11 Game
Sepulang sekolah Evans dan Ehsan langsung menuju warung, meletakkan tas melepaskan baju sekolah diganti dengan kaos serta celemek dan bergesan membatu Erwin melayani pelangan, sedangkan Ehsan langsung menuju kasir.
Itu lah rutinitas si kembar selepas sekolah membantu di warung, setiap senin sore ikut kumpul bersama green, sabtu malam mangung di kafe, rabu ada latihan bersama green.
"Ayam bakar dua, ayam geprek dua, lele dua, soto dua silahkan," Evans meletakan pesanan tersebut di atas meja ada delapan orang empat perempuan serta empat laki-laki di ikuti Erwin yang membawa soto serta minuman mereka.
"Mas-mas," Panggil salah satu perempuan di sana.
"Ada tambahan kak?" Erwin menyahuti panggilan itu.
"Saya mau ayam goreng dua dibungkus, sama lele dua dibungkus," jawab dari perempaun yang memanggil tadi.
"Baik kak."
Pergi meninggalkan meja tersebut untuk membuatkan pesanan. Di jam-jam segini biasanya yang mampir adalah sekelompok mahasiswa sehabis kelas.
"Dek makan dulu, pulang bukannya makan dulu," Ely mengomeli kedua putra kembarnya surat berapa kali dibilangi jika pulang itu langsung ke rumah, ganti pakaian, makan malah langsung ke warung.
"Iya buk bentar," sahut keduanya masih sibuk ponsel masing-masing, belum ada pengunjung kagi yang datang jadi bisa istirahat.
Srak srak
Ely mengambil paksa ponsel kedua anaknya, apa sih yang dikerjakan main games. "Hape teros, memangnya kalian kenyang makan hape. Makan dulu," langsung mengantongi kedua ponsel itu manatap garang keduanya mengeser piring berisi nasi, tempe goreng, kankung, sambal teri, ikan.
"Bukkk nangung lohhh," rengek Ehsan.
"Nggak, makan dulu. Siang malam games kerjaanya, kenyang games. Bukanya belajar gemas terus," mau tak mau tangannya bergerak untuk makan dari pada di ceramahi terus menurus sedangkan Erwin mengejek keduanya yang sedang di marahi itu.
"Kamu juga," Erwin tersentak si kembar balik meledek dengan memeletkan lidahnya.
"Kok Erwin juga kena sih buk," protes Erwin.
"Kamu juga sama saja gemes terus, bukanya ngajari yang baik-baik malah ngajak main games. Jual aja itu PS di rumah."
"Jangan," Teriak ketiganya.
"Ada apa sih kalian ini ya?" Eddy tiba-tiba muncul di dari balik pintu.
"Ini loh pak anak mu gemas terus dikira kenyang makan games," adu Ely pada sang suami masih tetap tatapan marahnya.
"Anakmu-anakmu anak mu juga itu buk, kalian juga kalau mau main games itu ingat waktu," setelah mengucapkan itu Eddy kembali ke depan berjaga jika ada pembeli.
***
"Apa? Dokter jangan becanda ya," Ibnu tidak percaya dengan apa yang dikatakan dokter di hadapannya ini.
"Memangnya muka saya terlihat sedang becanda," sahut dokter tersebut sambil mengelengkan kepala dengan tingkah pasiennya itu.
Tidak mengucapkan terima kasih atau apa Ibnu langsung keluar begitu saja, melihat tingkah itu sekali lagi mengelengkan kepalanya. Bahkan tidak mengucapkan terima kasih atau kata pamit. Tidak mengharapkan itu juga terpenting sudah melaksanakan tugas serta kewajibanya sebagai seorang dokter.
"Evans," Panggilnya kala netranya melihat sosok yang dikenal Evans bersama teman-temannya di sebuah warung sekolah terdapat beberapa aktifitas, ada yang merokok, main games sambil makan gorengan, ada yang makan mie kuah, soto, ada juga yang genreng gita.
Dilihat dari seragam yang kenakan sepertinya mereka dari sekolah yang berbeda. Si empu yang di merasa terpanggil pun menoleh melihat sosok ibnu yang terlihat kacau mata sembab. "Eh non Ibnu, kok bisa ada di sini?" tanyanya mematikan putung rokoknya yang memang sudah habis.
