Irene dan Seokjin sudah diam sejak beberapa menit yang lalu didalam mobil milik Seokjin, entah ini mobil keberapa yang jelas mobil ini berbeda dengan mobil sebelumnya yang ia gunakan untuk menjemput Irene. Irene sudah memberitahu Manager Park tentang dirinya yang tidak akan pulang bersama mereka, memang sangat diluar rencana jika Seokjin tidak datang dan marah besar parahnya didepan Lee Suho.
Irene sedikit memijat pelipis ketika melihat Seokjin yang masih saja bungkam disebelahnya. "Kita akhiri saja semuanya" Irene membuka suara.
"Setelah sejauh ini? Kau benar akan memilih laki-laki itu ya?"
Jengah, kenapa daritadi Seokjin terus membahas Suho didalam percakan mereka padahal semua ini tidak ada hubungan dengan pria itu sama sekali."Kau ini kenapa sih? Kau selalu melibatkan Suho dalam percakapan kita sejak tadi, dia tidak ada hubungan nya dengan ini semua"
Seokjin menggeser tubuhnya menghadap Irene, "Bagaimana tidak ada hubungan jika kau sudah berani membocorkan semua rencana kita kepada orang lain? Kau sebegitu mempercayainya ya?"
"Aku tidak mengatakan apapun pada Lee Suho!" Bentak Irene keras karena Seokjin terus saja menuduhnya, padahal Irene tau pasti siapa yang membocorkan rencana mereka kepada orang lain.
"Lalu kenapa ia tahu semuanya?"
Irene kini membalas tatapan Seokjin, "Kau tau, dia merupakan orang penting didalam perusahaan dia tidak mungkin tidak tau soal ini. Semua yang terjadi dalam perusahaanku semua ada dalam pantauan nya, jadi kau hanya memperburuk keadaan ketika membual hal tidak penting didepan nya"
Seokjin menyerngit tidak paham, yang ia tahu adalah Lee Suho merupakan member dari boy group naungan yang sama dengan Irene, dan apakah mereka mempunyai wewenang sebesar itu? Melihat tatapan Seokjin membuat Irene menghela nafas.
"Kau tidak perlu memikirkan tentang hal yang tidak bisa kau pahami. Kita akhiri saja ini semua, minggu depan aku akan persiapkan pers dan mengatakan ke media jika kita adalah palsu"
Setelah mengatakan hal itu Irene berusaha keluar dari mobil milik Seokjin namun gagal karena tangan Seokjin lebih cepat menahan Irene untuk keluar."Perjanjian kita masih 6 bulan lagi" Cegah Seokjin.
"6 bulan terlalu lama untuk aku menjadi beban hidup orang lain, aku sudah lelah dianggap banyak orang memanfaatkan repurasimu. Mereka ada benarnya, kau merupakan orang baik dan aku hanya penyihir yang bisa menyihir orang banyak untuk menerimaku lagi menggunakan dirimu. Aku sudah tidak tahan lagi"
Irene tidak menangis atau menunjukkan rasa sedih, melainkan diri yang sedang berapi menahan emosi. Sudah dari tadi pagi pikiran ini terus bergejolak dalam pikiran nya, Irene tidak mungkin membiarkan pemikiran itu bertahan lebih lama lagi, ia akan hancur menyalahkan diri sendiri, ia tidak tahan lagi."Jangan temui aku selama seminggu kedepan, aku akan mengurus semua sendiri kau tidak perlu ikut campur. Aku tidak mau reputasimu buruk, kau bisa bekerja atau jika kosong kau bisa pergi keluar negri untuk sementara"
"Kau tidak bertanya tentang pendapatku?"
Irene menghela nafas "Terakhir aku mendengar pendapatmu adalah hal gila tentang kencan pura-pura dan aku tidak mau hal gila lain terjadi"
Tanpa perduli panggilan Seokjin akhirnya Irene meninggalkan basement untuk mencari taxi karena tidak akan ada orang yang menjemput atau mengantarnya, berulang kali mata Irene terasa panas entah kenapa. Ia ingin menangis namun ia sendiri tidak mengerti apa yang membuat ia menangis, perasaan nya hanya tidak karuan antara marah, sedih, kecewa semua menjadi satu. Beberapa hari ini Irene memang menjadi cengeng.
•••
"Gila! Kau tidak mungkin melakukan itu"
Irene kini berada di kantor sedang meeting dengan beberapa petinggi untuk menyelesaikan scandal miliknya. Irene serius tentang perkataan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scandals
FanficHidupku semua pada tempat nya hingga semua berputar menjadi bomerang menusukku, tidak ada pilihan lain yang bisa kulakukan. Selain menerima hukuman dari kesalahanku sebagai manusia. Cover Cr on Printerest.