30 Kebenaran
Dua orang itu duduk di salah satu kafe tidak jauh dari rumah sakit tepatnya disamping jendela paling ujung, di atas meja terdapat dua kopi yang masih mengepul. Belum ada obrolan sama sekali masih shock dengan apa yang terjadi.
"Dia siapa sih namanya?"
"Santika Raquela Putri."
"Jadi dia?" tanya pemuda itu lagi yang tak lain tak bukan adalah Haikal dan Ehsan niatnya ingin menyusul Evans namun tak jadi setelah mendengar sedikit perbebatan tadi diruangan rawat.
Gadis itu adalah Santika Raquela Putri sosok gadis yang ceria, cantik dengan gigi gingsulnya, senyum yang menawan. Namun, sejak kejadian itu senyum itu hilang.
Ehsan mengangguk dengan jawaban Haikal, mengambil cangkir kopi meniumnya baru disesap menaruhnya kembali kemudian mengalihkan pandangan keluar melihat suasana jalanan siang jelang sore itu.
"Terjebak perasaan ya khekhe," kekeh Haikal menyadarkan tubuhnya disandaran kursi.
***
Evans memasuki rumah dengan mood yang begitu buruk berhenti sejenak sebelum masuk lebih dalam untuk menengkan dirinya sendirinya, memejamkan matanya tarik napas buang. Ehsan segera menyusul masuk dengan helm yang masih bertenger di kepalanya.
Puk puk puk
Ehsan menepuk pundak sang kembaran sambil mengangguk senyum tipis menyakinkan. Tidak bisa membantu banyak mengenai ini, merasa kasihan juga dengan kembaranya dengan adanya masalah yang terus berdatangan.
Mengangguk berjalan lebih dalam memasuki rumah, melihat keluarganya yang tengah makan malam.
"Kalian ayo makan dulu sini, ibuk masak makanan kesukaan kalian loh," Ely segera menarik kedua putranya untuk duduk di kursi dengan antusias, dibalas dengan senyum tipis saja menuruti untuk duduk.
"Eh iya twins tadi temen kalian itu siapa namanya yang matanya minimalis itu, terus yang omonganya ceplas ceplos itu, sama yang putih kurus itu cari kalian tadi ke warung katanya mau diajak latihan bareng buat tampil malam minggu besok," Tutur Erwin yang diangguki oleh Evans.
"Iya mas sudah kok, kita izin dulu kok nggak ikut latihan dulu," Jawab Ehsan sambil menuang air minum dalam gelas.
Disini lah mereka berada di gazebo belakang rumah bersama Eddy dan Ely sudah setengah jam yang lalu belum ada pembicaraan sekali.
"Kalian tidak ada yang mau bicara mengenai kemana kalian selama ini sampai tidak pulang?" Tanya Eddy dengan serius membuka obrolan. "Jika ada masalah cerita ke ayah, ibu ke mas er juga bisa jangan diam saja paham?"
Grep
Erwin tiba-tiba muncul merangkul keduanya sebelumnya meletakkan es krim dua kotak terlebih dahulu dihadapan keduanya. "Cerita saja, apapun itu mas, ayah, ibu tidak akan marah. jangan takut okey adek-adek mas," tuturnya menengkan kedua adiknya mengusap-usap kepala si kembar.
"Maaf, seharusnya selama ujian ada di Rumah bukan malah pergi begitu saja tanpa memberi kabar keberadaan kami pada kalian. Evans sudah menyuruh Ehsan untuk pulang sebelumnya tapi orangnya yang tidak mau," Tutur Evans.
"Bukan nggak mau, karena kita kembar dan tidak pernah terpisah lama kan twins yang baik hati dan tidak sombong menemani kembaranya diluar sana kan," sahut Ehsan.
"Maaf ayah, ibuk dan mas jika apa yang kalian dengan akan membuat kalian kecewa," tutur Evans membuat mereka bertiga serius mendengarkan apa yang di ucapkan evans selanjutnya.
"Entah apa yang terjadi sebelumnya sebelum kita ke dunia ini, karena sampai detik ini Evans juga belum memberikan ingatakan dengan jelas mengenai kehidupannya dulu. sebelum kami ujian dan tidak pulang itu evans mendapatkan telfon bahwa ada seseorang yang kondisinya kembali drop dan meminta evans untuk kesana, dia koma kala itu yang menyebabkan Evans dan ehsan tidak bisa pulang."
"Dia? Dia siapa? Tunggu dulu memangnya tidak ada keluarga?" Tanya Erwin.
"Santika Raquela Putri-"Ucapan Evans langsung dipotong oleh Erwin.
"Tunggu dulu Santika Raquela Putri sepertinya Mas tahu itu tokoh, dia yang seharusnya meninggal karena korban tabrak lari oleh salah satu keuarga orang kaya dan berpengerauh di novel," Erwin sepertinya mengingat salah satu alur yang ada di dalam novel.
"Dan mas tahu siapa yang nabrak gadis itu?" Tanya Ehsan membuat mereka bertingga mengerutkan keningnya. "Dia Ibnu kejadiannya dua bulan sebelum kita kedunia ini, itu keterangan yang ehsan dapat dari kakak gadis itu dan kesalahan itu dilimpahkan ke Evans."
"Loh! Kok gitu?"
"Mas tahu kan seberapa gilanya itu orang untuk mendapatkan apa yang dimau, karena itu orang tahu bahwa Ehsan lagi dekat sama gadis itu dan itu orang tidak terima makanya ya gitu lah selanjutnya pasti tahu."
"Paham-paham terus-terus."
"Bagaimana keadaan gadis itu?" tanya Ely
"Gadis itu koma dan sewaktu kami tidak pulang itu, dia drop keadaanya cukup mengawatirkan," jawab Evans menghela napas berat. "Sewaktu Evans pergi tadi ditelfon ayah gadis itu, bahwa gadis itu sudah sadar."
"Allahmdulillah kalau seperti itu."
"Kenapa tidak beri tahu dari awal saja, jadi kami tidak berpikir kemana-mana," Eddy berucap. "Ya sudah besok jenguk gadis itu ya," lanjutnya menengkan anaknya.
"Tapi," Menundukkan kepalanya. "Keluarga gadis itu meminta Evans untuk menikahi gadis itu sebagai bentuk tanggung jawab, berhubung mereka sudah saling kenal cukup lama dan juga mereka memiliki rasa yang sama."
Deg
Deg
Deg
"Sebelum kejadian itu mereka berdua pernah mebuat janji untuk menikah, dan jika ayah, ibu dan mas gali lebih dalam lagi ingatan kalian kita pernah bertemu gadis itu untuk membahas hal ini," Lanjut ehsan menjelaskan apa yang dirinya tahu pada keluarganya.
"Ja-jadi ka-ka-lian siapa?" Tanya Ibnu memandang kelima orang yang tengah laut dalam cerita itu seketika menoleh dimana dirinya berada.
Tidak percaya dengan apa yang baru saja didengar dan juga kurang paham maksudnya apa.
Pindah?
Memangnya pindah kemana?
Siapa mereka?
"Tentu saja bukan kami yang sering lo lihat," sahut Ehsan dengan seriangainya. "Harusnya sih lo bersyukur tidak masuk penjara karena kasus tabrak lari yang lo lakukan itu," lanjutnya membuat Ibnu melotot kaget.
Dari mana mereka tahu menganai kejadian itu? bukanya itu tidak dilanjut ya kasusnya? Apa hubungannya ini pikirnya.
"Itu karena obsesi gila lo itu, lo sampai tega lukain orang yang tidak bersalah bahkan sampai lumpuh gara-gara lo."
Ehsan bangkit dari duduknya turun dari gazobo mendekati ibnu berada tersenyum. "Lo juga menghacurkan harapan cita-cita orang. bukan hanya satu orang tapi lebih. lo itu bukan cinta tapi obsesi untuk memiliki Evans."
Menredahkan tubuhnya agar sejajar dengan Ibnu kali ini bukan senyum melainkan seriangai. "Evans, cowok yang lo cintai dan tunduk sama lo itu sudah tidak ada," Lanjutnya.
"Tidak."
"Itu kenyaannya, Evans yang selalu lo jadikan tumbal atas kesalahan lo itu tidak ada sekarang."
"Tidak," Tegasnya, masih percaya bahwa sosok Evans tidak akan pernah pergi darinya.
"Lo tidak punya siapa-siapa sekarang, keluarga lo udah buang lo khekhe."
KAMU SEDANG MEMBACA
NEOPHYTE (SELESAI Belum Revisi)
Teen FictionIni kisah satu keluarga pecinta karya sastra khususnya karya fiksi yang memasuki dunia novel bersama-sama menempati tubuh figuran yang berakhir tragis. "HAH, AAA PAK'E,BUK'E, BANGKE, NAK'E." "Loh, kenapa kita ada disini? bukanya kita seharusnya suda...