05|Melanggar kontrak bersama

6.6K 525 121
                                    

_______________

“Kita langgar kontrak nomor 3 bersama, nona kecil.”
~Ester R Pattinson~

“Ester?”
~Mollyara Lovara Bratadikara~
_______________

|05|

   Molly melempar ponselnya itu. Dia bosan. Sekarang sudah terhitung 2 hari Molly tidak keluar area hotel. Gadis yang selalu pergi kemana pun terlihat jenuh setelah 2 hari lamanya dikurung. Oh, jangan bilang sampai 2 minggu dia akan dikurung. Benar-benar membosankan. Molly merebahkan tubuhnya diatas ranjang sambil menatap langit-langit hotel. Dia berdecak sebal.

   “Huaaa aku bosan! Pria jahat itu benar-benar keterlaluan! Menyebalkan!! Afani juga kenapa chat aku nggak dibales-bales, ngeselin!” gerutu Molly. Dia kembali mengambil ponselnya dan menatap benda pipih itu. Pukul 4 sore, waktu yang sangat pas untuk jalan-jalan.

   Aku sudah tidak tahan, baik. Sekarang aku tidak peduli lagi dengan pria jahat itu. Aku juga perlu hiburan. Batin Molly kemudian mengambil heels, dompet, serta ponselnya itu.

   Dia membuka perlahan pintunya dan ketika mendengar pintu kamar sebelah terbuka, Molly sedikit merapatkannya. Dari celah yang ada, Molly mengintipnya. Sesuai dugaan Ester keluar dari kamar itu dengan memakai jas hitam yang rapi. Yah, pria itu selalu berpenampilan rapi dan sangat berwibawa. Begitu melewati kamarnya, Molly keluar. Dia membuntuti suaminya hingga di lobby, terlihat Ester berjabat tangan dengan seorang pria.

   Dia... Ah iya! Kenzo Azura, daddy pernah memberitauku dulu. Kenapa pria jahat itu terkenal dimana-mana bahkan keluarga Azura? Aku penasaran tapi lebih ingin jalan-jalan. Baiklah, lakukan pekerjaanmu pria jahat! Batin Molly kemudian pergi ketika Ester dan Kenzo Azura berada disudut lobby. Terlihat keduanya berbincang serius.

   Tanpa Molly ketahui, sepasang netra berwarna biru itu meliriknya. Begitu keluar area hotel, Molly menghela napas lega. Gadis itu tersenyum girang dan mulai berjalan mencari tempat yang cocok untuknya menghabiskan waktu. Beralih pada Ester, pria itu meminum tehnya dengan tenang sambil menatap Kenzo yang sedang membolak-balikkan barkasnya.

   “Masalah yang rumit, kenapa kamu bisa setenang ini Ester? Benar-benar luar biasa.” Puji Kenzo kemudian menaruh barkas itu diatas meja, “memang kemungkinan rencanamu berhasil hanya 10% Ester akan tetapi melihat hasilnya hingga sekarang kupikir kamu bisa menanganinya. Saran dariku jangan menyangkut pautkan keluarga Saguna ataupun Kenazatran. Itu hanya akan memberikan dampak lebih besar dan bisa saja keluarga Pattinson mendapatkan dampak itu. Menurut hasil penyelidikanku, kusarankan kamu perlu 3 orang yang membantu pernyataan itu. Bukan hanya Molly istrimu, melainkan anak darinya yang masih memakai marga Bratadikara dan yang paling penting Alka.”

   Kenzo memberikan sebuah map berwarna coklat itu. Dan tentu Ester langsung menerimanya. Dia sedikit mengeceknya kemudian menatap Kenzo. “Terima kasih tuan Azura,” kata Ester.

   “Kembali. Hanya itu yang bisa kubantu,” Kenzo berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangannya, “semoga berhasil, Ester Pattinson.”

   Ester menerima uluran tangan Kenzo dan menjawab, “aku mengerti. Aku pamit, selamat malam tuan Azura.” Kenzo menjawabnya dengan anggukan.

   Bukan aku meragukan kemampuanmu Ester. Bahkan jika boleh jujur aku ingin keturunanku ada yang sepertimu. Hanya saja, jika pun berhasil... Kemungkinan nyawamu terancam bukan keluarga Bratadikara. Ku pikir kamu tau resiko itu, Ester. Batin Kenzo sambil menatap punggung kekar yang seolah tak tergoyahkan.

   Ester masuk kedalam kamarnya dan membuka laptopnya. Pria itu melonggarkan dasinya dan langsung fokus pada benda yang ada dipangkuannya itu. Entah apa yang pria itu kerjakan hingga 2 jam lamanya tidak membuat perhatiannya teralihkan sedikit pun. Ester mengetuk-ngetuk jari telunjuknya dikeyboard pertanda dia sedang memikirkan sesuatu yang sangat serius.

   Perkiraan memerlukan waktu 10 bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan kontrakku dengan nona kecil akan berakhir 8 bulan lagi. Yah kau benar tuan Azura, ini lebih rumit dari perkiraanku. Batin Ester sambil menatap kearah luar dari kaca balkon. Hujan lebat. Tumben sekali malam ini hujan selebat itu. Tatapan Ester teralihkan pada sebuah vas diatas nakas. Vas dengan bunga mawar indah.

   Dilain sisi Molly yang baru selesai memborong beberapa jajanan serta makanan ringan itu terlihat berteduh dibawah pohon. Dia mengumpati dirinya yang pergi diam-diam. Jadilah dia tidak bisa meminjam mobil milik Ester untuk berkeliling. Tetapi, memang Ester akan mengizinkannya? Molly berdecak sebal kemudian memijat tumit kakinya.

   “Sakit, harusnya aku olesi salep sebelum pergi.” Gumam Molly.

   Gadis itu menegakkan tubuhnya ketika merasa dipantau oleh seseorang. Dengan sedikit melirik, sekilas dia melihat sosok pria bermasker dan bertopi hitam langsung bersembunyi dibalik rumah yang tak jauh darisana. Molly menenteng paper bag dan kantong kresek itu.

   Jangan menoleh Molly fokus berjalan. Batin Molly.

   Molly semakin panik ketika mendengar suara langkah kaki yang semakin cepat mengikutinya. Gadis itu menenteng heelsnya dan langsung berlari. Persetan soal kakinya yang masih terasa sakit. Saat dia menoleh kebelakang, orang bermasker itu berlari kearahnya. Molly panik sebisa mungkin dia berlari. Gadis itu selalu berdoa agar ada orang yang melintas. Tak sanggup untuk berlari lagi, Molly memilih bersembunyi dibalik tumbuhan hias yang hidup didepan rumah orang itu. Molly menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Sesak napas dia rasakan karena kegelapan.

   Tahan suaramu Molly. Tahan. Kak Ren, Alka, ataupun pria jahat tolong aku... Aku takut. Batin Molly sebisa mungkin menahan suara tangisnya.

   Dia semakin menutup mulutnya erat ketika orang itu melintas. Molly dengan sedikit keberaniannya mengintip. Orang itu terlihat berhenti sejenak dan menendang udara.

   “Sial! Kemana wanita itu? Aku harus mengabari tuan jika wanita itu ada disini.” Gumamnya kemudian pergi. Molly melepaskan tangannya.

   Bernapas tak karuan dengan terus memastikan jika orang itu sudah pergi. Ketika dirasa aman, Molly langsung keluar dari persembunyiannya dan hendak berlari. Namun, sebuah tangan menahan pergelangan tangannya membuat gadis itu terkejut. Molly dengan wajah ketakutan yang luar biasa itu menatap si pelaku.

   “Kau gila?! Apa yang kau lakukan di tempat sepi ini?!” kata Ester dengan nada sedikit meninggi.

   Dada Molly kembang-kempis dengan cepat pertanda napas gadis itu tak stabil. Molly terpaku sejenak menatap Ester yang terlihat berbeda dari biasanya. Rambutnya yang selalu tersisir rapi itu terlihat berantakan begitu juga jas hitam yang melekat di tubuhnya yang basah kuyub karena air hujan. Entah mengapa kehadiran Ester membuat Molly merasa lega. Gadis itu menatap netra biru yang selalu menatapnya tanpa kehangatan.

   “Ester??” gumam Molly sebelum akhirnya menjatuhkan tubuhnya kedalam pelukan Ester. Gadis itu tidak sadarkan diri. Untuk pertama kalinya, Molly memanggil nama suaminya itu. Ester hanya diam tanpa ekspresi apapun.

   Kita langgar kontrak nomor 3 bersama, nona kecil. Batin Ester kemudian memanggul tubuh Molly layaknya karung beras.

[KONTRAK NO.03 : Pihak A dilarang menyentuh pihak B apapun kondisinya.

Pihak A : Ester R Pattinson.
Pihak B : Mollyara Lovara Bratadikara.]




























































]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MOLLY[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang