Extra Chapter 14|Ester Marah?

8.1K 652 1.3K
                                    

_______________
“Mas berubah! Sejak aku hamil mas jadi cuek, pemarah, sama nyebelin! Kayak dulu!”
~Mollyara Lovara Pattinson~

“Enggak sayang, sedikit pun mas nggak benci.”
~Ester R Pattinson~
_______________

[EC.14]

   Molly meremas kuat selimutnya. Wanita hamil muda itu tampak mengkhawatirkan sesuatu yang tak pasti. Yakni reaksi Ester yang terlihat tidak bahagia dimatanya. Saat ini Molly tengah sendirian di kamarnya. Ester sedang menidurkan si kembar sementara ayah dan ibu mertuanya sudah tidur dikarenakan hari juga sudah malam. Memang sebelum mengantar si kembar keluar, Ester mencium keningnya tetapi entah mengapa Molly masih memikirkan reaksi Ester sebelumnya. Pusing dengan kepalanya yang dipenuhi pemikiran negatif, Molly malah menangis.

   “Jangan-jangan mas Ester udah gak mau anak ini terus minta buat diaborsi??” Gumam Molly sambil terisak.

   Beralih pada Ester. Pria itu tampak mengecup singkat kening putrinya sebelum pergi dari kamar Zetha. Ester tersenyum tipis saat mengingat keantusiasan Zetha yang akan menyiapkan hadiah untuk calon adiknya ketika lahir nantinya. Bahkan Zetha mengatakan jika adiknya perempuan, dia akan mengikuti kelas beladiri seperti taekwondo dengan tujuan untuk melindungi sang adik. Yah, Zetha sangat bahagia dengan kehadiran calon adiknya itu. Begitu pun Alister karena dia senang akhirnya bukan menjadi bungsu. Lalu Elister? Dia lepmeng-lempeng saja.

   Ester membuka perlahan pintu kamarnya lalu menguncinya dari dalam. Pria itu tersentak ketika mendengar isakan tangis. Segera, Ester menghampiri Molly yang bersembunyi dibalik selimut. Dia duduk disebelah istrinya lalu menyentuh bahunya, “Sweetie, kenapa nangis?? Jangan buat mas panik, kenapa sayang?”

   “Ma-mas... Hikss... Nyebelin!

   Ester menatap istrinya bingung, “mas nyebelin kenapa hm?? Buka dulu selimutnya.”

   Molly membukanya dan langsung menatap sang suami. Tentu air matanya terus menetes. Ester menepikan rambut Molly agar wajah cantik sang istri terlihat. Pria itu menahan senyum, gemas melihat wajah memerah istrinya. Karena Molly tak kunjung bicara, Ester mengangkat tubuh sang istri lalu mendudukkannya dipangkuannya. Mencubit hidung memerah Molly kemudian mengecup keningnya.

   “Udah jangan nangis, merah banget ini mukanya.”

   “Biarin!”

   Ester menghela napas berat, “jadi kenapa menangis nona kecilku?”

   “Mas... Mas pasti marah ya? Mas kan nggak mau tambah anak tapi aku hamil lagi. Mas nggak suka ya aku—”

   “Siapa bilang??” nada dingin Ester membuat Molly menunduk, “mas tanya siapa yang bilang gitu? Ada mas bilang gitu ke kamu.”

   Molly menggeleng.

   “Nah enggak kan, terus kenapa kamu berpikir gitu sama mas?”

   “Mas... Mas tadi nggak senyum, mukanya nyebelin. Nggak kayak waktu aku hamil pertama mas sampai nangis, yang ini nggak.”

   “Maaf.” Ester memeluk tubuh mungil itu sambil menduselkan wajahnya pada dada sang istri.

   Bahu Molly masih naik turun namun air matanya mereda. Dia menatap bingung Ester yang memeluknya itu. Molly menghusap air matanya dengan punggung tangan kanannya lalu berucap, “kenapa mas?” Ester melepaskan pelukannya lalu menatap wajah cantik istrinya.

   “Mas kaget, kabar gembira ini tiba-tiba Sweetie... Saat kamu hamil si kembar, mas bisa memprediksi cepat atau lambat kamu hamil tapi yang
ini—... Sekarang mas tanya, kamu bohongin mas ya? Kamu sebenarnya nggak minum pil kb kan? Jawab jujur, mas nggak marah kok.” pertanyaan dari Ester membuat Molly menunduk, tak berani menatap sepasang netra biru itu. Dia mengangguk pelan.

MOLLY[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang