Extra Chapter 07|Rumah Kaca

14.5K 768 4.8K
                                    

_______________

“Jangan kebiasaan mendam. Aku nggak sepeka kamu yang ngerti kalo aku lagi marah, cemburu, sedih, dan lainnya.”
~Mollyara Lovara Pattinson~

“Aku cemburu.”
~Ester R Pattinson~
_______________

[EC.07]

   Malam harinya. Terlihat Molly mengecek ponselnya beberapa kali sambil berjalan mondar-mandir dikamarnya. Wanita itu menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 11 malam. Dia berdecak. Biasanya Ester sudah pulang sebelum jam makan malam. Dan jika lembur pun, pria itu selalu mengabari Molly. Namun hari ini pria itu belum pulang dan tak mengabarinya apapun. Molly juga sempat menelepon suaminya beberapa kali namun tidak satu pun telepon darinya diangkat. Kesal, Molly melempar ponselnya keatas ranjang membuat Mosi yang tengah terlelap disana terkejut. Wanita itu mengambil jaket serta kunci mobilnya. Daripada dihantui pemikiran yang tidak-tidak, Molly memutuskan untuk menyusul Ester ke kantor pria itu.

   Melihat Molly yang tergesa-gesa, Gevi mendekat. “Anda mau kemana nona? Sudah malam,” ucap Gevi.

   “Ester belum pulang dan teleponku tidak dijawab satu pun. Jadi aku akan menyusulnya,” jawab Molly sambil masuk kedalam lift. Belum Gevi bertanya lagi, pintu lift tertutup.

   Tuan muda tidak mengangkat teleponnya? Tumben sekali, batin Gevi bingung.

   Kembali pada Molly. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 45 menit, akhirnya dia sampai di perusahaan besar milik suaminya. Sesuai dugaan, sudah tidak ada karyawan disana. Molly hanya berpas-pasan dengan satpam yang baru mengunci salah satu ruangan. Menyadari kehadiran Molly, satpam itu membungkuk hormat.

   “Malam nona,” sapanya sopan.

   “Malam, emm pak. Apa suamiku masih diruangannya?” tanya Molly.

   “Waduh, saya tidak mengecek lantai atas nona. Tugas saya hanya mengunci ruangan karyawan di lantai 1 hingga 17.” Jawab sang satpam.

   Molly menghela napas, “baiklah. Aku akan mengeceknya sendiri. Silahkan lanjutkan kembali pekerjaanmu.”

   “Baik nona.” Jawabnya kemudian pergi.

   Molly memasuki lift khusus karyawan untuk menuju ke lantai paling atas. Tempat dimana suaminya berada. Tak perlu waktu lama, pintu lift terbuka. Molly langsung saja bergegas menuju ke ruangan suaminya. Dan nalurinya mengatakan jika Ester masih ada disana.

   Beralih pada Ester. Saat ini pria itu baru menyelesaikan pekerjaannya. Ester melepaskan kacamatanya lalu menyandarkan punggungnya. Dia menatap langit-langit ruangan berwarna abu-abu itu sekilas sebelum akhirnya memejamkan matanya. Ester memijit pelipisnya lalu menutupi matanya dengan lengannya. Dia pikir dengan lembur bisa memadamkan kecemburuan dihatinya itu. Namun nyatanya tidak.

   Ya, dia sadar jika alasannya cemburu terlalu kekanak-kanakan. Untuk itu dia memendamnya, tidak berani mengungkapkannya pada sang istri. Disaat itu Ester tiba-tiba mendengar suara langkah kaki mendekati ruangannya. Suara langkah kaki yang sangat familiar. Ester tersenyum tipis.

   Apa aku terlalu berlebihan mencintaimu nona kecil? Sejak kecil aku tau kedatanganmu hanya dengan suara langkah kakimu. Bahkan daddy ataupun mommy tidak bisa melakukannya. Aku tidak tau alasan pasti mengapa dia datang tetapi dugaanku tidak akan salah. Orang yang mendekati ruanganku adalah dia, batin Ester sambil menyingkirkan tangannya.

   Dia membuka matanya perlahan lalu menekan tombol diujung mejanya. Tombol otomatis yang bisa membuat pintu terkunci dan terbuka. Pintu terbuka. Sesuai dugaan Ester, yang datang adalah nona kecilnya. Pria itu kembali memakai kacamatanya. Berpura-pura fokus pada pekerjaannya. Molly menatap kesal suaminya lalu menyalakan lampu ruangan.

MOLLY[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang