3 Alur Berubah

91 3 0
                                    

3 Alur berubah

Evans tahu pekerjaan itu tidak ada yang mudah, jika mau mudah ya rebahan aja di rumah. tidak mudah harus menjaga dan senantiasa di sisi seseorang agar aman dari segala macam mara bahaya yang menyerang contohnya seperti sekarang.

Baru saja di tinggal sebentar ke toilet.

Tuan mudanya sudah di bully.

"Hahaha lihat lah jadi cowok letoy banget."

"Mana kemana-mana bawa penjaga lagi yang selalu tunduk wahaha."

Kembarannya Ehsan ada panggilan dari kepala sekolah dan tinggal dirinya seorang yang bersama dengan Arkana.

"Lo Homo ya?"

"Cocok sih."

Byurrr

Air bekas pel sudah membasahi tubuh mungil Arkana yang sudah terisak di lantai kantin. kan sudah Evans bilang suruh tunggu sebentar ke toilet malah duluan ke kantin dibilangin nyegel sih. paling tidak jika bersama dirinya tidak ada yang sampai berani nyiram atau menyakitinya, jika kata-kata dihiraukan saja.

Menjadi orang kaya, terpandang itu tidak enak. Setiap gerak jadi omongan, seperti apa perilaku kita menjadi omongan. Menjadi lemah juga bukan pilihan, jika diberikan pilihan juga ingin menjadi kuat, gagah seperti para saudaranya yang lain. bukan bertubuh mungil, parah yang cenderung ayu meski masih tampan jika jadi perempuan mungkin mengira cewek tomboy ayu dan tampan seperti itu.

"Kemana tuh babu lo panggil dong, bisanya hanya menangis saja," seru siswa dengan rambut yang di warna beberapa itu, ciri khas anak brandalan.

Byur

Bukan hanya guyuran bekas pel saja, minuman berbagai warna juga sudah mewarnai baju yang dikenalan Arakana, timpukan botol, serta bungkus jajanan dilayangkan. Dirinya bertanya-tanya salah dirinya apa hingga diperlakukan seperti ini? apa salahnya?

"Salah lo itu nggak cocok berada di keluarga Sasmiyantoro yang terpandang dan terhomat itu," sahut seorang siswa yang sedari tadi diam menyaksikan seolah menjawab pertanyaan.

"Hiks... hiks."

Bugh

Pyarrr

Aaakkkk

Aaiiss

"Maafkan saya tuan muda terlambat melindungi anda," bagai pangeran berkuda putih Evans datang dan memeluk tubuh munggil anak majikanya itu hingga punggungnya terkena lemparan bola basket yang melesat mengenai piring serta mangkuk hingga pecah mengenai beberapa orang bahkan pungungnya juga terkena.

Evans segera mengendong Arkana dalam gendonganya keluar kantin menuju parkiran akan dibawa segera ke Rumah Sakit mengabaikan pungungnya yang terluka, mengabaikan orang-orang yang di sana.

"Alurnya berubah," batin orang itu yang melihat kepergian keduanya yang tak lain adalah Ehsan pemuda bersurai hitam namun jika terkena cahaya matahari terlihat warna biru agak ikal. "Seharusnya kan itu adegan yang mana figuran dibully habis-habisnya dan berakhir koma, kenapa jadi si prota?" mengedarkan pandanganya menyipit kala melihat sosok yang taka sing berjalan dari arah perpustakaan membawa setumpuk buku.

"Iya benar seharusnya hari ini si figuran itu yang di bully habis-habis an, ada yang aneh? Apa jangan-jangan figuran itu bukan figuran yang sebenarnya yang artinya sama dengan gue dan keluarga gue alami," lirihnya masih memperhatikan si figuran yang sesekali membenarkan letak kaca matanya itu dari lantai dua tadi baru saja keluar dari ruang kepala sekolah.

Bersmrik ketika tidak sengaja bertemu tatap dengan figuran itu dan berlalu dari sana segera menyusul sang kembaran dan anak majikanya itu sebelumnya memberikan izin dan mengambil tas terlebih dahulu.

NEOPHYTE (SELESAI Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang