14|Kemanisan Saat Marah

6K 596 1.6K
                                    

_______________

“Apa aku terlihat seperti cowok bekasan?”
~Ester R Pattinson~

“Gak tau. Tapi yang pasti kamu pernah pacaran.”
~Mollyara Lovara Bratadikara~
_______________

|14|

   Keesokan harinya. Ester terbangun agak telat dari biasanya. Beruntung hari ini tidak ada pertemuan atau janji apapun dipagi hari jadi dia bisa sedikit bersantai. Begitu kesadaran terkumpul pria itu menatap sekitar, mini bar. Ah iya, semalam selesai membereskan dokumen yang akan dibawa ke Italia dia ke mini bar yang berada di lantai 4. Meminum beberapa gelas whisky dengan kadar alcohol >40% untuk menenangkan pikirannya. Ester memejamkan matanya sejenak.

   Lusa aku akan menemui Alkaizer, dan masalah kembali datang. Bagaimana caraku membujuk pria yang sama keras kepalanya seperti nona kecil? Ini benar-benar membingungkanku, batin Ester. Dia membuka matanya perlahan, menatap langit-langit ruangan itu.

   “Siapa orang yang masih hidup dari pembantaian itu?? Satu hal utama yang menjadi petunjuk, Arlanzyan pergi ke markas Gen4 sebelum kembali. Aku rasa perlu menyelidiki kesana saat di Italia nanti.” Gumam Ester.

~“Mayatnya masih utuh dengan beberapa luka tusukan, tembakan dibagian lengan dan bahunya. Bukankah ada kemungkinan ayah mertuamu dibunuh sebelum pesawat meledak? Logikanya, jika dia mati saat itu bukankah seharusnya tubuhnya tidak bisa ditemukan secepat itu??”~

   “Dia tidak mungkin dibunuh semudah itu. Seseorang yang bisa melawan 12 orang bersenjata sekaligus mustahil lengah begitu saja. Ada dua kemungkinan. Dia dipengaruhi oleh semacam obat dan musuh mengepungnya lebih dari 20 orang. Ini benar-benar rumit.” Kata Ester sambil melirik kearah vas yang berada diatas meja kaca.

   Bunga lily putih. Sepertinya Meth mengganti semua bunga yang ada di vila dengan bunga lily putih. Tanpa permisi, kalimat dari Molla muncul dipikirannya.

~“Aku selalu merasa ada kejanggalan pada kematian suamiku, dan ternyata benar... Ester, bolehkah mommy meminta satu hal? Temukan pembunuhnya dan biarkan anak-anakku memberikan hukuman setimpal. Dan terima kasih, kamu bertahan selama bertahun-tahun demi menepati janjimu.”~

   Ester terdiam cukup lama sebelum akhirnya berdiri. Keluar darisana dan menuju ke kamarnya guna membersihkan diri. Setelahnya, tampak pria itu memakai kemeja hitam dan celana senada. Berhubung jadwal dia bekerja hari ini pukul 11, Ester berniat bersantai sejenak. Pria itu keluar dari kamarnya sambil melipat lengan kemejanya hingga sebatas siku. Memasuki lift guna menuju ke lantai 1.

   Ting!

   Pintu lift terbuka. Hendak menuju ke ruang keluarga, perhatian Ester teralihkan dengan suara ramai yang berasal dari dapur. Tidak biasanya para koki heboh saat memasak. Pria itu pun mendekati area dapur. Langkah pria itu berhenti ketika melihat nona kecil nya sedang berkutat disana, membuat sesuatu dengan ditemani Gevi. Namun bisa Ester tebak gadis itu sedang membuat kue ulang tahun. Ngomong-ngomong siapa yang berulang tahun hari ini? Ester menyandarkan bahunya pada tembok sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

   Ulang tahunnya 5 bulan lagi, lalu kue untuk siapa itu? Aku benar-benar penasaran, Batin Ester.

   “Hampir selesai, Gevi bisa kau ambilkan kotaknya dan menaruhnya dimeja? Setelah itu kembali kesini untuk membantuku,” kata Molly sambil menaruh buah strawberry diatas kue itu. Dia tampak fokus agar tidak merusak hiasan kue itu.

   “Baik nona,” balas Gevi kemudian pergi darisana.

   Dia terkejut ketika menyadari Ester tengah memperhatikan Molly. Saat hendak menyapa, Ester menaruh jari telunjuknya dibibir. Pertanda agar Gevi diam. Gevi mengangguk kaku kemudian pergi. Sepeninggalan Gevi, Ester tampak mendekatinya perlahan. Namun sepertinya nona kecil itu sangat fokus hingga perhatiannya tidak teralihkan sedikit pun.

MOLLY[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang