Part 19

435 52 12
                                    

Seperti biasa Irene menjalani harinya tanpa melakukan apapun, ia hanya berdiam di dorm berharap akan ada keajaiban ia mendapat pekerjaan nya kembali. Irene memang salah satu wajah bagi team tapi skandal yang terlalu menumpuk membuat dirinya tidak bisa melakukan apapun, management juga sedang berusaha untuk menaikkan nama Irene kembali namun semua itu butuh waktu. Inilah yang terjadi jika semua sudah ditentukan perusahaan tugas nya hanya menunggu keputusan.

Entah kenapa seharian ini Irene sudah melihat ponsel nya berulang kali, rasanya sepi tidak ada seseorang yang membuat ponsel nya berisik. Sejak pertengkaran kemarin, Irene sama sekali tidak mendengar atau melihat Seokjin dalam jangkauan nya. Terakhir malam kemarin dimana Seokjin sengaja mengirimkan beberapa set makanan mahal untuk para anggota nya. Irene tidak berharap hanya saja merasa tidak adil, ia bertengkar dengan Irene kenapa meminta maaf kepada para anggota nya ketimbang Irene sendiri.

Jika bosan seperti ini hanya satu tempat aman yang ia tuju, cafe macaroon milik kakak ipar Seokjin. Bahkan sebelum mengenal Seokjin, Irene sudah sering menghabiskan waktu disana membantu membuat macaroon atau sekedar mendengarkan keluh kesah sang pemilik cafe. Jika Irene kesana sekarang? Bukan masalah kan?

Ting!
Bunyi pintu cafe dibalas oleh beberapa karyawan yang membantu disana. Disinilah Irene, dengan memakai baju yang nyaman tanpa penyamaran karena Irene tau dia akan aman disini.

"Annyeonghaseo! Apakah pemilik cafe ini ada disini?" Tanya Irene pada salah satu karyawan yang sibuk dibalik etalase. Belum sempat menjawab, sosok yang tengah dibicarakan keluar dari ruangan staff.

"Joohyun-ie!!!"

"Eonnie!!!"
Mereka berdua kemudian berpelukan, rasanya sangat rindu. Meskipun akhir - akhir ini sering bertemu namun waktunya tidak sehangat sekarang ini.

"Hey! Kenapa kau baru datang kesini? Aku menunggumu untuk bercerita semuanya. Aku tidak mungkin bertanya kepada adik iparku" Irene tau kemana arah percakapan mereka, namun ia terlalu malas untuk membahas hal yang membingungkan itu. Irene menghela nafasnya.

"Eonnie, aku sedang tidak ingin membahas hal itu, akan kuceritakan lain kali saja ya?"
Raut wajah perempuan yang resmi menyandang nama Kim setahun lalu itu hanya pasrah karena ia tidak punya hak untuk memaksa Irene menceritakan masalah pribadinya. Meskipun biasanya mereka saling bertukar cerita untuk menemukan solusi satu sama lain, untuk masalah Irene saat ini Irene sudah tidak mengerti solusi apa yang tepat. Rasanya berjalan diatas tanduk runcing, yang sekali salah bergerak akan langsung jatuh kebawah.

Mereka berbicara lama sampai rasanya tidak tahu waktu, bahkan suami dari teman Irene sudah mulai menelfon berulang kali.
"Inilah kenapa kau harus berfikir berulang kali untuk menikah, lihat. Suamiku menempel kepadaku bahkan ketika aku bekerja" Omel nya membuat Irene tersenyum, ia senang sahabatnya sudah perlahan menemukan pasangan sehidup semati mereka.

"Joohyun-ie, jika kutinggalkan kau disini sekarang apakah kau marah? Suamiku memintaku untuk menemaninya ke suatu tempat"

Irene tersenyum, "Kau pergi saja, Eonnie. Aku masih ingin disini sampai cafe ini tutup. Kau tidak keberatakan kan?"

"Bahkan jika kau ingin menginap aku mengijinkanmu" Tawa mereka berdua memenuhi cafe yang kebetulan sedang sepi. Mereka berdua melambaikan tangan untuk perpisahan, Irene iri sekali, bahkan seorang yang sudah menikah lebih sibuk dibandingkan dirinya.

Setelah memandang teman nya, Irene mendengar beberapa bisikan dari balik etalase yang menyediakan berbagai macam kue. Meskipun beberapa sudah terjual namun etalase itu masih terlihat penuh, Irene melihat karyawan teman nya sedang berdiskusi yang entah kenapa Irene melihat wajah mereka tidak baik - baik saja.

The ScandalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang