19 SAH
"Abang," seorang anak kecil berlari menghampiri Evans. Seorang anak kisaran umur lima tahun dengan kaos panjang, celana panjang baru saja datang dengan kedua orang tuanya.
"Assalamualaikum Azka kaifa haaluka?"
"Walaikumsalam abang Ahlamdulillah ana bikhairin," jawabnya dengan semangat khas anak-anak.
Anak kecil itu adalah cucu pertama dari Hendra serta buyut pertama Pastyo serta Tyas selaku tuan besar Sasmiyantoro. Anak kecil itu anak dari Mentari Nacita Fitria anak asuh dari Hendra, benar Hendra serta sang istri punya anak asuh, Mentari adalah anak dari kerabat jauh sang istri yang mana orang tuanya sudah meninggal.
Mentari seorang muslimah dan lahir sebagai seorang muslim, setamat SMA memilih kuliah di kairo bertemu jodoh dan menikah setelah memiliki anak memilih kembali ke Indonesia, tinggal tidak jauh dari kediaman Eddy.
Maka dari itu nama Mentari tidak ada Sasmiyantoro-nya, orangnya sendiri yang menolak karena tidak memiliki darah sasmiyantoro dengan dibiayai semua pendidikanya saja sudah bersyukur.
Jika bercerita menganai Mentari mah tidak selesai dalam satu bab, kita lanjut saja ceritanya.
Singkat cerita mereka sudah berada di ruang keluarga untuk memulai pembahasan malam ini. si kecil Azka ini behh bahasa arabnya mantul, kecil-kecil cabe rawit.
"Syukron nini," si kecil berada dipangkuan Pita wanita paruh baya istri dari Hendra. Nini panggilan untuk nenek. Si kecil menerima satu toples berisi kue kering.
"Ayo kita mulai," Prastyo memulai pembicaraan dengan serius.
"Sebelumnya saya akan memberikan ini," Eddy memberikan sebuah map ada dua map di sana beserta sebuah flashdisk.
"Apa ini?" Tanya si bungsu Sasmiyantoro yang masih sendiri di umur menjelang kepala tiga dua bulan kedepan.
"Ini mengenai apa yang kalian tuduhkan pada putra saya," mengangkat map berwarna batik warna coklat itu. "Bisa dilihat, disini ada riwayat kegiatan putra saya di satu minggu sampai satu minggu setelah hari yang dituduhkan dan juga kegiatan nona muda selama itu," jelas eddy pelan tidak pakai emosi yang ada tidak jadi pembicaraan hari ini.
Selain alex, serta istrinya membelanak kaget melihat itu keduanya memang sudah membaca hal itu, sempat tidak percaya juga dengan hal itu.
Sama mereka juga tidak percaya hanya dengan mambaca itu.
Dalam flashdisk tersebut yang lebih lengkap namun belum mengungap siapa laki-laki brengsek itu yang berani sekali merusak salah satu keturunan Sasmiyantoro.
Pikiran-pikiran negative langsung memenuhi pikiran mereka. "Saya melakukan ini, karena saya tidak mau seseorang dalam bahaya jika masih di dekat saya. Saya tidak takut ancaman itu jika itu diarahkan pada saya namun jika itu mengarah orang yang berarti bagi saya tidak akan tinggal diam," Ucap Evans sebelum mereka mengeluarkan kata-kata untuk mereka.
"Kamu punya kekasih?" tanya Aditya si bungsu.
"Belum sih baru deket saja. Saya tidak karena kedetan saya dengan dia malah membuat dia terluka, makanya saya memilih ini."
Mereka juga tahu seberapa keras kepalanya sosok Ibnu ini, dan juga apa yang di mau harus dapat. Jika dilihat memang orangnya terkesan tomboy, itu hanya covernya saja.
"Saya memang menerima ibnu dalam hidup saya dan menerimanya sebagai pendamping hidup saya namun soal cinta saya belum bisa," kemudian mengankat map dengan batik mega mendung. "Saya ada perjanjian setelah menikah ini, saya tegaskan ini bukan kontrak, saya anda bisa membacanya supaya anda juga tahu."
"Tidak bisa gini dong," sahut salah satu mereka.
"Tuan Alex serta Nyonya Maya sudah sudah setuju bahwa Ibnu mengikuti kepercayaan saya, dia sendiri juga sudah lama mempelajari islam dan dia juga dari kecil sampai sepuluh tahun tinggal dilingkungan dan di besarkan di keluarga muslim dia juga menganti namanya menjadi Ibnu dengan alasan itu."
Dulu mamang namanya bukan ibnu melainkan Angelica Kristanti Sasmiyantoro itu yang dicerikan oleh Alex, maya bahkan Ibnu sendiri. namun keluarga besar sasmiyantoro tahunya diganti namanya karena sakit yang kepala kejatuhan calon kelapa (bluluk) kalau orang jawa harus ganti nama.
"Dia sudah masuk ketika masuk SMA itu cerita dia, serta ini buktinya," menunjukan surat-surat pada map yang terselip tadi.
Paham dengan itu mereka kembali protes poin selanjutnya. "Kalian harus tinggal disini, kamu juga masih sekolah, cucu saya masih kuliah," ucap Prastyo pria baya dengan rambut yang sudah putih semua itu.
"Setelah menikah, Ibnu sudah menjadi tanggung jawab saya. Saya membawa ibnu tinggal bersama saya bukan untuk memisahkan dengan keluarga bukan. Tapi, saya ingin mengajari hidup dari bawah dan insyaallah dengan ilmu yang miliki saya mampu membimbing dia. Soal saya masih sekolah dan dia yang masih kuliah anda tidak perlu khawatir semampu saya akan memenuhi kebutuhan dia termasuk biaya kuliahnya."
"Kamu sendiri saja tidak kerja, maksud saya kamu mengundurkan diri kerjaan kamu. bagaimana bisa kamu mau mencukupi kebutuhan ponakan saya," Sahut Seno yang lupakan mereka semua memberikan tatapan mengitimidasi.
"Karena untuk menghindari malaikukat maut beberapa bulan lagi." Batinya tersenyum tipis pada mereka. "Alhamdulillah saya mendapatkan penganti kerjaan yang lain dengan itu insyaallah cukup, meski tidak semewah di kediamanan anda. Kemewahan tidak menjamin kebahagian seseorang, nyatanya ada orang yang menderita di balik kata itu."
Dari ucapan itu terselip sindirian yang membuat hati mereka berdenyut nyeri.
Senyum serigai itu tercetak jelas di bibirnya, dua okmun lainya tersenyum tipis saja melihat rekasi. Tak lama mengangkat tubuh mungil Azka dibawa ke pangkuanya, mengamil tisu di meja mengelap kedua tangan si kecil. si kecil tidak peduli dengan apa yang dibicarakan orang dewasa yang sekarang duduk menghadap Evans memainkan kacing kemeja.
Puk puk puk
Menepuk-nempuk pelan punggung si kecil sedangkan tangan kanannya mengusap-usap kepala azka dengan kedua matanya sudah meredup mengantuk.
***
"Sah?"
"SAH."
Tak terasa dua minggu berlalu sejak kejadian menegangkan malam itu. Hari ini tepat pada Senin melangsungkan pernikahan yang dilaksanakan di salah satu Hotel property keluarga Sasmiyantoro.
Alex datang untuk menyaksikan putrinya menikan, dirinya tidak bisa menikahkan putrinya karena mereka berbeda keyakaninan dan mengunakan wali hakim.
Ibnu tampil cantik dan mewakan dengan balutan kabayak butih dengan hijab yang menutupi kepala, riasan natural dengan Korean look membuat pangling.
Tamu undangan kebanyakan rekan bisnis sasmiyantoro keluarga besar Maya maupaun Eddy. Awalnya mereka terkejut dengan kabar tersebut bahkan salah satu pokakan mereka sudah ingin melain hubungan se serius ini padahal masih sma. Mencoba memberikan pengertian itu, dan paham tidak tanya-tanya lagi mengenai masalah yang terjadi.
Tangan Evnas menyentuh ubun-ubun ibnu yang terasa begitu dingin mengenai kulit Evans dengan sedikit gemetar. Ini janjinya seumur hidup, memantapkan hatinya. Lalu mengucapkan kalimat berupa doa.
Alluhmma inni'as'aluka khairaha wa khaira ma jabaltaha'alaihi wa a'udzu bika min syarrina wa min syarri ma jabaltaha'alaihi.
Yang berarti "Ya allah, sesungguhnya aku mohon kepadMu kebaikan dirinya dan kebaikan yang engkau tentukan atas dirinya. dan berlindung kepadaMu dari kejelekan dan kejelekan yang engkau tetapkan atas dirinya."
Ibnu dengan kaku mencium punggung tangan Evans yang sudah menjadi suami sahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEOPHYTE (SELESAI Belum Revisi)
Teen FictionIni kisah satu keluarga pecinta karya sastra khususnya karya fiksi yang memasuki dunia novel bersama-sama menempati tubuh figuran yang berakhir tragis. "HAH, AAA PAK'E,BUK'E, BANGKE, NAK'E." "Loh, kenapa kita ada disini? bukanya kita seharusnya suda...