"Siapa tuh van cewek lo ya?" tanya salah satu siswa di sana.
"Siuwitt Asikk disamperin ceweknya," sahut yang lain dari sekolah sebelah.
"Kamu ngerokok van?" bukanya menjawab malah balik bertanya.
"Marahain aja tuh mbak," berbagai kata godaan dilontarkan mereka.
"Nanti si manis ngambek apa van," kemudian diikuti gelak tawa dari mereka.
"Iya, Non tumbenan sekai lewat sini? Dari kampus non kalau pulang bukannya tidak lewat sini?" tanyanya mendekati Ibnu yang ada di depan warung.
"Mau ketemu kamu," jawabnya membuat Evans menyergit.
"Ketemu saya? Ada apa, tumben?" tanyanya lembut menatap ibnu yang lebih pendek darinya itu, heran juga tumben mantan anak majikanan menemui dirinya terakhir waktu datang ke rumah waktu itu dan itu sudah cukup lama. "Diam ya sat, dia bukan cewek. Awas aja kalau sampai tersebar gosip yang enggak-enggak gue nggak punya cewek," sentakkan pada teman-temannya yang sedari tadi tidak bisa diam itu, sampai membaut Ibnu sendiri tersentak.
"PDKT dari zaman kapan nggak jadi-jad, keburu di embat orang duluan," sahut di rambut kriwil seperti pohon beringin.
"Ngomong aja mau minta PJ," sahut di tinggi menjulang sambil menyesap rokoknya.
"Haha, yoi i anak rantau butuh asupan bro, jika ada geratis kenapa harus bayar, ya nggak bro?" ucap si kriwil sambil menepuk bahu Dito yang angguki oleh ditto.
"Bisa temani jalan-jalan, kamu bisa?" pintanya pada Evans.
"Awas aja lo ya van kalau sampai adik gue nangis gara-gara lo," Ancam sosok siswa yang baru saja datang dengan motor beet seragam yang sama dengan yang dikenakan si kembar.
"Bukan apa nih non, tapi maaf saya tidak bisa. Setalah ini saya dan teman-teman ada tugas," Tolaknya tidak enak, itu benar mereka ada tugas bukan mengada-ada, ada tugas buat pameran perkelas acara ulang tahun sekolah.
Sekolah si kembar aka nada acara ulang tahun sekolah dengan berbagai lomba yang wajib diikuti oleh setiap kelas, seperti lomba kelas, lomba masak tumpeng, Fasion show coupel busana dari bahan bekas, kaligrafi, basket, futsal, voly, lomba nyanyi, terakhir pensi, untuk acara puncak ada ada penampilan teater dari anak kelas sepuluh-dua belas yang terpilih, sertaa pengajian akbar.
So minggu-imnggu sampai dua minggu kedepan itu sangat sibuk. Melebihi orang sibuk pada intianya.
Novel juga di ceritakan dimana sekolah Arkana juga mengadakan acara ulang tahun sekolah, di jelsng part ending yang berakhir kacau. Ketua osisnya yang salahkan dan dituntut mengundurkan diri dari jabatan padahal baru menjabat beberapa bulan.
"Takut dia sama Qaisar," ledek temannya sekaligus yang mendengar penolakan Evans.
"Bukan takut, karena gue udah ada tanggung jawab buat latihan sore ini, kalian juga."
Srakkk
"Ayo itu bu sutradara udah ngomel buruan," Seru salah satu di antara meraka beranjak lebih dulu meninggalkan warung menaiki motornya dan membawanya kembali masuk sekolah.
"Sabtu jam sepuluh di Sky kafe, saya duluan permisi," Pamitnya segera mengambil tasnya menyusul teman-temannya yang sudah masuk duluan ke skolah menyisakan siswa sebrang.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEOPHYTE (SELESAI Belum Revisi)
Ficção AdolescenteIni kisah satu keluarga pecinta karya sastra khususnya karya fiksi yang memasuki dunia novel bersama-sama menempati tubuh figuran yang berakhir tragis. "HAH, AAA PAK'E,BUK'E, BANGKE, NAK'E." "Loh, kenapa kita ada disini? bukanya kita seharusnya suda...