28 Bertemu
Marah, kecewa tentu saja dibohongi, diharuskan untuk ini itu sampai seperti ini. mau bagaimanapun rasa kemanusiaan itu lebih tinggi berniat menolong yang ternyata malah 'mentung'.
But will it be silent, just accept it?
Tentu saja tidak.
Harus dibayar semua jasanya itu.
Ada timbal baliknya lah. previleg nya apa harus sama-sama untung kan?
Itu perlahan.
"Perasaan marah dan kecewa tentu saja ada nak, mau semarah ataupun sekecewa apapun orangtua tidak meninggalkan anaknya berjuang sendirian," tutur Ely mengandeng ibnu untuk berjalan disampingnya menyusuri mall.
Ely menarik ibnu memasuki salah satu store kain, ibnu sebenarnya juga bingung tidak enak campur aduk rasanya. Kenapa? Kenapa ibu nya ini masih baik padanya.
"Ibu," panggilnya.
"Hemm," sahur Ely memilih kain yang bagus dengan cara mengosok ke tangannya.
"Kenapa Ibu masih baik ke ibnu? Kan ibnu udah bohongin ibu dan semuanya?" cicitnya.
Ely tersenyum menghentikan acara milihnya menarik tangan ibnu mengangkat dagu ibnu untuk menatapnya. "Nak, kamu memang bersalah dengan membohongi kami. Ibu dan yang lainnya kecewa, sakit hati? itu pasti. Namun, apakah dengan ibu menyalahkanmu dan membencimu adalah solusinya?" menatap menantunya lembut dengan ibnu yang semakin tidak enak namun pikiran selalu berkata bahwa apa yang dilakukan itu benar. "Tentu saja itu bukan solusi yang tepat. Cara kamu saja yang salah menyampaikan dan membedakan apa yang kamu rasakan hingga menimbulkan rasa obsesi pada dirimu."
Tersenyum melepaskan gengaman tanganya dan mengusap kepala ibnu pelan. "Kamu yang sabar, semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Lambat laut evans pasti menerima kamu sepenuh hati," Pungkas ely sebelum kembali pada aktifitasnya memilih kain.
Tertunduk memikirkan apa yang telah dilakukan selama ini hati kecilnya berkata bahwa itu salah namun otaknya selalu berkata bahwa itu benar. Hingga tak sengaja mata nya melihat sosok yang amat mirip dengan seseorang yang kenal, tengah bercanda dengan seorang perempuan dan beberapa temannya mungkin karena orang-orang itu belum pernah lihat ada sih beberapa.
"Evans," Panggilnya pada orang itu yang dipanggil tidak kunjung merespon, mengikuti kemana perginya mereka hingga kepisah sama teman-temannya yang lain beda tujuan sepertinya. "Evans," entah sudah panggilan ke berapa orangnya tak kunjung menengok juga, mereka memasuki kedai eskrim.
"Evans," panggilnya sekali lagi mencekal tangan pemuda yang diyakini mirip dengan suaminya itu, membuat pemuda dan gadis itu terkejut.
"Ada apa ya mbak?"tanya pemuda itu menaikkan alisnya dan menarik tangannya, sedankan gadis itu ekspresinya sudah badmood.
"Kamu tanya ada apa? si-siapa dia?" dengan mata merah, suara parau menunjuk ke gadis dengan rambut sepingang itu. "Ka-kamu siapa?" tanyanya pada gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEOPHYTE (SELESAI Belum Revisi)
Teen FictionIni kisah satu keluarga pecinta karya sastra khususnya karya fiksi yang memasuki dunia novel bersama-sama menempati tubuh figuran yang berakhir tragis. "HAH, AAA PAK'E,BUK'E, BANGKE, NAK'E." "Loh, kenapa kita ada disini? bukanya kita seharusnya suda...