideskripsikan. Saat ini Alka sedang berdiri sambil menatap tetesan air yang jatuh membasahi bumi melalui kaca jendela kamarnya. Tangan kekarnya terlihat menggenggam erat kunci kecil itu. Kunci, yang Bjorn berikan.

   Aku sangat enggan membantunya terlebih karena dia berani membuat Unty menangis. Tapi, aku juga penasaran ada apa dibalik lukisan singa yang tuan Bjorn maksud. Haruskah aku pergi mengeceknya? Tapi jika aku melakukan itu, sama saja membantunya. Batin Alka bimbang.

   Terlalu fokus pada lamunannya, Alka sampai tak menyadari kedatangan sang istri. Hingga wanita itu mendekat lalu memeluknya dari belakang, barulah Alka tersadar. Pria itu tersenyum tipis sambil menghusap lembut tangan mungil yang melingkar dipinggangnya. Alka membalikkan tubuhnya kemudian mencium puncak kepala sang istri.

   “Mas melamun ya?” tanyanya sambil mendongakkan kepalanya. Menatap wajah tampan suaminya.

   “Keliatan banget ya?”

   Wanita itu mengangguk, “mas mikirin apa? Dari kemarin-kemarin melamun terus. Aku nggak maksa mas buat cerita tapi kalo hampir tiap hari mas melamun gitu aku nggak suka. Kamu nggak lagi mikirin cewek lain kan mas?”

   “Astaghfirullah, nggak sayang. Cewek lain darimana coba?”

   “Terus apa?” tanya lagi mendesaknya.

   Terlihat Alka menghela napas lalu melepaskan pelukannya. Menuntun sang istri agar ikut bersamanya. Alka duduk dibibir ranjang kemudian menepuk pahanya. Mengisyaratkan agar sang istri duduk dipangkuannya. Gelengan kepala dari wanita manis itu membuat Alka mengerutkan keningnya.

   “Kenapa diem, sini duduk.” Kata Alka.

   “Nggak mau, aku berat. Udah 8 bulan nanti kalo mas keberatan gimana?” Jawabnya polos. Alka tertawa pelan lalu menarik istrinya agar duduk dipangkuannya. Pria itu mencium pipi istrinya.

   “Mas emang nggak bisa bohong sama kamu ya ternyata. Biar mas jelasin, kamu dengerin baik-baik gih?” pinta Alka. Anggukan pelan dari sang istri pun membuatnya tersenyum.

   “Sebenarnya, mas ke Italia bukan buat bantuin masalah perusahaan si pria jahat tapi karena dia minta bantuan sama mas buat ke Italia dan menemui orang bernama Bjorn. Nah, mas kira dengan ketemu orang itu bisa bantu mas buat dapet petunjuk mengenai kematian opa. Tapi ternyata enggak. Tuan Bjorn malah ngasih mas kunci ini dan nyuruh mas buat tanya ke pria jahat untuk apa kunci ini. Mas tanyalah ke dia, dan dia bilang minta bantuan mas lagi buat ke vila lama opa. Awalnya mas mau aja bantu tapi karena dia jahatin Unty, mas mutusin buat nolak. Eh tiba-tiba mas jadi kepikiran aja, mas penasaran juga sama apa yang ada dibalik lukisan singa di vila lama opa. Menurut kamu mas harus gimana?” terang Alka lalu menatap sepasang netra hitam milik istrinya. Wanita itu terlihat terdiam beberapa saat lalu membalas tatapannya sambil tersenyum tipis.

MOLLY[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang