17|Perasaan Tidak Berarti

5.5K 571 1.2K
                                    

_______________

“Ingat kontrak nomor pertama, tidak boleh ada perasaan suka ataupun cinta sampai kontrak berakhir.”
~Ester R Pattinson~

“Kau pikir aku bisa mengontrol perasaanku?!”
~Mollyara Lovara Bratadikara~
_______________

|17|

   Menjelang sore hari, Ester kembali ke vila. Pria itu baru menyelesaikan pekerjaan kantor dan menjenguk Chris. Ester turut senang ketika melihat Chris yang dengan antusias mengenalkan putri mungilnya. Bagaimana pun, anak itu adalah penatian Chris dan istrinya setelah 4 tahun lamanya. Ester keluar dari dalam mobil, pria itu menatap langit yang menggelap. Sepertinya akan turun hujan lebat. Dia pun memasuki vila dengan perasaan yang entah mengapa kurang enak.

   Begitu pintu terbuka, Ester menatap datar suasana vilanya. Pecahan vas dan benda kaca berserakan dilantai marmer itu. Begitu juga bunga mawar yang tadi pagi terlihat begitu indah didalam vas. Ester berjalan tenang sambil melirik lantai yang terdapat beberapa tetes darah. Begitu di ruang keluarga, Ester melihat beberapa pelayan dan juga Gevi yang menepi dengan wajah ketakutan seperti baru melihat hantu.

   “Wah, sepertinya ada sesuatu yang terjadi ya?” Kata Ester dingin. Saat itu, Meth berlari kecil menghampirinya.

   “Tuan muda... Syukurlah anda kembali. Nona muda, beliau sedang marah besar di ruang kerja anda.” Ucap Meth panik.

   “Apa semua ini perbuatannya?” Tanya Ester dengan wajah datarnya.

   “Iya tuan. Saya minta anda cegah beliau, tangan nona muda terluka parah namun dia terus memecahkan benda didekatnya.” Jawab Meth.

   Ester tak menjawab. Pria itu menuju ke ruang kerjanya dengan menaiki lift. Meth menghela napas. Baru hubungan keduanya mulai membaik lagi-lagi masalah datang menguji mereka. Pria lanjut usia itu hanya bisa berdoa semoga kemarahan Molly mereda dan mereka kembali berhubungan baik. Meth menatap para pelayan yang masih terkejut dengan kejadian barusan. Termasuk Gevi.

   “Jangan ada yang ke lantai 2. Kalian bereskan kekacauan ini. Emosi nona muda sepertinya sedang tidak stabil.” Titah Meth dan mereka mengangguk patuh. Para pelayan pun membereskan kekacauan itu.

   Apa nona muda tau mengenai perusahaan utama Bratadikara? Kenapa harus seperti ini ujian yang menguji hubungan mereka? Batin Gevi.

   PRANKKK!!!

   Ester menghentikan langkahnya ketika mendengar suara benda pecah itu. Kini pria itu berada didepan pintu ruang kerjanya. Dengan perlahan Ester membuka pintunya dan memasuki ruangan itu dengan tenang. Molly menatapnya. Wajah gadis itu memerah karena marah, begitu juga matanya. Air matanya terus menetes deras dengan napas yang tak stabil. Ester menatap tangan Molly yang berdarah tengah memegangi barkas lama tak berguna itu. Ya, untunglah Molly mengamuk di ruang kerjanya. Bukan di ruang bacanya. Pria itu beralih menatap sekeliling. Berantakan. Lembaran kertas putih berserakan dimana-mana begitu juga pecahan vas dan pintu lemari kaca.

   “Jadi, apa yang membuatmu marah. Nona kecil?” tanya Ester dengan tatapan dingin menusuk.

   “Mana... Mana barkas yang kutanda tangani waktu itu? MANA?!! BERIKAN PADAKU!” Teriak Molly.

   “Ku tanya, apa yang membuatmu marah. Nona kecil,” lagi. Ester mengulangi perkataannya.

   “Apa yang membuatku marah?! KAU PURA-PURA TAK TAU?!” Molly mendekat dan memukuli dada Ester dengan barkas ditangannya, “kau bilang akan menjaga keluargaku tapi apa ini hah?! KAU MEREBUT PERUSAHAAN UTAMA BRATADIKARA TANPA SEPENGETAHUANKU! KAU MEREBUTNYA DENGAN MENGGUNAKANKU! AKU KECEWA PADAMU! KAU MENGINGKARI JANJI! BENARKAN KAU MENGAMBIL ALIH PERUSAHAAN UTAMA BRATADIKARA?? JAWAB!!!”

MOLLY[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang