Part 3

348 47 4
                                    

Hari ini merupakan hari yang akan aku gunakan untuk berlibur, jadwal tour sudah kosong hampir dua minggu membuat kami bertujuh kembali kerumah. Dan aku sudah sejak malam tidur dirumah, merasakan nyaman nya kamar sendiri, rasanya rindu sekali menjadi pengangguran. Meskipun besok pagi aku harus menuju restoran milik kakak dan diriku yang selama ini dikelola oleh kakak, sudah kupasrahkan, meskipun aku sedikit ikut andil.

Pagi sekali aku sudah mendengar suara gorden dari kamar dibuka lebar, tidak ada yang berani membangunkanku seperti ini kecuali ibuku sendiri. Samar aku melihat ibuku mengambil beberapa pakaian yang berserakan dan memasukkan pada ranjang baju kotor didekat sana.

"Nak, kau bilang akan menemui kakakmu kan? Ini sudah pagi. Cepat berkemas atau kau akan terlambat nanti" Ucap ibu sambil menarik selimutku pelan. Aku berusaha meraih ponsel di meja yang tak jauh dariku untuk melihat jam yang ditunjukkan disana.

08.45
Aku segera berdiri dan masuk kedalam kamar mandi dan akan bersiap sesingkat mungkin. Kakakku mungkin akan marah karena kita memiliki janji pada pukul 9 pagi. Sudahlah toh tidak ada janji lagi selain bertemu membicarakan soal restoran dan tidak buru-buru akan pergi kemanapun. Aku juga sedang tidak mau terburu-buru seperti biasanya.

"Seokjin-ah, Ibu akan menemui seseorang nanti. Bisakah nanti kau menjemput ibu?"
Kata ibuku ketika makan pagi bersama, ayah sudah pergi berjalan sekitar rumah sehingga aku hanya berdua dengan ibu dimeja makan, ibu yang kesana kemari menyiapkan makanan, tentu saja.

"Ibu akan menemui siapa?"

"Seseorang. Ibu baru saja membeli barang dari mereka, dan ibu harus mengambilnya sendiri. Ibu akan diantar oleh ayahmu tapi ia tidak bisa menjemput. Jadi bagaimana?" Ibuku masih bertanya sambil mengoleskan beberapa lembar roti untuk ia makan sendiri. Sebenarnya kalau boleh jujur, aku sudah mencium bau yang sangat terasa disini. Ibuku akan memamerkanku kepada orang-orang, kan? Untuk hal ini aku akan baik-baik saja, tapi tidak ketika bagian dijodohkan oleh salah satu perempuan dari anak teman ibuku. Aku bahkan pernah sampai 3 kali kencan buta yang diatur oleh ibu, tentu saja semua gagal. Karena tidak satupun perempuan yang aku sukai. Dan aku sedang tidak ingin melakukan hubungan serius saja.

"Oke, aku akan menjemput ibu nanti"
Jawabku final. Karena bagaimanapun aku tidak bisa menolak permintaan ibuku sendiri.

"Ibu akan menelfon jika sudah selesai"
Aku menganguk kemudian bersiap untuk menuju restoran, aku sudah hampir terlambat 20 menit. Aku akan diomeli disana oleh kakakku yang bawel itu.

"Aku pergi dulu, bu"

"Hati-hati dijalan"

•••

Benar dugaanku, bahkan aku sudah diteriaki dari dalam ketika masih baru menginjakkan kaki didepan restaurant. Untung saja ada kakak iparku disana yang akan selalu memihakku, meskipun tidak dekat, kakak iparku selalu melindungi aku dari amukan kakak. Sangat mengesankan. Sebenarnya aku juga tahu, ia ingin aku dan dia lebih dekat sebagai kakak dan adik yang sesungguhnya, namun waktuku terlalu banyak untuk bekerja diluar sehingga tidak bisa mendekatkan diri dengan kakak ipar. Bahkan sebelum menikah aku hanya mengatakan, jika ia mencintai kakakku dengan tulus maka menikahlah. Kemudian mereka menikah dan aku terkadang bertemu dengan nya di restaurant atau kebetulan kakak ipar sedang makan malam dirumah sebagai menantu ibu.

Meeting tidak terlalu lama, aku dan kakakku berbicara layaknya saudara meskipun sedang melakukan bisnis, kita memikirkan solusi bersama hingga menghasilkan hasil yang diharapkan. Ibu juga sudah menelfon sejak tadi, namun aku memilih untuk diam saja dan mengatakan jika meeting akan selesai sedikit terlambat.

"Kau katanya akan menjemput ibu, kenapa masih disini?" Tanya kakak iparku sambil memberikanku minuman yang tadi ia tawarkan.

"Mertua kakak ipar itu sebenarnya hanya beralasan, ia akan memamerkan aku kemana-mana. Jadi biarkan sedikit terlambat, jadi aku bisa langsung saja pulang" Jawabku santai kemudian meminum minuman yang diberikan kakak iparku.

"Bukan nya bagus jika kau dipamerkan? Itu tandanya kau sudah membanggakan nya bukan?"
Aku menggeleng, mulutku masih konsentrasi untuk menelan cairan manis yang melegakan ini.

"Ibu bukan sekedar memamerkan, ia akan menjodohkan aku dengan beberapa perempuan yang bahkan tidak aku kenal. Aku sudah bosan, jadi biarkan sedikit terlambat"

Kakak iparku hanya tertawa samar, ia juga sudah sangat tahu bagaimana tabiat ibu yang selalu ingin menjodohkan aku dengan perempuan pilihan nya. Ini juga salahku yang selalu berkata tidak sempat mencari kekasih karena sibuk, jadi ibu mempunyai inisiatif untuk mencarikan aku kekasih. Dan kakak iparku ini juga salah satu anak suruhan untuk mengenalkan teman perempuan nya, untung saja dia berada dipihakku. Kakak ipar pernah berkata jika ia tidak akan mengenalkan adik iparnya pada siapapun kecuali aku sendiri yang meminta.

"Ah, aku jadi ingat! Kau tahu, aku memiliki teman yang satu profesi denganmu. Hm, Bukan, lebih tepatnya ia teman dari temanku yang juga memiliki toko kue. Katanya perempuan ini suka menghabiskan waktu disana, dia cantik sekali. Tapi aku lupa ia bernam—"

"Kenapa kakak ipar menjadi ikut menjodohkan aku?" Perempuan yang dinikahi oleh kakakku selama satu tahun itu menahan tawanya. Mungkin melihat pandanganku yang tidak suka. Aku tidak akan menikah sampai aku menemukan perempuan yang bisa membuatku berkorban tanpa alasan apapun, artinya aku mencintai nya dengan tulus. Jika aku mencintainya semua akan mudah. Dan aku belum pernah menemukan perempuan seperti itu.

"Aku akan menjemput ibu, katakan pada kakak jika aku pergi dulu. Kakak ipar jangan coba menjodohkan aku lagi?" Ancamku sambil merapikan barang yang akan kubawa pulang.

"Padahal aku hanya ingin bercerita, siapa tahu kau mengenalnya"

"Aku tidak berteman dengan idol perempuan. Aku pergi"
Pamitku lalu meninggalkan kakak iparku yang sepertinya masih menahan tawa karena berhasil menggodaku. Anggap saja ini merupakan pendekatan antara kakak ipar dengan adik iparnya, aku menjadi merasa bersalah jika mengingat kurang baiknya hubunganku dengan nya.

Tidak butuh waktu lama aku sudah sampai pada tempat yang dikatakan ibu, menurut informasi acara yang ibu hadiri sudah selesai sehingga ia memutuskan untuk menunggu ditaman sambil jalan-jalan disekitar sana. Aku hanya menurut saja, karena setidaknya aku bisa menghindari acara itu. Setelah menemukan tempat parkir yang tepat, aku memakai masker milikku karena menghindari hal yang tidak di inginkan termasuk dikenali publik. Ibunya akan kesusahan nanti, jadi biarkan ia menyamar.

Aku berjalan memutari taman yang sedang berguguran, sekarang sedang musim gugur sehingga membuat taman ini menjadi indah dengan daun yang kuning kecoklatan, mungkin karena ini juga ibu ingin ia berada disini.

"Seokjin-ah!" Aku dapat mendengar suara ibu yang memanggilku, aku melihat kearah kanan hingga menemukan beliau dengan seseorang. Tunggu, siapa dia? Perempuan? Apa ibu benar-benar akan merencanakan kencan buta lagi?

Dengan terburu aku mendatangi ibuku, ibu sudah tersenyum disana sambil memegang tangan perempuan yang sama memakai masker hitam sama denganku. Aku mendelik, kenapa ibuku terlihat sangat akrab? Tidak salah lagi, ibuku sedang merencanakan kencan buta.

"Ibu, apa yang ibu lakukan disini dengan orang asing?" Tanyaku blak-blakan membuat ibu memukul pantatku dengan keras. Itu berhasil membuatku mengeluh.

"Kecilkan suaramu, tolong ibu untuk membawa dia pulang"
Pulang katanya?

"Ibu! Ibu tidak bisa membawa orang asing kerumah begitu saja. Ibu tau kan siapa anak ibu ini? Kalau dia membawa masalah didalam rumah, bisa saja aku tidak akan diperbolehkan pulang kerumah oleh agency. Atau parahnya kita akan disuruh pindah dari rumah"
Ibu lagi-lagi memukul pantatku namun kali ini tanpa mendengarkanku ibu langsung memeluk sambil membimbing sang perempuan dengan coat abu-abu itu berjalan mendahuluiku. Ibuku memang tidak pernah siap memiliki anak seorang idol. Ia bahkan sampai membawa pulang perempuan asing yang mungkin saja merupakan sasaeng orang yang terobsesi dengan anaknya. Bukan terlalu percaya diri, tapi inilah yang terjadi didunia hiburan sebenarnya.

— bersambung. —

The ScandalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang