20 Canggung
Setelah acara akad ganti baju untuk resepsi dan juga seserahan. Acara memang langsung hari itu juga tidak mengunakan jeda setelasi akad langsung resepsi biar menghemat waktu serta tenaga. Bagaimana pun juga esok Evans harus masuk sekolah apalagi sudah mau ujian kelulusan. Pastinya banyak persiapan yang harus dilakukan.
Seserahan dari perwakilan dua keluarga, penyerahan bawaan mempelai pria ke wanita. Acara berjalan lancar dan selesai dua belas akadnya tadi jam sembilan. Foto-foto sekaligus ucapan selamat dan semua tamu undangan sudah pulang tinggal keluarga saja yang masih di sana.
Apalagi keluarga Eddy yang memang banyak itu dan mereka tidak percaya ponakan sudah menikah saja, melangkahi yang para sepupunya yang umurnya di atasnya bahkan melangkahi Erwin.
"Kalian pada istirahat gih, nanti malam masih kumpul keluarga," ucap Prastyo.
Nanti malam aka nada acara semacam makan malam bersama keluarga besar tiga keluarga, katanya sih untuk saling mengenal seperti itu.
Bugh
Evans mendorong sepupunya yang baru saja berbisik padanya ketika mereka kan menuju kamar untuk istirahat semesntara. "Sialan."
"Hahaha."
"Jangan lupa," Teriak sepupunya kemudian masuk ke salah satu kamar bersama para sepupu laki-laki lainnya.
Sampai dimana kedua sudah berada di depan kamar yang ditujukan untuk mereka si pengantin baru. Ekspresi evans sudah berubah tidak seperti tadi lagi kini adanya tanpa eskpresi apapun yang tunjukan.
Klik
Pintu terbuka setelah menempelkan keycard, Ibnu dipersilahkan masuk terlebih dahulu. "Kamu bersih-bersihlah dahulu," ucap Evans melepas jasnya kemudian di taruh di sofa sambil mendudukkan dirinya disana melepas sepatu miliknya, menyendarkan tubuh serta kepalanya pada sofa.
Tak lama membuka matanya kembali bangkit dari duduknya berjalan menuju dimana ibnu duduk didepan meja rias. Tanpa berkata membantu melepas jarum pentul menaruhnya pada seebuah wadah sampai selesai.
Evans kembali ke sofa merebahkan tubuhnya di sana, menutup matanya dengan mengunakan tanganya mengitirahatkan tubuh serta pikiranya.
Ibnu sendiri menghela napas panjang melihat itu langsung ke kamar manadi tak lupa dengan baju gantinya. Beberapa saat kemudian kembali keluar melihat ke sofa evans masih dalam posisi yang sama tidak berubah sama sekali. Sekali lagi helaan napas itu dikeluarkan, berniat ingin membangunkan namun tidak berani takut jika suaminya akan marah.
Boleh kan dirinya menyebut evans sebagai suami?
Setelah berdepat dengan pikiran membiarkan saja dulu, kelihatan kecapeaan.
Sisi lain ya takut, dengan aura yang dikeluarkan Evans.
Tapi, senang juga akhirnya bisa mengikat pemuda tampan itu untuk menjadi miliknya seorang.
"Sorry bang gue izin dulu hari ini ada acara keluarga," suara itu mengembalikan lamuan ibnu yang sedang berada duduk di pinggiran ranjang. "Iya kan dia sepupu gue, salah lo sendiri nggak tanya," entah siapa yang sedang telfon itu ibnu tidak tahu, tapi dirinya tidak suka.
Dari pengelihatan ibnu, evans bangkit berjalan melewati dirinya menuju balkon dengan ponsel yang ada ditelinganya, wajah bangun tidurnya begitu kentara. Gemes batinnya tidak berani menyuarakan hal itu hanya dapat memperhatikan dari jauh.
"Kalau nggak lusa ya sabtu sekalian bang."
"Iya bang tenang aja."
"Iya deh, besok gue kirim dulu drafnya kalau gue udah pulang. di luar ini acaranya."
"Mbahmu. Lo aja sana."
"Iya walaikumussalam."
Kembali masuk mendapati ibnu yang menatapnya. "Sudah pesan makan?" mengingat ini sudah hampir jam dua dan belum ada makan sejak pagi, dijawab gelengan. Mengulurkan ponselnya. "Pesan saja nih, saya akan bersih-bersih dulu," setelah memberikan ponselnya mengambil pakaian yang sudah disiapkan.
Tanpa basa-basi langsung mengunakan ponsel Evans buat pesan makanan ke pihak hotel buat mengantar makanan ke kamar mereka. sejauh ini dirinya tahu bahwa Evans tidak bisa makan udang, serta telur alergi dua jenis tersebut selain itu bisa.
Dirinya kira evans akan bersikap dingin serta tidak peduli denganya karena dirinya menyeret si tampan ke dalam pernikahan yang hanya diinginkan satu pihat itu. ternyata salah, meski terkadang dingin si tampan masih ada perhatian meski kecil.
Tak berapa lama dua orang yang mengantar makanan untuk mereka datang, dan semua itu sudah berada di atas meja. Menunggu si tampan keluar.
"Kamu ambil wudhu dulu sana, ayo sholat dulu zuhur dulu," sambil menunggu sang istri mengelar sejadah, mengenakan sarung, baju koko, serta peci. Pintu terbuka dan berjalan mendekati Evans berada, mengenakan mukenah "Sudah?" diangguki oleh ibnu.
Jujur saja Evans saat ini tengah gugup, selama dirinya hidup baru kali ini mengimami seorang perempuan kecuali ibu sih. baik di dunianya dulu maupun sekarang.
Jantung keduanya berdetak lebih cepat. "Allahu Akbar." Hal yang baru pertama kalinya bisa dirasakan oleh Ibnu, diimami seseorang terlebih itu suaminya sendiri.
Darahnya bersedir kala pungung tangan itu menyentun kulit untuk kedua kalinya dirinya lakukan itu.
Setelah selesai mereka duduk si sofa untuk makan tanpa mengucapkan sepatah kata pun yang terucap dari keduanya. Meski ada keinginan untuk membuka obrolan, hanya saja tidak ingin si tampan marah.
Canggung.
***
Malam harinya mereka melaksanakan acara makan malam di salah satu ruangan di hotel tersebut, berbagai macam hidangan sudha tersaji secara prasmanan. Mau makan apa tinggal ambil saja.
Yang menjadi bintang utama malam ini baru saja datang dengan baju coupel yang dikenakan warna biru muda.
"Siuwiittt cukurukk," Jika ini adalah para sepupu Evans yang memang pada kelebihan suara semua tidak itu laki-laki maupun perempuan.
"Duhai senangnya pengentin baru~" cletuk sepupu perempuanya yang kini mengenakan setelan serba abu-abu itu beda dua tahun dengannya.
"Duduk bersanding bersenda gurau," sambung sepupu laki-lakinya yang rmabut kriwil jangan lupakan kaca mata itu. diulang beberapa kali dengan para sepupunya yang lain jangan lupakan siulan untuk mengoda keduanya.
Namun hanyang didapat delikan sinis dari Evans bukan wajah memerah karena malu.
Jadi iri memiliki keluarga seperti keluarga Evans yang terlihat asik-asik becanda tidak kenal rasa segan bahkan tidak regu untuk saling mengejek satu sama lain. kejar-kejaran seperti anak kecil padahal umurnya bukan anak-anak lagi.
Itu yang dirasakan keluarga Sasmiyantoro terutama para cucu. Seandainya para sepupu mereka seakur itu dan seasik itu.
"Asik ya jika punya sepupu seperti mereka," bisik salah satu cucu Sasmiyantoro.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEOPHYTE (SELESAI Belum Revisi)
Teen FictionIni kisah satu keluarga pecinta karya sastra khususnya karya fiksi yang memasuki dunia novel bersama-sama menempati tubuh figuran yang berakhir tragis. "HAH, AAA PAK'E,BUK'E, BANGKE, NAK'E." "Loh, kenapa kita ada disini? bukanya kita seharusnya suda...