21 Masak

13 1 0
                                    

21 Masak

"Kamu bisa membereskan baju-bajumu di sebelah kiri, jika ada yang perlu di gantung bisa dipintu sebelahnya," Ucap Evans yang kini berada dikamar Evans di rumah bersama orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu bisa membereskan baju-bajumu di sebelah kiri, jika ada yang perlu di gantung bisa dipintu sebelahnya," Ucap Evans yang kini berada dikamar Evans di rumah bersama orang tuanya. "Buku-buku kuliah mu bisa di susun di rak yang masih kosong dan jangan di rubah rak sudah terisi, yang itu sepatu kami bisa taruh disana, itu meja belajarnya," memberi tahu mengenai letak-letaknya menujuk meja belajar yang disana terdapat sebuah tabung ukuran sepuluh senti dengan berbagai alat tulis.

Ada white board yang digantung sudah terisi dengan note warna kuning, yang lebih kecil di bwahnya masih kosong.

"Kamu bisa pergi kemana pun asal izin dahulu sama saya, jika pulang terlambat kabari saya nanti saya jemput. Kamu jika ingin ke rumah ayah silahkan saya tidak larang kamu pergi ke rumah orang tuamu, kembali lagi kemana pun kamu pergi kasih tahu saya. Supaya saya tahu posisi kamu dimana."

Kamar dengan nuansa krem abu-abu itu lumayan luas meski masih luas dengan kamarnya di masion, untuk kamar cowok cukup rapi, wangi khas evans menengkan.

Banyak buku dari pengamatan nya saat ini.

"Ketika kamu pulang kuliah akan saya usahan buat jemput kamu jadi tolong tulis jadwal kuliah mu." Berjalan ke arah pintu keluar membiarkan sang istri membereskan barang-barang miliknya. "Saya memang menerima kamu dalam hidup saya, namun jika soal cinta maaf saat ini saya belum bisa," ucapnya sebelum benar-benar keluar.

Rumah?

Bukanya disini juga sama saja sama-sama tinggal bersama orang tua? Iya dirinya tahu sama-sama tinggal bersama orang tua.

Hanya saja dirinya tidak ingin istri kecilnya akan selalu bergantung pada orang lain, di masionnya apa-apa ada maid. Kehidupan tidak akan selama ada di atas layaknya sebuah roda kadang di atas kadang dibawah. Dirinya hanya ingin istrinya belajar, belajar mengurus dirinya sendiri dan tidak bergantung bantuan orang lain.

Harapanya disini bisa belajar.

Bahwa keinginanya tidak akan selalu diwujudkan dalam sekejap, harus tahu bagaiman prosesnya. Dirinya tidak menuntur untuk bisa ini itu, untuk sekarang ya belajar untuk dirinya sendiri saja dulu. dirinya juga tidak menuntut untuk langsung mengenakan hijab karena semua itu ada prosesnya.

Rencana tinggal di rumah sendri jelas ada. Tapi nanti bukan sekarang.

Pada intinya meminta untuk tinggal disini itu belajar.

Belajar masak contok kecilnya, dirinya tahu Ibnu tidak pernah menyentuh yang namanya dapur bahkan pisau saja tidak pernah. Contoh lainya agar bisa menyesuaikan diri dengan masyarakat. Tidak mungkin tidak membutuhkan yang tetangga, tidak mungkin selamanya akan menjadi indipenden.

Rencana-renacan itu sudah tersusun bahkan juga sudah disetujui oleh keluarga besar Ibnu.

***

Merasa beberesnya sudah selesai Ibnu keluar berniat untuk mencari sang suami namun tidak ada entah di mana keberadaanya, para saudara iparnya tidak ada. Mendengar seperti ada orang yang sedang memotong berjalan ke dapur mendapati Ely ibu mertuanya akan masak.

"Ib-ibu," Panggilnya dengan gugup.

Mendengar seperti ada yang memanggil Ely mengaihkan mendapati Ibnu tak jauh darinya dan tersenyum lembut. "Evans paling di studio, kamu sini saja," Tuturnya seolah membaca pikirannya.

Ada pertanyaan lain juga, studio? Ngapaian? Setahunya evans bukan orang yang suka berurusan dengan studio.

Krak krak krak

Srekkk

Krucukkk

Potongan woetel memanjang itu dimasukkan ke baskom yang berisi air kemudian di masukkan ke panci yang sudah berada di atas kompor sudah ada potongan bakso serta ayam di dalamnya.

"Emm ibu masak apa?"

"Ah ini mau sup ayam, apa kamu mau yang lain?"

Ah jadi tidak enak. Masa iya dirinya tinggal makan dan membiarkan mertuanya yang masak. Jika di masion memang tinggal ngomong makanan langsung ada tidak perlu repot-repot memasak.

"Emm, aku mau belajar masak," entah dorongan dari mana jadi ingin bisa masak. Ingin seperti ibu mertuanya yang memasak makanan untuk suami dan anak-anak melihat raut bahagia suami serta anak makan masakannya kala itu membuatnya juga ingin merasakan bagaimana rasanya.

Ely mengangguk saja. "Boleh dong, bisa tolong kamu kupasin kentang yang ada di keresek itu," tunjukan pada kresek bening berisi sekitar enam butir kentang kemudian menganduk sup ayam nya sebelum membuang air dalam baskom habis buat mencuci potongan wortel tadi, mengantinya dengan air bersih dimasukkan satu sendok bebek garam membawanya ke meja.

"Kalau sudah di masukkan ke sini ya, ngupasnya jangan terlalu tebal tipis-tipis saja sayang gini," kerena melihat ibnu sepertinya kebingungan memberikan contoh.

Mengangguk sambil mengumamkan 'oh' setelah tahu namun heran kok airnya. "emm ibu itu airnya dikasih apa?"

"Itu dikasih garam biar nggak biru nanti kentangnya. Anak-anak suka dengan masakan kentang terutama evans paling suka dibalado kalau sudah ada itu diatas meja bisa habis sendiri nggak ingat saudaranya yang lain haha," tutur ely diakhiri tawa membuatnya ikut tersenyum tipis.

"Kamu lanjut in dulu, ibu buat bumbunya dulu," lanjt Ely beralih mengambil cobek serta ueleg an batu, memasukkan bawang merah, bawang putih, kemiri dihaluskan terlebih dahulu baru disusul cabe merah dan cabe kriting merah.

"Kok cabenya dua bu?" tanya Ely penuh penasaran.

"Cabe rawit itu buat rasa pedasnya, jika cabe kriting itu biar warnanya jadi merah nanti. Kamu harus ingat Evans bisa makan makanan pedas namun dalam tingkatan pedasnya sedang, kalau diibaratkan makan seblak di level tiga atau empat. Kamu pernah makan seblak?"

"Belum. Seblak itu makanan seperti apa?"

Kan, dugannya benar. lagian, orang seperti ibnu serta keluarga jika memakan makanan seperti itu bisa tidak mungkin. Meskipun mungkin. Tapi kemungkinan itu sangat kecil 1 persen saja kemungkinannya. Apalagi mereka sudah bekerja dalam waktu yang tidak singkat.

"Makanan berkuah pedas, isinya ada krupuk, macaroni, bakso, sosis, ada sayuranya juga ada berbagai macam topoing varian tergantung selera. Tingkat kepedasnya juga tergantung selerasa," Jelas Ely dengan tanganya bekerja menghaluskan bumbu.

Mengangguk. "Ayah sama yang lainnya kemana buk tidak kelihatan?"

"Antar pesanan, sama belanja kebutuhan warung."

Srok srok

Membersihkan cobek dengan sendok memasukkan bumbu yang sudah halus ke dalam mangkok plastic warna orange.

"Kamu mau sesuatu biar nanti dibelikan sekalian mumpung masih di luar?"

"Hehehe tidak ibu. emm ini sudah selesai terus ini di apakan?"

"Sini biar ibu yang iris dan dan kamu tinggal potong saja," mengambil pisau yang tadi digunakan untuk mengupas bawang. "Kamu potong dadu gini."

Kegiatan Ibnu siang itu membantu sang ibu mertua memasak, lebih tepatnya hanya membantu memotong saja, dan menaruhnya di meja makan. senang bisa belajar, jika dimasion mah tidak bakal di bolehin masuk dapur. Kata nya jika mau apa tinggal saja pada maid biar dibuatkan, takut ini ah takut itu lah.

Sebenarnya dirinya juga penasaran dengan yang dimaksud dengan pesanan itu. pesanan apa?

NEOPHYTE (SELESAI Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang