22|Telefon Dari Paksu

5.8K 537 1.1K
                                    

_______________

“Ingin sesuatu?”
~Ester R Pattinson~

“Coklat dari Belgia!”
~Mollyara Lovara Bratadikara~

“Molly aku menemukanmu.”
~Arsetha Leo Pattinson~
_______________

|22|

1 Minggu Kemudian
Di Roma Italia, waktu setempat

   Joe tampak tersenyum menyambut seseorang dari bandara. Pria dengan tato dilehernya mendekati Joe. Aura kekejaman yang terlihat melekat padanya tidak membuat Joe takut. Karena, orang itu adalah kakaknya. Joe memeluknya.

   “Selamat datang kembali, kak.”

   “Terima kasih sudah menyambutku, Joe.” Jawabnya sambil merangkul Joe. Dia tak lain adalah Gefus, calon ketua LES.C selanjutnya setelah Bjorn. Juga saudara berbeda ibu dari Joe.

   Keduanya pun memasuki mobil. Joe menatap Gefus yang sedang melepaskan sarung tangan hitamnya. Entah mengapa begitu melihat sang kakak, Joe semakin percaya diri jika Ester akan gagal dalam memutuskan perjanjian itu. Gefus menatapnya kemudian bertanya, “kenapa dia belum kembali ke Indonesia?” Dia yang dimaksud adalah Ester.

   “Menurut informasi dari mata-mataku, ada masalah di cabang perusahaannya disini. Kemungkinan dia akan kembali minggu depan, kau ada rencana kak?” Jawab Joe dan kembali bertanya.

   “Membunuhnya mungkin. Jika dia sampai di Indonesia akan kecil kemungkinan untuk membunuhnya. Kau tau, selain keluarga Azura ada beberapa keluarga besar yang melindunginya. Jadi dia akan kembali minggu depan? Mata-matai dia dan begitu di bandara pribadi papa kabari aku. Aku sangat yakin papa akan menawarkan dia untuk pulang dengan jet pribadinya. Hanya itu tugasmu,” terang Gefus sambil melonggarkan dasinya.

   “Kau akan membunuhnya sama seperti Arlanzyan?”

   “Emm yah, karena dia berhasil memancing kemarahanku mungkin aku tidak akan membiarkan tubuhnya utuh.” Jawab Gefus sambil tersenyum smirk. Pria yang berhasil membunuh iblis sejenis Arlan akan membunuh Ester. Sial! Ester dalam bahaya besar.

   Dilain sisi, Ester tampak menikmati secangkir teh hijau dengan menduduki tumpukkan orang-orang yang sudah bersimbah darah. Pria bernetra biru itu menghela napas. Niatnya dia ingin menikmati secangkir teh di kantornya namun beberapa tamu tak diundang membuat niatnya tertunda sejenak. Ester menatap ponselnya yang tampak bergetar. Dia turun darisana kemudian menaruh cangkir tehnya diatas meja. Mengambil benda pipih itu dan ternyata pesan singkat dari Casel.

Casel

Calon ketua sudah sampai dan menuju ke markas
[10.00]

Aku mengerti
[10.01]

_send.

   Ternyata benar dia akan membunuhku, apa aku benar-benar akan terbunuh disini? Batin Ester sambil memasukkan ponselnya ke saku coatnya. Pria itu terdiam melihat bunga mawar merah yang mengalihkan perhatiannya. Melihatnya beberapa saat sebelum pergi darisana.

_____

   PRANGGGG!!!

   Sebuah vas hancur ketika menghantam tembok. Arsetha meremas foto Molly dan dengan emosi memuncak memukul cermin. Pria itu tidak memperdulikan tangannya yang berdarah. Juga istri dan kedua anaknya yang mengkhawatirkannya. Tidak, hanya Rekia yang khawatir. Arsetha melakukan kesalahan dimana hal itu membuat Ressa dan Lea, anak dibawah umur trauma. Apa lagi? Bentakkan dan suara pecahan benda yang sangat keras setiap dia pulang. Jika dulu Ressa dan Lea berlari memeluknya ketika pulang, sekarang memilih berlari pergi ke kamarnya. Bahkan menguncinya dari dalam. Anak-anak yang malang.

MOLLY[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang